Rabu, 24 Agustus 2011

pesan singkat singkat dari produser film indie medan

aku mewakili diri aku sendiri,yang baru mendapatkan ilham dari beberapa petikan pesan oleh orang-orang habat disana. maih terkait dengan masalah film, namun kali ini kita kaji film dalam konteks indie.

yah, banyak diluaran sana yang ingin membuat sebuah film. hanya saja mereka sering sekali tidak mengetahui film itu untuk apa dibuat. film juga dapat digunakan sebagai kontrol sosial sama halnya seperti kotan atau berita dalam tv, hanya saja film mengubah sosial dalam bentuk gambar yang mengandung pesan moral sosial.

indie, memang hal yang paling banyak di awali apabila diri kita ini benar-baner kreatif dan terlebih-lebih kita ini mandiri. mau berusaha dengan apa yang kita miliki tanpa harus berpangku tangan oleh pihak lain.

suatu ketika seorang teman memberikan skrip film yang baru diselesaikannya kepada mira lesmana, dengan lantang mbak mira berkata : "kalau ini emang karya lo, lo harus ngargai karya lo, jangan biasain ngasih ma orang trlebih-lebih ma orang yang gak lo kenal" ujar mbak mira dengan penuh kecewa.

dilain sisi mbak mira berpasan kalau menawarkanide cerita tuk diproduksi maka lebih baik dalam bentuk sinopsis bukan dalam bentuk skrip mentah.

sejauh hari ini aku merasa diri ini adalah seorang produser film ini, mungkin kelihatan agak sombong namun ini hanya memberikan ilmu kepada yang ini mencari ilmu. sebelum produksi film dimulai memang banyak tahap yang harus dilalui, dan yang paling utama kita harus mengetahui tujuan produksi itu tuk apa, layaknya seorang koki yang memasak sebuah makanan beliau harus tahu siapa yang akan memakan makanan itu. dan kebanyakan penulis skrip film di negeri ini hanya penyiapkan ide cerita bukan stok skrip. perkembangan zaman mempengaruhi cerita yang akan kita sajikan.

m taufik pradana
mengudara dari sebuah toko
tanggal 24 agustus tepat pukul 13.18 wib

Senin, 22 Agustus 2011

Istilah-istilah dalam Produksi Film dan Acara TV

Berikut ini adalah beberapa Glossary/Istilah yang umum dipakai di dunia Sinematografi & Produksi Teleisi.

Acting :
Sebuah proses pemahaman dan penciptaan tentang perilaku dan karakter pribadi dari seseorang yang diperankan

Addes Scenes :
Adegan yang ditambahkan kedalam konsep asli, biasanya diambil setelah film diselesaikan

Agent (Agent Model) :
Seseorang yang dipekerjakan oleh satu atau lebih talent agency atau serikat pekerja untuk mewakili keanggotaan mereka dalam berbegosiasi kontrak individual yang termasuk gaji, kondisi kerja, dan keuntungan khusus yangtidak termasuk dalam standard guilds atau kontrak serikat kerja. Orang ini diharapkan oleh para aktor/aktris untuk mencarikan mereka pekerjaan dan membangun karir mereka

Anamorphic :
Lensa yang digunakan dalam fotografi untuk memperkecil gambar widescreen ke ukuran 35mm. Proses ini dibalik ketika memproyeksikan hasil akhir film, memunculkan gambar kembali ke ukuran normal pada layarlebar.

Answer Print :
Married Print pertama dari film yang dibuat oleh lab pemroses film, dan kemudian akan digunakan untuk menetapkan standar kualitas film yang akan diedarkan kepada publik.

Apple Box :
Digunakan untuk meninggikan seorang aktor/aktris serta suatu obyek sesuai dengan ketinggian yang tepat untuk pengambilan gambar.

Art Departement :
Bagian artistik. Bertanggung jawab terhadap perancang set film. Seringkali bertanggung jawab untuk keseluruhan desain priduksi. Tugasnya biasanya dilaksanakan dengan kerjasama yang erat dengan sutradara.

Ascpect Ratio :
Perbandingan antara lebar dan tinggi bingkai gambar (frame)
Rasio untuk tayangan televisi adalah 1,33:1 yang artinya lebar frame yang muncul di televisi adalah 1,33 kali dari tinggi.

Art Director :
Seorang asisten sutradara film yang memperhatikan administrasi, hal yang penting sehingga departemen produksi selalumengetahui perkembangan terbaru proses pengambilan film. Ia bertanggung jawab akan kehadiran aktor/aktris pada saat dan tempat yang tepat, dan juga untuk melaksanakan instruksi sutradara.

Available Lighting :
Pengambilan gambar tanpa tambahan cahaya buatan manusia

Audio Visual :
Sebutan untuk perangkat yang menggunakan unsur suara dan gambar

Art Director :
Pengarah artistik dari sebuah produksi

Asisten Produser :
Seorang yang membantu produser dalam menjalankan tugasnya

Audio Mixing :
Proses penyatuan dan penyelarasan suara dari berbagai macam jenis dan bentuk suara.

Angle :
Sudut pengambilan gambar

Animator :
Sebutan bagi seorang yang berprofesi sebagai pembuat animasi

Audio Effect :
Efek suara

Ambience :
Suara natural dari obyek gambar

Broadcaster :
Sebutan untuk seseorang yang bekerja dalam industri penyiaran

Background :
Latar belakang

Barn Doors :
Pintu berengsel yang dipasangkan di depan lampu studio yang dapat dibuka atau ditutup untuk memunculkan cahaya pada area tertentu di set.

Barney :
Bungkus kain pada pelindung yang dapat dipakaikan pada kamera film atau blimped kamera film, untuk mengurangi siara mekanisme. Ada juga heated barney yang digunakan dalam suhu dingin.

Best Boy :
Asisten Gaffer atau asisten Key Grip.

Blank :
Selongsong senapan atau pistol yang berisi peluru buatan untuk menggantikan peluru yang sesungguhnya. Blank dipergunakan dalam film untuk mencegah terjadinya kecelakaan, walaupun sesungguhnya peluru kosong itu sendiri masih berbahaya jika ditembakan dan mengenai orang dalam jarak dekat.

Blimp :
Ruangan kedap suara yang mengelilingi kamera film untuk mencekah ikutn terekamnya bunyi mekanisme kamera kedalam alat perekam suara.

Blow Up :
Perbesaran ukuran film dari 16mm ke 35mm yang dilakukan di laboratorium untuk diputar di bioskop. Istilah ini juga dipergunakan dalam fotografi untuk memperbesar foto guna keperluan display atau promosi.

Body Frame, Body Pod :
Digunakan untuk menunjang hand held camera di lapangan.

Boom Man :
Individu yang mengoperasikan mikrofon boom.

Booth Man :
Operator proyektor film. Orang yang bekerja dalam ruang proyeksi.

Breakaway :
Sebuah set atau hand property, misalnya botol atau kursi yang dirancang untuk rusak dengan cara-cara tertentu sesuai aba-aba.

Breakdown :
Biasanya merujuk pada jumlah spesifik rincian pengeluaran dalam sebuah produksi film. Dapat juga berarti pengaturan atau perencanaan berbagai adegan beserta urutan pengambilannya.

Budget :
Pengeluaran keseluruhan dari produksi film.

Blocking :
Penempatan obyek yang sesuai dengan kebutuhan gambar

Bridging Scene :
Adegan perantara di antara adegan-adegan lainnya

Back Light :
Penempatan lampu dasar dari sudut belakang obyek

Breakdown Shot :
Penentuan gambar yang sesuai dengan naskah atau urutan acara

Bumper In :
Penanda bahwa program acara tv dimulai kembali setelah iklan

Bumper Out :
Penanda bahwa program acara tv akan berhenti sejenak untuk iklan

Call :
Waktu yang diharapkan dari seorang individu anggota staf perusahaan, pemain, atau kru untuk berada di set. Jadwal biasanya didaftarkan pada call sheet yang menjadi tanggung jawab asisten sutradara dan manajer produksi.

Camera :
Sistem perangkat mekanik atau elektronik yang mengontrol pergerakan dari film yang belum diekspos di belakang lensa dan shutter dan yang menentukan gambar serta tingkatan cahaya yang masuk kedalam film. Mekanisme ini mungkin memiliki kontrol kecepatan.

Camera Boom :
Tempat kamera yang dapat berpindah, biasanya berukuran besar, tempat kamera dapat diproyeksikan keluar set dan atau dinaikan di atasnya.

Camera Departement :
Bertanggung jawab untuk memperoleh dan merawat semua peralatan kamera yang dibutuhkan untuk memfilmkan sebuah motion picture. Juga bertanggung jawab untuk penanganan film, pengisian film, dan berhubungan dengan laboratorium pemrosesan.

Cameraman :
- First Cameraman sering disebut sebagai Penata Fotografi (Director of Photography) atau kepala kameramen, bertanggung jawab terhadap pergerakan dan penempatan kamera dan juga pencahayaan dalam suatu adegan. Kecuali dalam unit produksi yang kecil, Penata Fotografi tidak melakukan pengoperasian kamera selama syuting yang sesungguhnya.
- Second Cameraman sering disebut sebagai asisten kameramen atau operator kamera, bertindak sesuai instruksi dari kameramen utama dan melakukan penyesuaian pada kamera atau mengoperasikan kamera selama syuting.
- First Assistant Cameramen sering disebut Kepala Asisten untuk pada operator kamera. Seringkali bertanggung jawab untuk mengatur fokus kamera (untuk kamera film)
- Second Assistant Cameraman, menjadi asisten operator kamera.

Camera Noise :
Bunyi Kamera. panggilan dari bagian tata suara (Sound Departement) di set untuk mereangkan bahwa ia menerima bunyi dari kamera sehingga harus digunakan kamera lain, melakukan perbaikan kamera atau diperlukan penghalusan tambahan terhadap kamera dengan menggunakan barney atau selimut.

Camera Report :
Salinan yang disimpan dalam tiap magazine film tempat asisten kameramen mencatat panjang pengambilan tiap adegan, nomer adegan, dan perintah untuk mencetak atau tidak. Laporan kamera diberikan ke laboratorium proses, bagian kamera, dan bagian produksi.

