Sabtu, 11 Februari 2012

Struktur Dramatik


By Edi Cahyono - Posted on 17 October 2009
Menyampaikan cerita naratif adalah menuturkan jalan kisah hanya dengan tujuan agar yang mendengarkan tahu. Tidak terkandung maksud untuk menggugah emosinya atau mempersuasi komunikan. Sebaliknya menuturkan cerita dramatik untuk menggugah emosi pihak komunikan.
Untuk menuturkan cerita dramatik, sampai sekarang tidak bisa terlepas dari penggunaan resep kuno yang mengharuskan penyampaian tiga babak. Dalam buku Poetics, Aristoteles percaya bahwa dasar setiap cerita yang bagus tidak hanya Awal, Tengah, Akhir tetapi juga harus melibatkan dua bentuk/tahap dalam plot utama: KOMPLIKASI (kesulitan) dan UNRAVELLING (menyelesaikan kekusutan/kesulitan).
Penyiapan kondisi penonton dilakukan pada babak I. Pada babak II berlangsung cerita yang sebenarnya. Dan pada babak III disediakan kesempatan bagi penonton memantapkan pemahaman final dan menarik kesimpulan.
BABAK IBabak ini ada yang menamakan sebagai ”Opening” atau ”Persiapan” dan sebagainya. Tugas rekayasa yang dilakukan oleh penulis skenario pada babak ini adalah:
  1. Membuat penonton secepatnya memfokuskan perhatian kepada film.
  2. Membuat penonton bersimpati pada protagonis.
  3. Membuat penonton mengetahui apa problem utama protagonis.
BABAK IIPada babak ini berlangsung cerita yang sesungguhnya. Disinilah cerita betul-betul dimulai dan berjalan hingga akhir. Babak II ini berisi:
  1. Point of attack
  2. Jalan cerita
  3. Protagonis terseok-seok
  4. Klimaks
BABAK IIIPada babak III ini cerita sudah ada kepastian berakhir sebagai happy end atau unhappy end, dan disini penonton diberi kesempatan meresapi kegembiraan yang ditimbulkan oleh happy end, atau rasa sedih yang ditimbulkan oleh unhappy end. Juga memantapkan kesimpulan atau isi cerita.
Dalam A Crash Course in Screenwriting by David Griffith:
Film pendek kurang lebih memiliki konflik seperti feature film dan mempunyai struktur yang hampir sama. Strukturnya adalah sebagai berikut:
  1. Pengenalan karakter dan setting (keadaan).
  2. Apa yang diinginkan karakter utama.
  3. Bagaimana tokoh memperoleh apa yang diinginkan
  4. Set-backs – Karena tokoh tidak sadar atau tidak berinisiatif apa yang sebenarnya diinginkan, tokoh biasanya akan mengambil jalan yang salah. Inilah yang membawa tokoh utama ke dalam konflik dengan orang lain yang tidak menyukai apakah yang tokoh utama lakukan atau jalan tokoh utama tempuh.
  5. Konflik – Argumentasi dan perdebatan menjadi lebih dan semakin hangat sampai terlihat seolah-olah tokoh utama akan kalah.
  6. Perjuangan Akhir – Tokoh utama mengeluarkan segenap kemampuan dan usahanya untuk mencapai tujuannya.
  7. Akhir – tokoh utama menemukan bahwa apa yang dipikirkannya tentang keinginannya di awal cerita hanyalah bagian dari sebuah kenyataan.

Bagaimana semua elemen cerita ada dalam film pendek? Pertanyaan ini tentu saja berhubungan dengan bagaimana menekan aksi (action), membatasi tema dan yang paling penting – membatasi jumlah karakter/tokoh. Film pendek biasanya menggunakan dua karakter: Tokoh utama dan lawan main utama.
Karakteristik film pendek berdurasi 8-12 menit kira-kira sebagai berikut:
  1. Biasanya hanya menggunakan tokoh utama dan lawan main tokoh utama dengan dua atau tiga supporting karakter.
  2. Cerita fokus pada waktu yang spesifik pada konflik antara dua karakter utama.
  3. Tema ambisi biasa digunakan, bukan tentang tema moral yang kompleks.
  4. Dengan ambisi sebagai tema, akan lebih bisa bermain dengan harapan penonton, tentang simpati, kasihan, takut kepada tokoh utama.

    sumber : http://filmpelajar.com/