“Camera Right”, “Camera Left” :
Petunjuk bagi seorang aktor/aktris untuk berputar atau bergerak. Petunjuk ini berdasarkan sudut pandang sutradara atau kamera dan dibalik sesuai dengan keadaan aktor. Ketika menghadap lensa maka bagian kanan aktor adalah bagian kiri kamera dan juga sebaliknya.

Camera Tracks :
Lintasan Kamera yang terbuat dari metal atau lembaran kayu lapis ukuran 4 x 8 yang diletakkan dilantai untuk membawa dolly atau camera boom. Lintasan digunakan untuk menjamin kehalusan gerakan kamera.

Can :
Tempat/wadah untuk film.

Canned Music :
Musik yang belum ditulis untuk film tertentu namun telah direkam dan dikatalogkan menurut gayanya dalam perpustakaan sehingga dapat dibeli dan dipergunakan.

Casting Director :
Orang yang memimpin pemilihan dan pengontrakan aktor/aktris untuk memenuhi bagian yang dibutuhkan dalam sebuah naskah.

Century Stand :
Digunakan untuk menahan berbagai jenis bendera yang diperlukan untuk mengurangi intensitas cahaya atau untuk menghalangi sejumlah cahaya tertentu. Juga digunakan untuk menahan atau mendukung ranting daun atau efek lain yang berhubungan dengan pencahayaan.

Changing Bag :
Tas kedap cahaya dengan ritsleting ganda tempat magazines film dapat diletakkan untuk memindahkan film yang telah diekspose dan mengisi ulang magazine. Juga dibuat sehingga memungkinkan asisten kamera memasukkan tangan dan lengannya tanpa membiarkan film terkena cahaya. Biasanya digunakan jauh dari studio kaerna di studio, magazine diisi ulang diruang gelap di bagian kamera.

Character Man or Woman :
Pada saat-saat tertentu seorang aktor/aktris bermain karakter, biasanya istilah ini merujuk pada aktor/aktris yang paling sesuai secara fisik untuk peran-peran selain pemain utama romantis, peran remaja atau peran sederhana.

Cinema :
Merujuk pada Motion Picture. Berasal dari kata Yunani Kinema yang berarti gambar.

Cinema Scope :
Nama dagang untuk tujuan pemrosesan fotografi dan proyeksi yang mengikutsertakan kamera dengan lensa anamorfik atau proyektor dan ayar berlekuk ekstra panjang. Memungkinkan proyeksi dari gambar yang jauh lebih besar dari ukuran biasanya. Banyak film epic dibuat dalam Cinema Scope karena pengaruh dari ukuran terhadap penonton.

Cinematographer (Sinematografer) :
Penata Fotografi. Orang yang melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan dan fotografi adegan. Sinematografer yang kreatif juga akan membantu sutradara dalam memilih sudut, penyusunan, dan rasa dari pencahayaan dan kamera.

Cinemobile :
Nama dagang untuk unit lokasi pembuatan film yang lengkap dan dapt berpindah-pindah, membawa peralatan dan petugasnya dan memiliki banyak ukuran mulai dari van peralatan kecil sampai dengan bus besar.

Clapper Boards :
Sepasang papan berengsel yang diketukkan saat syuting dialog ketika kamera gambar dan alat rekam suara berputar dalam kecepatan yang sinkron. frame pertama ketika papan bersentuhan kemudian disinkronkan dalam ruang pemotongan dengan bunyi “bang”, memantapkan sync antara alur suara dan alur gambar. Pada banyak tipe sistem penanda elektronik dipasangkan sisi kamera.

Commercial :
Iklan. Film pendek yang umumnya berdurasi 60, 30, atau 15 detik yang dibuat khusus untuk menjual suatu produk.

Composite Print :
Film yang telah diedit termasuk semua gambar, suara, dan musik yang telah dicetak ke dalam sebuah film.

Contact Glass :
Alat bantu penglihatan terbuat dari kaca berwarna gelap berbentuk seperti monacle yang dipakaikan ke salah satu mata Penata Fotografi selama pencahayaan set untuk memeriksa tingkatan kontras dari pencahayaan tersebut.

Cook, Cookie :
Dapat berupa kain dengan bingkai kawat atau lembaran kayu lapis atau plastik yang diberi pola daun ranting atau bunga untukmemunculkan bayangan pada permukaan datar. kadang buram atau tembus cahaya seperi sebuah scrim. berasal dari bahasa Yunani kukaloris yang berarti memecah cahaya.

Copter Mount :
Copter kamera untuk penggunaan dalam pengambilan gambar aerial helikopter yang berfungsi menjaga kamera dari vibrasi helikopter. Nama dagangnya adalah Tyler Mount.

Costume Designer :
Orang yang merancang dan memastikan produksi kostum secara sementara maupun permanen untuk sebuah film.

Coverage :
Keseluruhan koleksi hasil pengambilan gambar individual, sudut, dan set yang terdiri dari segala kebutuhan film untuk membuat sebuah cerita lengkap.

Cover Set :
Set yang digunakan untuk syuting bila adegan eksterior yang diusahakan ternyata terganggu oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung.

Cover Shot :
Bagian dari pengambilan film untuk menyediakan materi transisi dari satu bagian adegan ke bagian adegan lain dalam sebuah adegan yang sama. Bisa juga digunakan sebagai gamabr tambahan atau cadangan kalau perekaman pertama tidak berhasil. Juga disebut sebagai “insurance”.

Cue :
Tanda bagi aktor/aktris dalam film untuk memunculkan bagiannya dalam dialog atau tindakan. Isyarat ini dapat berupa tindakan aktor/aktris lainnya, bagian akhir dari sebuah dialog, tanda dari sutradara atau isyarat cahaya.

Cue Light :
Bola lampu kecil yang dapat dinyalakan atau dimatikan oleh sutradara atau asisten sutradara dan diletakkan diluar jangkauan pandang kamera tetapi dalam jangkauan pandang aktor untuk memberi isyarat. Isyarat cahaya ini menghindari isyarat secara verbal yang dimunculkan oleh aktor.

Cut and Hold :
Perintah dari sutadara agar adegan diberhentikan namun aktor/aktris tetap berada dalam posisinya. Sutradara mungkin ingin memeriksa pencahayaan, posisi, atau mengatur adegan lain yang saling bersinggungan.

Cut Back :
Mengubah gambar dalam film secara cepat dari adegan saat ini ke adegan lain yang telah dilihat sebelumnya. Pemotongan ini Dilakukan tanpa ada transisi.

Cutting on The Action :
Menggunakan sebuah tindakan besar dari seorang aktor/aktris sebagai titik untuk masuk lebih dekat atau lebih jauh dari orang tersebut.

Cutting Room :
Tempat peralatan seorang editor film berada, misalnya moviola dan lain sebagainya dan tempat film akan digabungkan sesuai cerita yang berkesinambungan. Ruang ini biasanya ada dalam sebuah studio namun dapat saja berada pada lokasi tersendiri dan terpisah dari daerah studio.

Cut to :
Secara cepat mengubah gambar dalam film dari adegan masa kini ke adegan lainnya tanpa adanya transisi.

Credit Title :
Urutan nama-nama tim produksi dan pendukung acara

Chroma Key :
Sebuah metode elektronis yang melakukan penggabungan antara
gambar video yang satu dengan gambar video lainnya dimana dalam
prosesnya digunakan teknik Key Colour yang dapat diubah sesuai
kebutuhan foreground dan background

Cutting on Beat :
Teknik pemotongan gambar berdasarkan tempo

Clip Hanger :
Sebutan bagi adegan atau gambar yang akan mengundang rasa ingin
tahu penonton tentang kelanjutan acara, namun harus ditunda karena
ada jeda iklan komersial

Cut :
Pemotongan gambar

Cutting :
Proses pemotongan gambar

Camera Blocking :
Penempatan posisi kamera yang sesuai dengan kebutuhan gambar

Clear-Com :
Sebutan bagi penggunaan headset audio yang dihubungkan dengan
Master Control

Channel :
Saluran

Crazy Shot :
Gambar yang direkam melalui kamera yang tidak beraturan

Composition :
Komposisi

Continuity :
Kesinambungan

Cross Blocking :
Penempatan posisi obyek secara silang sesuai dengan kebutuhan

Crane :
Alat khusus/katrol untuk kamera dan penata kamera yang dapat
bergerak keatas dan kebawah

Clip On :
Mikrofon khusus yang dipasang pada obyek tanpa terlihat

Casting :
Proses pemilihan pemain sesuai dengan karakter dan peran yang
akan diberikan

Close Up :
Pengambilan gambar dari jarak dekat

Dailies :
Hasil cetakan positif, dikirimkan setiap hari dari laboratorium berasal dari negatif film yang dipergunakan di hari sebelumnya.

Depth of Focus :
Area tempat berbagai benda yang diletakkan dengan berbagai ukuran jarak di depan lensa akan tetap memperoleh fokus yang tajam.

Dialogue Coach or Dialogue Director :
Orang dalam set yang bertanggung jawab membantu para aktor/aktris dalam mempelajari kalimat mereka selama pembuatan film. Mungkin juga membantu pengaturan dialog saat pre-syuting.

Diffusers :
Potongan materi difusi diletakkan di depan lampu studio untuk memperhalus.

Director :
Orang yang mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan bertanggung jawab untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan produser.

Documentary :
Film yang menyajikan cerita nyata, dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya. Juga sebuah gaya dalam memfilmkan dengan efek realitas yang diciptakan dengan cara penggunaan kamera, sound, dan lokasi.

Dolly :
Kendaraan/alat beroda untuk membawa kamera dan operator kamera selama pengambilan gambar. Dolly biasanya dapat didorong dan diarahkan oleh satu orang yang disebut Dolly Grip.

Dollying :
Pergerakan kamera selama pengambilan gambar dengan menggunakan kendaraan/alat beroda yang mengakomodasikan kamera dan operator kamera. Kadang disebut juga tracking atau trucking.

Double :
Bisa diartikan pemain tambahan yang menggantikan aktor/aktris selama pengaturan cahaya atau dapat berarti stunt yang menggantikan aktor/aktris dalam adegan berbahaya.

Dress The Set :
Perintah untuk menempatkan banyak benda (misal lampu, asbak, bunga, atau lukisan) di set untuk memunculkan realitas.

Drift :
Ketika seorang aktor/aktris hampir tidak disadari bergerak keluar dari posisinya. Dapat juga berupa petunjuk untuk menghilang dengan suatu cara tertentu, dengan arti melakukan perlahan dan bertahap.

Dual Role :
Pemutaran lebih dari satu bagian peran seorang aktor/aktris dalam sebuah film yang sama.

Dubbing :
Perekaman suara manusia secara sinkron dengan gambar film. Suaranya mungkin atau mungkin tidak berasal dari aktor/aktris yang sesungguhnya serta bisa juga bahasa yang digunakan ketika film tersebut dibuat.
Dubbing biasanya diselesaikan dengan menggunakan Film Loops - bagian pendek dari sebuah gambar beserta dialognya dalam bentuk married print. Aktor/aktris menggunakan gambar dan soundtrack playback sebagai panduan untuk mensinkronkan gerakan bibir dalam gambar dengan perekaman suara terbaru. Umumnya digunakan untuk memperbaiki perekaman asli yang buruk., performa artistik yang tidak dapat diterima atau kemungkinan kesalahan dalam dialognya. Juga digunakan untuk perekaman lagu dan versi bahasa lain setelah proses pemfilman.

Dulling Spray :
Sebuah penyemprot aerosol yang menyisakan lapisan yang tidak mengkilat pada permukaan apapun dan tidak mengakibatkan penyilauan pada lensa kamera.

Durasi :
Waktu yang diberikan atau dijalankan

Dimmer :
Digunakan untuk mengontrol naik turunnya intensitas cahaya

Dissolve :
Teknik penumpukan gambar pada editing maupun syuting multi kamera

Depth of Field :
Area dimana seluruh obyek yang duterima oleh lensa dan kamera
muncul dengan fokus yang tepat. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh
jarak antara obyek dan kamera, focal length dari lensa dan f-stop

Dramatic Emotion :
Emosi gambar secara dramatis

Editing :
Proses pemotongan gambar

Editor :
Sebutan bagi seseorang yang berprofesi sebagai ahli pemotongan
gambar video dan audio.

Editorial Departement :
Divisi dimana semua potongan film yang telah dihasilkan digabungkan sehingga membentuk urutan yang koheren, kadang dengan bantuan asisten sutradara atau produser.

Electric Departement :
Bertanggung jawab terhadap penjagaan dan penyediaan segala alat elektrik. (misalnya: lampu, kabel, dan lain sebagainya) untuk kebutuhan film.

Electrician :
Orang yang bertanggung jawab terhadap penempatan dan penyesuaian cahaya serta menyediakan listrik sesuai kebutuhan tiap alat.

Exclusive Contract :
Kontrak yang menyatakan bahwa seseorang dapat bekerja hanya untuk orang atau perusahaan tertentu yang mengontraknya.

Exhibitor :
- Orang atau perusahaan yang memiliki bioskop atau drive-in atau rantai lain yang memungkinkan ditontonnya sebuah film.
- Teater atau drive-in yang mempertunjukkan sebuah film.

Exposed :
Bahan baku film yang telah dipakai untuk merekam gambar. Kata “exposed” wajib dicantumkan pada setiap can film yang telah dipakai.

Ext. :
Eksterior. Bagian manapun dari film yang direkam di luar ruangan; jalanan kota, stadium, gurun, hutan, atau puncak gunung, beberapa lokasi dapat dibuat ulang di sounstage studio namun tetap dinamakan eksterior dalam naskah.

Extra :
Orang yang dipekerjakan sebagai pemain latar, misalnya sebagai salah satu orang dalam kerumunan dalam adegan di jalan.

Engineering :
Sebutan dalam pengerjaan dan pembagian kerja dalam masalah
teknis penyiaran

Establish Shot :
Gambar yang natural dan wajar

Extreme Close Up :
Pengambilan gambar dari jarak dekat

Fade Out, Fade In :
Efek berupa gamabr yang perlahan hilang dan menjadi gelap (fade out) atau gambar yang muncul dari kegelapan (fade in). Digunakan untuk menekankan berlalunya waktu atau akhir dari adegan atau cerita.

False Move :
Gerakan yang tidak terencana oleh aktor/aktris sebelum melakukan gerakan yang telah direncanakan. False Move yang dilakukan aktor dapat memunculkan masalah dengan mengatur Dolly Grip untuk bergerak bersama dolly dan kamera karena ia berpikir bahwa gerakan aktor adalah isyarat untuk menggerakan kamera.

Fast Motion :
Melakukan pemfilman dengan kecepatan dibawah standar kemudian memproyeksikan dengan kecepatan standar untuk membuat tindakan terlihat lebih cepat dari normal. Juga menciptakan efek masa lalu dan film bisu.

Feature Part :
Peran yang tidak terlalu penting untuk seorang bintang, tapi cukup besar untuk memunculkan perhatian khusus. Biasanya dilakukan oleh aktor/aktris yang telah dikenal baik oleh penonton. Saat ini lebih dikenal dengan Cameo.

Fifty-fifty :
Biasanya sudut kamera atau pengambilan gamabr ketika dua orang aktor/aktris saling berhadapan, berbagi lensa dengan adil. Juga disebut sebagai a two shot atau a two.

Fill Light :
Set pencahayaan umum yang digunakan untuk memperhalus kontras dari key lighting.

Film :
Media untuk merekam gambar yang menggunakan selluloid sebagai bahan dasarnya. Memiliki berbagai macam ukuran lebar pita seperti 16mm dan 35mm.

Film Clip :
Bagian pendek dari sebuah film.

Film Loader :
Pengisi Film. Anggota tim kamera kadang adalah asisten kameramen yang mengisi film yang belum diekspose ke dalam magazine dan mengeluarkan film yang telah diekspose ke dalam can.

First Run :
Pertama kali sebuah film dilepas ke bioskop untuk ditonton. Saat ini lebih dikenal dengan premiere.

Fishpole Boom :
Sebuah tiang ringan yang dapat digenggam dan dapat dipindahkan untuk digunakan meletakkan mikrofon di lokasi yang sulit selama pemfilman.

Flag :
Miniatur Gobo dari kayu lapis atau kain pada bingkai metal yang diletakkan pada century stand.

Flare :
Ketika suatu obyek atau cahaya dari set memantulkan cahaya yang tidak diinginkan scara langsung pada lensa.

Flashback :
Bagian dari cerita film yang mengisahkan waktu periode awal, tergantung dari cerita.

Flub :
Ketika aktor/aktris melakukan kesalahan dalam pengucapan dialog - flubbed his line

Fluid Head :
Landasan pada tripod kamera yang memberikan gerakan halus untuk kamera melalui penggunaan flywheel yang diletakkan dalam wadah berisi minyak dalam landasan itu sendiri.

Focus :
Penyelarasan gambar secara detail, tajam, dan jernih hingga mendekati
obyek aslinya

Fog Maker :
Menggunakan cairan khusus sehingga fog maker dapat memunculkan efek kabut, asap, efek kabur (blur), dan kelembaban. Dengan menggunakan cairan jenis lain maka dapat digunakan untuk menghilangkan kabur yang tidak diinginkan. Alat ini dapat berukuran kecil, mesin yang dapat digenggam atau mesin besar yang diletakkan di kereta.

Follow Focus :
Perubahan fokus kamera selama adegan untuk mempertahankan fokus pada aktor/aktris yang bergerak mendekati atau menjahui kamera. Biasanya menjadi tugas first assistant cameraman.

Follow Shots :
Pengambilan gambar dengan kamera bergerak memutar untuk mengikuti pergerakan pemeran dalam adegan.

Final Editing :
Proses pemotongan gambar secara menyeluruh

Floor Director :
Seseorang yang bertanggungjawab membantu mengkomunikasikan
keinginan sutradara dari master control ke studio produksi

Footage :
Gambar-gambar yang tersedia dan dapat digunakan

Footage Counter :
Alat penghitung yang berada pada kamera untuk tetap dapat mengikuti jumlah film yang telah diekspose.

Four Walled Set :
Sebuah set yang memiliki 4 dinding bukan 3 seperti biasanya. Keempat dinding menutup area aksi secara sempurna namun mungkin dapat dipindahkan untuk memungkinkan pergerakan cahaya dan kamera selama melakukan pengambilan gambar.

Frame :
- Suatu gambar dari banyak gambar pada gulungan film yang telah diekspose, ukuran frame bervariasi sesuai format yang akan diambil gambarnya.
- Menyesuaikan kamera dan lensa sehingga gambar yang akan diambil memiliki batasan yang diinginkan.

Frame per Second (fps) :
Sebuah film 35mm berputar dalam kamera dengan kecepatan normal menghasilkan 24 frame perdetiknya sehingga bila banyak frame yang diputar tiap detiknya aksi dari subyek akan diperlambat ketika diproyeksikan dalam kecepatan normal. Bila lebih sedikit dari 24 frame yang diputar maka aksi tampat dipercepat bila diproyeksikan dengan kecepatan normal.

Freelancer :
Orang yang tidak terikat kontrak dengan produser atau perusahaan manapun.

Freeze :
Perintah bagi aktor/aktris untuk menghentikan aksi namun mempertahankan posisinya. Dalam film yang aktor/aktris atau obyek lain muncul dengan tiba-tiba misalnya “pop in” pada layar maka aktor/aktris dalam adegan akan diminta untuk diam. Orang atau obyek kemudian ditempatkan di posisinya kemudian perintah untuk “action” diberikan dan adegan dilanjutkan. Dalam pemotongan film di bagian tengah dari masuknya aktor/aktris atau penempatan obyek akan dihilangkan.

Gaffer :
Pemimpin electrician yang bertanggung jawab di bawah Director of Photography mengenai pencahayaan set.

Geared Head :
Unit dimana kamera dipasangkan yang dapat dihubungkan pada dolly atau crane dan panned (gerakan secara horisontal) atau tilted (gerakan secara vertikal) memungkinkan kamera untuk mengikuti gerakan.

Gen :
Truk generator yang digunakan untuk menyediakan tenaga listrik ketika unit film berada di lokasi atau tambahan penyediaan tenaga di studio. Juga disebut sebagai genset.

Gobo :
Layar kayu yang dicat hitam. Digunakan untuk menghalangi cahaya dari sati atau lebih pencahayaan lampu studio, suatu set peralatan yang digunakan untuk mecegah jatuhnya cahaya yang tidak diinginkan ke lensa kamera atau area set. Biasanya diletakkan pada sanggahan yang dapat disesuaikan. Gobo tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Green Departement :
Bertanggungjawab untuk menyediakan pepohonan, semak, bunga, rumput, dan benda-benda hidup lainnya baik yang asli maupun buatan.

Grip :
Orang yang berwenang memindahkan dan mengatur trek atau jalannya kamera - apapun yang membutuhkan cengkeraman yang kuat - di set.

Grip Chain :
Rantai ringan yang digunakan untuk berbagai keperluan yang dilakukan oleh bagian grip. pada set biasanya digunakan pada sekitar kaki kursi atau sofa yang ditempati pemain untuk mencegahnya bergerak.

Hairdresser :
Spesialis penata rambut untuk film. Seorang hairdresser mungkin bekerja dengan penata rambut laki-laki maupun perempuan.

Hairdresser Departement :
Bertanggungjawab atas kebutuhan rambut asli maupun wig untuk para aktor dan aktris.

Hand Cue :
biasanya diberikan oleh sutradara atau asistennya untuk menunjukan waktu masuk seorang aktor/aktris atau bagian khusus dari suatu adegan.

Hand Held :
Mengambil gambar dengan kamera ringan seperti handycam, jenis yang dapat ditahan oleh operator kamera dengan tangannya selagi mengambil gambar, berlawanan dengan meletakkannya pada gear head atau tripod. Memberikan fleksibilitas yang lebih. Teknik penggunaan kamera dengan tangan tanpa tripod

Headroom :
Ruangan bagian atas suatu obyek dalam gambar dengan bagian atas frame.

High Head :
Tripod logam kecil dengan ketinggian tertentu yang dapat dipasangkan ke lantai untuk mempertahankan posisinya. Digunakan untuk menahan kamera saat pengambilan gambar dengan sudut rendah.

Hot Set :
Suatu set yang telah diisi barang dan dekor untuk syuting. Penggambaran ini biasanya mengindikasikan bahwa set tersebut tidak boleh dimasuki atau digunakan.

Hot Spot :
Area dalam set yang memiliki pencahayaan yang sangat terang.

Hunting Location :
Proses pencarian dan penggunaan lokasi yang tepat dan terbaik
untuk syuting.

Idiot Cards :
Kartu besar tempat dialog dituliskan untuk aktor yang tidak dapat mengingat kalimatnya. Dapat juga berarti sebuah bagian mesin elektronik yang mahal disebut Tele-Prompter, dimana sebuah gulungan kertas ditempatkan di depan atau dekat dengan kamera dan dituliskan dialognya dengan huruf yang besar sehingga mudah untuk dibaca. Bisa juga disebut dengan Cue cards.

Independent :
Seseorang yang membuat film tanpa dipekerjakan oleh sebuah studio besar.

Insert Shot :
Suatu obyek biasanya yang dicetak seperti surat kabar atau sebuah jam, dan dimasukkan ke dalam rangkaian untuk menjelaskan tindakan.

Int. :
Interior. Bagian dari film yang diambil didalam ruangan. Interior dapat berupa set yang dibentuk di studio atau diluar studio. Lebih dikenal sekarang ini sebagai location interiors.

Intercut :
Mengubah urutan tindakan dari belakang ke depan dari sebuah adegan ke adegan lain, biasanya dilakukan dengan kecepatan cukup tinggi.

Iris :
bagian yang terbuka dari sebuah lensa atau bagian belakang yang mengatur masuknya cahaya kdalam film. ukuran Iris dapat dikontrol oleh operator kamera.

Jell :
Gelatin atau materi plastik berwarna yang digunakan di depan sebuah lampu untuk mengubah warna cahaya dari lampu tersebut. Bisa juga disebut dengan Gel.

Jumping Shot :
Proses pengambilan gambar secara tidak berurutan

Jimmy Jib :
Katrol kamera otomatis yang digerakan dengan remote

Key Grip :
Orang yang memimpin para pekerja grip.

Key Light :
Cahaya utama yang digunakan untuk menerangi subyek tertentu.

Lab :
Secara umum disebut sebagai suatu tempat untuk memproses exposed film pada tahap akhir.

Lens (Lensa) :
Konstruksi dari berbagai macam potongan kaca yang dipasang sesuai kebutuhan dan dimasukkan kedalam tube metal. Beberapa jenis lensa bersifat tetap dalam arti tidak dapat diubah-ubah panjangnya.

Light Meter :
Instrumen kecil dan dapat dipegang dengan tangan yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.

Lining Up :
Membatasi adegan. Operator kamera atau sutradara mengatur penempatan kamera sehingga mencakup ruang pengelihatan yang diinginkan. Dapat juga berarti framing.

Limbo :
Melakukan pengambilan gambar pada area atau set yang tidak dapat dijelaskan sebagai suatu lokasi khusus. Dapat digunakan untuk adegan close-up, insert, dan lain sebagainya.

Lip-Sync :
Sesi perekaman saat seoarang aktor/aktris menyesuaikan suaranya dengan gerakan bibir dari gambar.

Location Departement :
Bertanggung jawab untuk mendapatkan lokasi khusus yang dibutuhkan untuk syuting film serta membuat penagturan agar seluruh kru dan peralatan dapat mencapai lokasi tersebut.

Long Focus Lens :
Istilah yang relatif digunakan untuk menggambarkan lensa yang lebih panjang dari ukuran fokus normal (telephoto) dan memberikan perbesaran image.

Looks :
Arah khusus yang diminta pada aktor/aktris untuk menagrahkan matanya dengan tujuan untuk menyesuaikan tindakan pada gambar sebelumnya. Bisa juga untuk mengindikasikan lokasi seseorang atau benda yang tidak ada dalam gambar, misalnya diluar kamera.

Long Shot :
Gambar direkam dari jarak jauh. Biasanya digunakan dengan cara
pengambilan gambar dari sudut panjang dan lebar.

Magazine :
Wadah film yang membentuk bagian dari suatu kamera atau proyektor. Magazine bersifat tahan cahaya serta tidak memungkinkan cahaya untuk masuk ke film yang belum atau sudah exposed didalam magazine.

Magnetic Recorder :
Alat perekam pita magnetik.

Make-Up Call :
Waktu untuk aktor/aktris berada pada bagian make-up atau ruang rias sebelum dimulainya syuting.

Make-Up Departement :
bagian yang bertanggung jawab terhadap penampilan aktor/aktris agar sesuai dengan kebutuhan skenario pada saat syuting.

Mark It :
Perintah terhadap asisten kamera untuk melepaskan clapper stick pada slate board untuk memberikan tanda suara pada adegan ketika kamera sedang berjalan pada kecepatan fotografi.

Marks :
Digunakan untuk memberikan referensi pada aktor/aktris atau dolly mengenai posisi tertentu dalam suatu adegan. Tanda ini dapat dibuat ditanah atau lantai dengan menggunakan kapur, kertas perekat, tees atau segitiga dari kayu serta metal.

Married Print :
Gabungan antara track gambar dan suara setelah film tersebut selesai diedit. Istilah ini tidak dikenal dalam produksi dengan menggunakan format video.

Match :
Menghasilkan ulang suatu tindakan yang dilakukan dalam adegan lain sehingga keduanya dapat dipotong sehingga menghasilkan posisi yg dapat disesuaikan.

Matching Directions :
Penyesuaian adegan dalam film seperi masuk dari kiri ke kanan sehingga orang atau alat transportasi dalam film tidak memiliki arah yang terbalik ketika pengambilan gambar lain dimasukkan.

Matte :
Sebuah cut-out atau penutup sebagian yang diletakkan didepan lensa untuk mencegah ekspose dari bagian film. Misalnya sepasang kembar identik sedang berbicara, padahal hanya satu aktor/aktris yang memerankan peran tersebut.

Matte Box :
Sebuah frame yang dipasang didepan lensa kamera dan didesain untuk menahan matte kamera yang digunakan pada suatu efek khusus. Matte Box biasanya dikombinasikan dengan sunshade.

Measuring Tape :
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak dari lensa ke subyek dengan tujuan untuk menentukan fokus secara tepat.

Microphone Shadow :
Munculnya bayangan dari mikrofon pada bagian set yang masuk pada area pandang kamera. Bila muncul pada gambar maka it’s a no-no (gambar tidak terpakai)

Mock-Up :
Tiruan suatu benda yang dibuat seperti asli tapi hanya berupa bagian tertentu saja menurut kebutuhan.

Montage :
Urutan gambar yang mengalir, menyatu, atau kadang dipotong dari yang satu ke yang lainnya. Digunakan untuk memperlihatkan peningkatan atau pembalikan waktu terhadap perubahan lokasi.

M.O.S. :
Porsi gamabr dari sebuah adegan yang diambil tanpa merekam suaranya. Inisial ini awalnya muncul dari sutradara Eropa yang tidak dapat mengucapkan WS dan mengatakan Mit Out Sound.

Moving Shot :
Teknik pengambilan gambar dari obyek yang bergerak.

Music Departement :
Bertanggungjawab dalam pengaturan atau menyediakan musik yang akan digunakan dalam film.

Master Control :
Perangkat teknis utama penyiaran untuk mengontrol proses distribusi audio dan video dari berbagai input pada suatu produksi acara

Medium Close Up :
Pengambilan gambar dari jarak yang cukup dekat

Medium Shot :
Gambar diambil dari jarak dekat

Medium Long Shot :
Gambar diambil dari jarak yang panjang dan jauh

Middle Close Up :
Pengambilan gambar dari jarak sedang

Master Shot :
Gambar pilihan utama dari sebuah adegan yang kemudian dijadikan referensi atau rujukan pada saat melakukan proses editing.

N.G. :
No Good (tidak baik) Istilah ini dipakai sebagai komentar terhadap pengambilan gambar yang tidak baik pada laporan kamera dan suara, misalnya N.G. Sound, N.G. Action

NTSC (National Television Standards Committee)
Sistem warna televisi yang dipergunakan di negara Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, NTSC terdiri dari 525 garis pemindaian yang berada pada rate 30 frame perdetiknya.

Non-Exclusive Contract :
Kesepakatan dimana sesorang dijamin untuk ikut dalam sejumlah produksi namun diperbolehkan untuk bekerja pada produksi lainnya.

Non-Theatrical Film :
Film yang tidak dipertontonkan di bioskop melainkan untuk film pelatihan.

O.S. :
Off Screen (tidak tampak pada layar)

Outs, Out Takes :
Bagian gambar yang tidak masuk pada versi lengkap dari sebuah film.

Overlap :
Perintah untuk aktor/aktris agar memulai dialog tanpa harus menunggu pemeran lainnya menyelesaikan dialognya.

Opening Scene :
Adegan yang dirancang khusus untuk membuka acara atau cerita.
Biasanya adegan ini dikemas secara kreatif dan menarik untuk
mendapatkan perhatian dari penonton

PAL (Phase Alternation by Line) :
Sistem warna televisi yang pertama kali dibuat di Jerman, dan digunakan di Eropa dan beberapa negara lain termasuk Indonesia. PAL terdiri dari 625 garis pemindaian berada pada rate 25 frame perdetiknya.

Plot :
Alur cerita dari sebuah naskah.

P.O.V. :
Point of View (Sudut Pandang).

Practical :
Deskripsi dari sesuatu dalam sebuah set film seperti pada kehidupan nyata. Misalnya kompor gas, bak cuci, pintu terbuka, pencahayaan lampu.

Print :
Perintah ketika pengambilan gambar telah lengkap dan dikirim ke laboratorium untuk dikembangkan.

Producer :
Sebutan ini untuk orang yang memproduksi sebuah film tetapi bukan dalam arti membiayai atau menanamkan investasi dalam sebuah produksi. Tugas seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi dengan anggaran yang telah disetujui oleh executive producer.

Production Departement :
Bagian yang menentukan batasan biaya dan menangani persiapan dan pelaksanaan atas segala keperluan dalam sebuah produksi.

Production Assistant :
Bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dilapangan selama proses produksi.

Production Manager :
Orang yang bertanggung jawab atas detail produksi dari awal sampai produksi itu selesai.

Production Unit :
Terdiri dari sutradara, kru kamera, kru tata suara, bagian listrik dan semua orang yang diperlukan dalam suatu produksi.

Prop Box (Kotak Properti) :
Tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran serta memiliki roda yang gunanya sebagai tempat penyimpanan barang-barang kebutuhan suatu produksi.

Prop Man :
Bertugas untuk memastikan bahwa properti ada ditempat yang seharusnya pada saat dibutuhkan untuk suatu produksi.

Power Pack :
Tempat khusus untuk pembagian arus listrik

Panning :
Pergerakan horisontal kamera dari kiri kekanan maupun sebaliknya

Rain Cluster :
Sebuah perangkat sprinkler yang dapat digantung diatas kepala untuk memberikan simulasi efek dari hujan. Di sini sering memakai semburan dari mobil pemadam kebakaran.

Raw Stock :
Film yang belum diekspose.

Reaction Shot :
Pengambilan gambar yang dimasukkan dalam sebuah adegan untuk menunjukkan efek kalimat atau tindakan terhadap partisipan lain dalam adegan tersebut.

Reel of Film :
Jumlah film yang akan diproyeksikan dalam waktu 10 menit. 900 feet untuk ukuran 35mm atau 360 feet untuk ukuran 16mm. Gulungan standar dapat menampung film sepanjang 1000 feet untuk 35mm dan 400 feet untuk 16mm.

Reflector :
Pemantul yang permukaannya berlapis perak digunakan untuk memantulkan cahaya. Untuk pengambilan film eksterior reflektor sering digunakan untuk mengarahkan sinar matahari ke bagian dalam suatu adegan.

Release Print :
Married Print yang dibuat untuk didistribusikan ke bioskop setelah answer print (telah disetujui)

Re-Load :
Penanda dari departemen kamera atau tata suara ketika mereka telah kehabisan persediaan untuk merekam.

Remake :
Produksi suatu film yang sebelumnya telah diproduksi.

Re-Run :
Memutar ulang suatu film atau acara televisi.

Research Departement :
bagian riset yang terdiri dari orang-orang yang menilai otentisitas artikel, benda, kostum, dan peristiwa dalam sebuah film sebelum produksi film tersebut dijalankan.

Resolution, Resolving Power :
Kemampuan lensa atau film untuk menangkap serta menunjukkan detail yang halus.

Re-Take :
Pengulangan sebuah adegan dalam syuting.

Reverse, Reverse Angle :
Lawan dari sudut kamera dari adegan yang baru saja diselsaikan untuk memperlihatkan sisi lain dari gambar.

Rigging :
Sebuah rangka pondasi untuk penyangga lampu penerangan pada suatu set. Sering disebut juga dengan Scaffolding.

Roll, Rool ‘em :
Perintah yang biasanya diberikan oleh asisten sutradara ketika sutradara merasa adegan telah siap untuk pengambilan gambar dengan memfungsikan kamera film dan peralatan rekam lainnya.

Rough Cut :
Penggabungan dari berbagai adegan film menurut suatu cerita yang komprehensip, biasanya sudah dengan dialog dan soundtrack.

Running Shot :
Menggerakkan kamera untuk menyesuaikan dengan aktor/aktris ketika mereka menyeberangi set atau lokasi.

Rushes :
Cetakan dari hasil pengambilan gambar hari itu yang diproses pada hari yang sama sehingga dapat dilihat pada besoknya.

Rundown :
Susunan isi dan alur cerita dari program acara yang dibatasi oleh
durasi, segmentasi, dan bahasa naskah

Run Through :
Latihan akhir bagi seluruh pendukung acara yang disesuaikan dengan
urutan acara dalam rundown

Retake :
Pengambilan ulang suatu gambar/adegan

Sandbag :
Tas/bungkusan berisi pasir untuk pemberat.

Scouting :
Mencari lokasi untuk produksi atau bisa juga mencari orang yang berbakat.

Screen Play :
Naskah lengkap yang menjadi bahan untuk melakukan produksi film.

Screen Test :
Sebuah adegan yang memberikan kesempatan bagi aktor/aktris untuk memperlihatkan kemampuannya. Adegan ini biasanya diambil dari film untuk mempertimbangkan seorang aktor/aktris diambil lengkap dengan menggunakan kostum, set, dan riasan.

Scrim :
Sebuah bendera yang dibuat dari materi tembus cahaya. Kegunaannya adalah sebagian untuk mengurangi dan mendifusikan sumber cahaya. Berada ditengah antara sebuah gobo dan sebuah diffuser.

Script Supervisor, Script Clerk :
Bertanggungjawab untuk mencatat seluruh adegan dan pengambilan gambar yang diproduksi. termasuk semua informasi yang diperlukan seperti durasi, arah gerakan, penagrahan mimik wajah, penempatan aktor/aktris dan properti, serta gerakan fisik yang harus disesuaikan aktor/aktris dalam semua cakupan yang berurutan untuk kemungkinan pengambilan gamabr ulang. Semua informasi ini dimasukkan dalam salinan naskah milik supervisi naskah dan digunakan oleh editor ketika tahap editing. Dalam salinan ini juga dimasukkan catatan dari sutradara untuk editor.

Sequence :
Sebuah rangkaian adegan.

Shutter :
Mekanisme kamera yang mencegah cahaya masuk ke film diantara pengukuran frame segingga serial foto yang terpisah memiliki jarak walaupun gulungan film tetap diputar dalam kamera.

Sneak, Sneak Preview :
Pemutaran film di bioskop tanpa pemberitahuan sehingga pembuat film dapat memperoleh tanggapan dari penonton sebelum didistribusikan secara umum. Seringkali tanggapan dari penonton untuk membuat perubahan dalam film yang menurut produser akan membuat film tersebut lebih berhasil dipasaran.

Soft Focus :
pengambilan gambar dengan lensa yang diatur sedikit out of focus sehingga subyek tampak agak buram. seringkali digunakan ketika memfoto seorang aktor.aktris yang mulai terlihat berkerut.

Soft Light :
Pencahayaan lampu yang memungkinkan tidak menghasilkan bayangan dan berpendar secara keseluruhan.

Sound Camera :
Kamera yang beroperasi dengan tenan selama perekaman gambar sehingga suara dapat direkam tanpa adanya bunyi dari kamera.

Splice, Splicing :
Penggabungan akhir dari 2 buah film sehingga terbentuk sebuah kesatuan yang berkesinambungan. Proses ini disebut splicing, hubungannya disebut splice.

Sprocket :
Roda dengan gerigi teratur yang mencengkeram bagian pinggir film untuk menggerakkannya didalam kamera.

Still man, Photographer :
Bertanggungjawab atas publiitas dan pembuatan foto set serta lokasi. Dapat juga digunakan pada kesempatan tertentu.

Stop Frame :
Pengulangan sebuah frame film untuk memberikan efek diam pada aksi. Juga disebut dengan freeze frame.

Story Board :
Sketsa yang menggambarkan adegan dalam film. Digunakan untuk mempemudah pengambilan gambar.

Sunshade (Lens Shade) :
Kotak persegi panjang untuk meningkatkan ukuran lensa keluar, dipasangkan pada kamera diabgian lensa depan untuk mencegah masuknya cahaya kedalam lensa.

Super, Superimposure :
Penempatan sebuah gambar diatas gambar lainnya, misalnya title atau subtitle terjemahan bahasa.

Swish Pan :
Gerakan panning ketika kamera digerakkan secara cepat dari sebuah sisi ke sisi lainnya, menyebabkan gambar menjadi kabur untuk memunculkan kesan gerakan mata secara cepat.

Simply Shot :
Gambar yang diambil dari sudut yang mudah

Script Format :
Format penulisan naskah acara

Script Marking :
Penandaan pada naskah untuk menjadi catatan bagi sutradara maupun
pendukung produksi lainnya

Stock Shot :
Berbagai bentuk gambar yang diciptakan untuk menjadi pilihan pada
saat gambar-gambar tersebut memasuki proses editing

Suspense :
Istilah yang digunakan untuk menunjukkan adegan yang menegangkan
dan mengundang rasa was-was bagi penonton

Steady Shot :
Gambar sempurna dan tidak terlalu banyak bergerak dan dapat dinikmati
dengan posisi diam

Slow Motion :
Pergerakan gambar yang diperlambat sesuai dengan kebutuhan cerita

Tag, Tag Line :
Kalimat atau tindakan dalam sebuah adegan terakhir dari sebuah film yang diharapkan dapat menjadi puncak dari apa yang telah disuguhkan sebelumnya.

Teaser :
Adegan pertama dari keseluruhan gambar dari cerita. Biasanya adegan yang menarik, digunakan di televisi.

Tele-Photo Lens :
Lensa dengan panjang fokus lebih besar dari normal yang digunakan untuk membuat obyek jauh menjadi dekat.

That’s a Hold :
Perintah dari sutradara pada script supervidor dan asisten kamera bahwa pengambilan gambar yang baru saja selesai tidak akan dikirim ke lab untuk dicetak tapi diberi label “hold” sampai pengambilan gambar lainnya telah selesai dan sutradara memutuskan gambar mana yang akan dicetak.

Tilt :
Menggerakan kamera secara vertikal (naik-turun)

Tone Track :
Soundtrack yang memunculkan bunyi latar yang diasosiasikan dengan lokasi interor atau eksterior. Suara ini biasanya tidak disadari namun memberikan sentuhan realitas yang dibutuhkan oleh sebuah film.

Top Lighting :
Cahaya dari sumber yang diletakkan diatas subyek sehingga turun menyinari.

Transportation Departement :
Bertanggungjawab terhadap semua kendaraan yang digunakan oleh kru dan pemain selama syuting berlangsung. Dalam hal ini termasuk antar dan jemput kru atau pemain.

Treatment :
Presentasi detail dari cerita sebuah film namun belum berbentuk naskah.

Triangle :
Alat yang digunakan untuk menahan kaki-kaki tripod agar tidak bergerak jika diletakkan di lantai yang licin.

Two/Three Shot :
Perintah yang seringkali digunakan oleh sutradara untuk mengarahkan kamera pada dua/tiga obyek yang dituju.

Unit Manager :
Bertanggungjawab atas kelancaran operasi perusahaan film di lokasi.

Variable Speed Motor :
Variasi kecepatan film di kamera untuk keperluan efek khusus.

Viewfinder :
Instrumen optik yang diletakkan samping kiri blimp yang memungkinkan operator kamera untuk mengikuti aksi sementara kamera sedang berputar.

Voice Cue :
Sinyal vokal dari sutradara atau aktor/aktris dalam adegan bahwa sudah waktunya aktor/aktris lain masuk.

VTR :
Video Tape Recording

Very Long Shot :
Gambar yang diambil dari jarak yang sangat jauh

Voice Over :
Suara dari announcer atau penyiar untuk mendukung isi cerita (narasi)

Wardrobe Box :
Kotak penyimpanan kostum.

Wardrobe Departement :
Bertanggungjawab atas pemilihan kostum yang akan dipergunakan untuk produksi.

Wild Line :
Kalimat yang biasanya direkam setelah pengambilan gambar atau diakhir syuting pada hari itu. Dipergunakan untuk mengulang kalimat dari suatu adegan yang telah diambil karena tidak jelas.

White Balance :
Prosedur untuk mengoreksi warna gambar dari kamera dengan
mengubah sensitivitas CCD ke dalam spektrum warna.
Umumnya prosedur ini menggunakan warna putih sebagai dasar

Wild Recording :
Perekaman yang tidak dilakukan selama proses fotografi. efek suara dan bunyi acak biasanya direkam dengan cara ini, kadang untuk narasi dan musik juga. Seringkali disebut Non-Sync.
Wind Machine :
Kipas angin besar yang ditutup dengan kawat pengaman. Digunakan untuk menciptakan efek angin.

Wipe :
Efek optik antara 2 gambar dimana gambar ke-2 mulai di bagian luar layar dan menghapus gambar pertama sampai dengan garis yang masih terlihat dan pada akhirnya menutupi gambar pertama.

Wrap :
Perintah yang digunakan untuk memberitahukan pada semua orang bahwa syuting pada hari itu sudah selesai.

sumber : http://wakji.wordpress.com/

Cerita dalam sebuah Skenario

Berdasarkan definisi bahwa film adalah CERITA yang dituturkan pada penonton melalui rangkaian gambar bergerak, setelah kita memahami media yang akan kita gunakan untuk menuturkan suatu cerita, maka tentu kita harus mempunyai CERITA yang akan kita tuturkan.

A. IDE POKOK DAN TEMA

Banyak istilah dan definisi yang diajukan dalam berbagai referensi mengenai Ide Pokok dan Tema. Daripada meributkan istilah dan definisi, di sini istilah dan pemahaman mengenai Ide Pokok dan Tema dipilih semata-mata karena pertimbangan praktis bagi kepentingan penulisan skenario film.

IDE POKOK adalah satu kalimat perenungan yang ingin disampaikan pembuat film pada penontonnya. Bobot ide pokok ini akan menentukan bobot suatu film. BOBOT FILM ditentukan oleh BOBOT IDE POKOK dan CARA PENYAJIAN. BOBOT IDE POKOK ditentukan oleh KEDALAMAN PEMIKIRAN dan KELUASAN JANGKAUANNYA, artinya semakin mendalam pemikiran dan semakin luas jangkauan pemikiran (semakin universal) maka semakin berbobot ide pokoknya. Ide Pokok dirumuskan dalam SATU KALIMAT PERNYATAAN.

Setelah kita menemukan ide pokok, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan TEMA. Tema menjawab pertanyaan, cerita ini bertutur tentang SIAPA yang BAGAIMANA? Tema dirumuskan dalam bentuk:

Tentang…………. (protagonis), yang……….. (action).

Berdasar rumusan di atas, sejak penetapan tema kita sudah harus menentukan siapa yang menjadi protagonisnya. Tentusaja kita tidak hanya menetapkan tokoh protagonis saja, tetapi tokoh protagonis ini harus melakukan aksi (action). Setiap cerita film adalah tentang karakter (atau beberapa karakter) yang melakukan suatu aksi (action).

Sebenarnya tidak menjadi masalah kita menemukan ide pokok lebih dahulu atau tema lebih dahulu. Tetapi hubungan antara ide pokok dan tema harus terlihat jernih. Tema harus mencerminkan Ide Pokok yang ingin disampaikan, misalnya:

Ide Pokok : Cinta tidak mengenal perbedaan status sosial.
Tema : Tentang seorang milyuner yang jatuh cinta pada pelacur.

Dari contoh tersebut, terlihat hubungan yang jelas antara ide pokok dan tema. Hubungan menjadi TIDAK JELAS jika misalnya dengan ide pokok yang sama dirumuskan tema “tentang seorang remaja yang jatuh cinta pada nenek-nenek”. Remaja jatuh cinta pada nenek-nenek tidak ada hubungannya dengan “perbedaan status sosial” tetapi mungkin rumusan ide pokoknya menjadi, “cinta tidak mengenal perbedaan usia”.

Sebagaimana yang telah diuraikan, tema dirumuskan dengan: “Tentang……… (protagonis) yang………. (action)”. Berdasarkan rumusan ini, kita mempunyai dua unsur penting dari tema, yaitu PROTAGONIS dan ACTION.

B. PROTAGONIS

Tokoh protagonis adalah tokoh yang sanggup menimbulkan PROSES IDENTIFIKASI pada penonton. Penonton menyamakan dirinya dengan tokoh protagonis sehingga penonton ikut merasakan suka dukanya. Proses identifikasi terjadi bila penonton SIMPATI pada tokoh protagonis. Penonton bersimpati pada protagonis bila tokoh protagonis melakukan suatu “KEBAIKAN”.

“Kebaikan” dalam hal ini dituliskan dalam tanda kutip, karena yang dimaksud kebaikan ini relatif sifatnya. Tidak harus tokoh protagonis itu seorang alim ulama atau seorang pendeta, tapi bisa saja sosok penjahat kita jadikan sebagai protagonis. Caranya adalah dengan menutup-nutupi kejahatannya dan menonjolkan kebaikannya. Robin Hood adalah perampok, tetapi sebagai protagonis yang ditonjolkan dia merampok orang kaya untuk menolong orang-orang miskin. Atau sering kita melihat film tentang kehidupan narapidana. Yang namanya napi tentunya tokoh penjahat, tapi yang ditonjolkan misalnya rasa setia kawan atau kesediaan melindungi napi-napi yang lemah.

C. ACTION

Setelah kita mempunyai tokoh protagonis, maka tokoh protagonis ini harus melakukan suatu aksi (action). Action terjadi bukannya tanpa sebab. Tak ada action tanpa sebab, baik action dari benda mati atau manusia. Proses terjadinya action mengikuti hukum alamiah tertentu.

Secara gramatikal setiap kata kerja dituliskan dalam kalimat fundamental: masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Kata kerja memperlihatkan action. Dengan demikian action dapat dinyatakan dalam tiga dimensi waktu: masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Selain berhubungan dengan bentuk; masa lalu, masa sekarang dan masa depan juga merupakan bagian penting dalam cerita.

Waktu yang berbeda memiliki efek yang berbeda dan membangkitkan emosi yang berbeda: mengantisipasi suatu kejadian mengerikan yang akan berlangsung membuat kita takut, ketika kejadian itu berlangsung kita merasa terteror, dan ketika peristiwa sudah berlangsung kita merasa sedih. Atau sebaliknya, jika suatu peristiwa baik akan terjadi kita berharap, saat terjadi kita gembira, setelah terjadi kita merasa nyaman.

Waktu berkembang dari masa lalu ke masa sekarang dan kemudian ke masa depan. Demikian pula action bergerak dari masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Aku mau membunuh, aku membunuh, aku telah membunuh. Tiga hal dihubungkan: sebelum melakukan sesuatu, kita mempun- yai tujuan untuk melakukannya, tujuan menghasilkan pelaksa-naan —– inilah action —– dan setelah dilaksanakan, tercapailah hasilnya.

Terdapat dua hal yang membuat tidak menentunya masa yang akan datang: Pertama, perkembangan masa depan tak terbatas, kita tidak mengetahui peristiwa di masa mendatang, dan kedua, pada kenyataannya tujuan tidak selalu berhasil dicapai, boleh jadi kita ingin membunuh tetapi ternyata orang yang mau kita bunuh terlalu kuat untuk dibunuh.

Masa sekarang membaur ke dalam ketidakpastian ini pula. Jika kita melihat suatu peristiwa —– pelaksanaan tujuan —– kita secara otomatis akan mengetahui sesuatu peristiwa pada masa depan tengah bergerak ke masa sekarang. Pada dasarnya, masa sekarang bergerak pergi dengan cepat sehingga kita tak punya waktu untuk memahami atau mengerti action dalam pelaksanaan aktual. Kita harus mengeta-hui informasi sebelumnya dari apa yang diinginkan untuk mengetahui apa yang dilakukannya.

Seperti juga masa depan, masa lalu adalah tak terbatas. Peritiwa bergerak terus dan terus ke dalam masa lalu, dan konsekuensinya terus menerus menjauh dari kita yang berada pada masa sekarang. Kemudian menjadi semakin dan semakin tidak menarik. Perbedaan funda-mental antara masa lalu dan masa depan terletak pada kenyataan bahwa peristiwa, yang berubah menjadi masa lalu, tak pernah kembali ke masa sekarang sedangkan kejadian pada masa depan yang bebas dapat bergerak ke masa sekarang.

Oleh alasan ini masa lalu dalam cerita film tidak menarik, ini bernilai hanya sebagai motivasi terhadap tujuan masa depan. Masa sekarang terlalu singkat yang tidak memberikan peluang untuk mengetahui atau memahami suatu peristiwa. Konsekuensinya, masa depan dalam cerita film muncul sebagai waktu yang penting secara fundamental.

sumber :http://watsonku.wordpress.com/2008/12/07/cerita-dalam-sebuah-skenario/

14 langkah membuat film sendiri

Akhir-akhir ini, banyak yang memprotes para produsen sinetron Indonesia yang dianggap telah kehilangan daya kreatif sehingga akhirnya menyadur film yang diproduksi orang luar. Tapi, sebenarnya, bagaimana sih cara membuat film itu? Posting ini bukan sebuah pembelaan, dan bukan pula sebuah hujatan baru. Hanya ingin menunjukkan… Begini lho, caranya membuat film. Hitung-hitung, sebagai materi tambahan buat anak-anak saya di sekolah…

Pada dasarnya, membuat film itu dapat dibagi ke dalam 14 tahapan. Apa saja?

1. IDE

Idealnya, IDE ini harus unik dan original. Tapi, memutuskan untuk menyadur sebuah karya orang lain itu juga termasuk sebuah IDE lho… Untuk mencari IDE, banyak cara yang bisa dilakukan. Melakukan pengamatan terus-menerus, jalan-jalan ke tempat yang aneh dan belum pernah didatangi manusia, nangkring di pohon asem di pinggir jalan sambil mengamati kendaraan yang lalu lalang, atau bahkan duduk santai di sebuah food court di suatu plaza atau mall. Melamun sendirian di dalam kamar juga bisa mendatangkan ide, kok…

2. Sasaran

Setelah mendapatkan IDE, tentukan sasaran dari film yang akan dibuat. Koleksi pribadi? Murid SMU? Komunitas S&M? Para Otaku? Para Blogger? Siapa yang akan menonton film itu nantinya? Itu juga harus ditentukan dengan jelas di awal. Jangan sampai terjadi, film tersebut ditujukan untuk anak SMU tapi karena tidak disosialisasikan dengan jelas, akhirnya dipenuhi adegan berantem penuh darah ala 300

3. Tujuan

IDE dan Sasaran sudah ditetapkan. Yang harus dipastikan selanjutnya adalah tujuan pembuatan film. Ingin menggugah nasionalisme seperti Naga Bonar? Ingin menyampaikan pesan terakhir sebelum nge-bom? Ingin mendapatkan kepuasan pribadi seperti pembuatan film Passion of the Christ? Apa?

4. Pokok Materi

Berikutnya adalah menyusun pokok materi. Apa sih pesan yang ingin disampaikan? Ungkapan cinta? Sekedar pesan mengingatkan bahaya merokok?

5. Sinopsis

Sinopsis adalah ringkasan yang menggambarkan cerita secara garis besar. Semacam ide awal gitu loh. Dari sinopsis ini, nantinya bisa dikembangkan menjadi cerita yang lebih detil.

6. Treatment

Tahapan ini adalah penggambaran adegan-adegan yang nantinya akan muncul dalam cerita. Tidak mendetil. Contoh treatment itu seperti ini…

Ada seorang perokok yang sedang merokok dengan santainya. Kemudian tiba-tiba dia batuk-batuk dengan hebat dan agak lama. Sebelum beranjak pergi, orang itu membuang rokoknya sembarangan. Tiba-tiba muncul api…

7. Naskah

Naskah adalah bentuk mendetil dari cerita. Dilengkapi dengan berbagai penjelasan yang mendukung cerita (seting environment, background music, ekspresi, semuanya…). Contoh naskah itu, seperti ini…

FS. Ali mengayuh becak. Ais duduk merenung, tidak mempedulikan Ali yang bolak-balik menatapnya.

Ali : Dak usah dipikir lah, Mbak…

Ais : (kaget) Heh? Apa, Bang?

8. Pengkajian

Pengkajian disini, adalah yang dilakukan oleh seorang ahli isi (content) atau ahli media. Yang dikaji, adalah apakah naskahnya sudah sesuai dengan tujuan semula? Dan hal-hal yang mirip seperti itu…

9. Produksi Prototipe

Proses ini dibagi jadi 3 sub-tahap, yaitu pra-produksi (penjabaran naskah, casting pemain, pengumpulan perlengkapan, penentuan dan pembuatan set, penentuan shot yang baik, pembuatan story board, pembuatan rancangan anggaran, serta penyusunan kerabat kerja), produksi (pengambilan gambar sesuai dengan naskah dan improvisasi sutradara), purna-produksi (intinya adalah editing).

10. Uji coba

Uji coba ini dilakukan dengan memutar prototipe di hadapan sekelompok kecil orang. Kalau produsen film besar, biasanya melakukan ini di hadapan para kritikus. Tujuannya adalah untuk mengetahui respon dari calon audiens.

11. Revisi

Setelah ada respon, maka dilakukan perubahan jika diperlukan. Karena itu lah, banyak film yang memiliki deleted scenes. Itu diakibatkan proses uji coba dan revisi ini.

12. Preview

Preview itu adalah pemutaran perdana, di hadapan para ahli isi, ahli media, sutradara, produser, penulis naskah, editor, dan semua kru yang terlibat dalam produksi. Tujuan dari preview ini adalah untuk memastikan apakah semuanya berjalan lancar sesuai rencana atau ada penyimpangan. Bisa dikatakan, bahwa preview ini adalah proses pemeriksaan terakhir sebelum sebuah film diluncurkan secara resmi.

13. Pembuatan Bahan Penyerta

Bahan Penyerta itu adalah poster iklan, trailer, teaser, buku manual (jika film yang dibuat adalah sebuah film tutorial), dan lain sebagainya yang mungkin dibutuhkan untuk mensukseskan film ini.

14. Penggandaan

Tahap terakhir adalah penggandaan untuk arsip dan untuk didistribusikan oleh para Joni (ini terjadi pada jaman dulu kala, waktu format film digital masih ada di angan-angan).

Nah, demikian lah proses produksi sebuah film. Dari awal sampai akhir, siap untuk didistribusikan. Jadi, apa lagi yang ditunggu? Mari kita produksi film-film berkualitas agar tidak dikatakan bahwa sineas Indonesia telah kehilangan kreatifitas dan tidak bisa memproduksi karya orisinil lagi. SEMANGAT!!!

sumber : http://suandana.wordpress.com/2007/07/06/14-langkah-membuat-film-sendiri/

Minggu, 21 Agustus 2011

Persiapan Menjadi Sutradara

Sebagian dikutip dari buku jadul banget “The Film Director” karya Richard L.Bare

Tidak seperti sebagian artis, aktor, maupun penulis yang biasanya terlahir dengan bakatnya, seorang sutradara harus mempelajari seni dari pekerjaan yang digelutinya. Melalui apa? yakni melalui :

Observasi dan tentu saja praktek.
Sutradara juga bisa belajar dengan cara menonton film-film karya sutradara yang lain.
Calon sutradara juga bisa belajar dengan memperhatikan cara sutradara lain bekerja di lapangan
Pengetahuan penyutradaraan juga bisa diperoleh dari membaca buku-buku tentang film atau mengikuti pendidikkan sinematografi bisa berupa kursus atau pendidikan formal
Satu hal yang pasti, tempat berlatih yang baik bagi calon sutradara adalah industri film itu sendiri. Intinya, terjun langsung dalam dunia film adalah pelatihan terbaik.

Memang tidak begitu banyak institusi pendidikan yang memfokuskan pada sinematografi di Indonesia, beberpaa perguruan tinggi diantaranya ada IKJ (Institut Kesenian Jakarta), ISI (Institut Seni Indonesia) Jogyakarta, dan Next Academy. Lain halnya kalau broadcasting (penyiaran), puluhan perguruan tinggi sudah membuka jurusan ini. Universitas Indonesia, UNPAD Bandung, Univ Moestopo, Sahid, AKOM BSI, Univ Tarumanagara, dan terakhir Univ Pancasila memiliki jurusan Broadcasting. Nah kalau tempat kursus diantaranya, School for Brodcast Media, PPHUI (Usmar Ismail), Diklat TVRI, Broadcast Center UI, dan CMC.

Selain institusi tadi, sutradara Rudy Soejarwo pernah mengadakan pelatihan penyutradaraan, juga Pop Corner yg terdiri dari bberapa sineas muda, terakhir Hanung Bramatyo juga mengadakan semacam pelatihan untu calon asisten sutradara.

Mengikuti pendidikan formal atau kursus bukan jalan satu-satunya, seperti yang diuraikan di atas bahwa ada cara-cara lain. Menonton karya sutradara lain juga penting dan ini juga dilakukan di perguruan tinggi semisal yang dilakukan di University of Southern California dan Academy of Motion Picture Arts and Sciences bahkan di Institut Kesenian Jakarta juga, bahkan menonton menjadi kewajiban mahasiswa. Sutradara Riri Riza menyukai sesi menonton ini yg diwajibkan di mata kuliah Sejarah Film.

Film Medan Hidup Segan Mati Tak Mau

SERUPA dengan genre seni lainnya, dunia perfilman di Medan, terutama sejak dua puluh tahun terakhir, bisa dibilang hidup segan mati tak mau. Padahal di era tahun ‘70-an, Medan termasuk daerah yang diperhitungkan dalam industri perfilman. Kesan ini terungkap lewat “Diksusi Hari Film Indonesia” yang digelar Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Medan, 2 April 2011 di Galeri Payung Teduh Medan.
Tampil sebagai pembicara dalam diskusi itu yakni, H. Amsyal, Saut Hutabarat dan Joey Bangun. Dari diskusi itu disimpulkan tentang kondisi perfilman Medan yang kian terpuruk. Di tahun 1970-an, film Medan sempat booming. Beberapa film yang dihasilkan oleh “Anak Medan” dan sempat tenar antara lain, “Sampuraga,” “Musang Berjanggut,” “Buaya Deli,” “Batas Impian,” “Butet,” “Setulus Hatimu,” dan sebagainya. Bahkan di dekade itu, Medan menjadi magnet bagi aktor/aktris film tanah air. Banyak bintang film dari luar Medan (Jakarta) justru terlibat dalam film-film yang digarap oleh orang Medan, misalnya, Camelia Malik WD. Mochtar, Tatik Tito (Batas Impian) Nurhafni, Rizaldi Siagian (Butet) Roy Marten, Sukarno M.Noor (Musang Berjanggut). Selain itu, Medan juga pernah menjadi tuan rumah Festival Film Indonesia, yakni pada 1975 dan 1983. Di masa-masa ini, tersebutlah beberapa nama insan film Medan yang sempat berjaya. Umumnya mereka juga merangkap sebagai jurnalis yang memokuskan diri pada dunia perfilman. Sebut saja, Abdul Aziz Harahap, Arif Husin “King” Siregar, Ibrahim Sinik, Ali Soekardi, Idris Pasaribu, Taguan Hardjo, Boy Hardjo, M. Suif Yusuf Lubis, Yoseano Waas, Zainuddin A, A.Rahim Qahhar, Naswan Effendi, Dahri Uhum Nasution, Darwis D Rivai Harahap.
Namun, sejak industri televisi mulai menjamur di tanah air, iklim perfilman turut mengalami pergeseran. Hal ini terjadi karena sentralisme Jakarta. Jakarta tumbuh menjadi kota massif yang menjadi pusat segala-galanya, termasuk film. Bioskop-bioskop juga turut membunuh dunia perfilman, karena tak memberi tempat untuk film-film lokal. Alhasil perfilman di sejumlah daerah pun kelimpungan tak tahu akan ditayangkan di mana. Meski begitu, dunia perfilman di Medan tak langsung padam. Para penggiat film di kota multikultur ini mengubah strategi. Salah satunya dengan memproduksi film-film indie maupun yang sifatnya dokumenter. Tentu saja pilihan ini berpengaruh terhadap pangsa pasar. Film-film ini tidak diputar bebas. Tujuan pembuatannya mengalami penyempitan. Umumnya film-film ini dibuat untuk kepentingan lomba dan festival. Selain itu lebih bersifat proyek tertentu. Meski begitu dari segi kuantitas dan kualitas tidak lebih buruk dari fase sebelumnya. Menurut makalah H. Amsyal, setidaknya ada 30 grup film yang ada di Medan. Beberapa film yang mereka produksi ada yang sudah mendapatkan penghargaan.

Menyebut beberapa judul seperti “Badai” (Juara III Festival Air Forkami Jakarta), “Pantang di Jaring Halus” (Nominator Festival Film Konfiden), “Pesan dari Balik Kerudung” (juara I Video Diary Yamaha). Ketiga film ini digarap oleh Onny Kresnawan, film maker yang memimpin Sineas Film Documentary. Juga ada Jufri Bulian Ababil yang telah meraih juara I pada Kepakan Kreatif RRI 2010, lewat filmnya berjudul “Cinta Sebatas Jemuran”, ada juga opique pictures dalam film "musemu,sejarah terlupakan" Insan film asal Medan lainnya, seperti Joey Bangun, yang sudah malang melintang di berbagai rumah produksi di Jakarta, juga terbilang potensial. Ia sukses memproduksi beberapa film seperti “Calon Bupati” (dalam format opera Karo). Ada juga film dokumenter berjudul “Menantang Rute Bahaya” yang dikerjakan mahasiswa/i USU beberapa tahun lalu. Film ini masuk nominasi Eagle Awards versi Metro TV. Contoh-contoh ini belum termasuk beberapa film lokal yang sudah ditayangkan di TVRI Medan, seperti “Anak Siampudan,” “Rokkap”

Pajak Terbesar
Menurut Praktisi Film Medan, H. Amsyal, mengutip Deddy Mizwar, Medan termasuk kota penghasil pajak tontonan terbesar kedua setelah Jakarta. Besar pajak tontonan yang diberlakukan di Medan mencapai 30 persen, padahal di daerah lain hanya 10 persen. Hal ini diakui Manager Bioskop 21 Group Sun Plaza, Nobon Iskandar, seperti yang tertuang dalam makalah H. Amsyal dalam diskusi itu. Pertanyaannya kemanakah pajak tontonan yang didapat dari film itu? Kondisi ini makin parah, jika melihat anggaran yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Medan hanya Rp 24 juta per tahun untuk film. “Bagaimana mungkin dengan angka segitu, film Medan akan berkembang lebih baik,” tutur Saut Hutabarat. Padahal dari pengalaman Saut Hutabarat, untuk memproduksi sebuah film pendek di Jakarta, rata-rata memerlukan uang sebesar Rp 50-70 juta. Untunglah sineas-sineas Medan punya cara meminimalisir biaya, yakni dengan merekrut teman-teman dalam pembuatan filmnya. Sehingga tidak harus membayar para kru. Cara ini terbukti efektif sehingga biaya pembuatan film pendek di Medan hanya membutuhkan biaya sebesar Rp 5-7 juta. “Semangat inilah yang tidak dimiliki sineas-sineas kota lain. Karena itu, aku yakin, sekalipun tanpa dukungan siapa-siapa, Medan tetap akan menghasilkan film dan selalu melahirkan para sineasnya,” tandas Saut. ( jones gultom)

Pendopo USU Dipenuhi Berbagai Komunitas Medan

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sore ini menjadi pemandangan langka, tak kala sekumpulan komunitas yang berada di Medan berkumpul di Pendopo Universitas Sumatera Utara (USU)pada event Berbuka Puasa Seru Bareng (Berburu ) Pocari Sweat, Sabtu (20/8).

Mulai dari Mieko Art School, Medan Punya Fixi, Medan Blues Society, Rufi Community, opique pictures, dan Kutukupret, berkumpul bersama di acara yang berakhir pukul 20.00 WIB. Tidak hanya sekedar berkumpul, komunitas-komunitas tadi juga membuka stand yang masing-masing melakukan sosialisasinya terhadap ratusan pengunjung yang hadir di pelataran parkir Pendopo USU.

Sementara di atas panggung, pihak panitia sejak siang hari sudah menyediakan hiburan berupa kompetisi band SMP dan SMU sederajad yang akan memperebutkan hadiah jutaan rupiah.

Seperti penuturan panitia acara Rahma Bahri dari MG Creativi, yang mengaku acara hari itu sengaja mereka konsep menjadi community gathering sekaligus sosialisasi bagi pengunjung. Sebagai bentuk edukasinya, pengunjung sengaja dimanja dengan banyaknya komunitas yang hadir untuk saling berbagi pengetahuan.

"Untuk tidak membosankan pengunjung, pada malam nanti sekitar pukul 19.00 WIB kita sengaja tampilkan special performance dari Ras Muhammad, seorang artis regge ambassador," ujarnya.

Rahma juga menjelaskan, ditengah-tengah keramaian acara bagi pecinta fotografi juga bisa ikut Fun Photo Commpetition, di mana pihaknya sebagai panitia akan mencari dua pemenang terbaik, serta menggelar kompetisi komik bagi pengunjung dengan tema sesuai acara.

"Semua komunitas yang hadir hari ini seluruhnya free. Pihak sponsor juga telah menyediakan stand untuk seluruh komunitas yang ikut, untuk melakukan sarana publikasi kepada masyarakat. Mangkanya yang tidak ikut kegiatan ini rugi," ujarnya.

Dari pantauan Tribun di lokasi acara, sekitar pukul 17.00 WIB, panitia juga menggelar konvoi keliling yang dilakukan oleh komunitas fixi Medan, yang menyusuri kawasan Padang Bulan dan Dr Mansyur Medan. "Kita usahakan mulai acara digelar tidak ada yang kosong dan tetap ada kegiatan, tetapi memang momennya malam nanti tak kala Ras Muhammad perfomence," ujarnya.

Sore itu, disela-sela keramaian acara dan riuhnya band-band anak muda yang membawakan lagu-lagu terpopuler dari band tanah air dan ciptaan mereka sendiri, beberapa diantaranya ada yang tampil beda. Tak kala dua sekolah menampilkan musik ala padang pasir yang bertema ramadan. Kontan saja penampilan mereka yang memakai sorban dan membawa rebana, disambut applaus dari pengunjung.

Sementara itu, Head Area Promotion Sumatera I Pocari Sweat Azmi Abdi, menjelaskan Medan boleh berbangga. Pasalnya dari sembilan kota yang mereka laksanakan kegiatan serupa, hanya kota Medan yang bertemakan Community Gathering, di mana dalam satu lokasi mereka mengumpulkan banyak komunitas.

"Kita ingin melakukan gebrakan di Medan. Kalau selama ini Medan jika menggelar community gathering hanya diikuti satu dua komunitas, kali ini kita kumpulkan banyak langsung. Medan juga menjadi istimewa tak kala dari sembilan kota pelaksanaannya yaitu Medan, Pelembang, Banjarmasin, Semarang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Palangkaraya, Jokjakarta, dan Makkasar, hjanya Medan yang digelar communty gethering," ujarnya. (Irf/tribun-medan.com)

Dukungan OASE untuk film ‘Indie’

DEDI RIONO
WASPADA ONLINE

FILM indie, kebanyakan orang menganggap merupakan film yang nggak bermutu. Memang sih, kadang kualitas gambarnya tidak begitu sempurna dan masih banyak kekurangan. Tapi itu bukan alasan untuk menganggap film indie nggak bermutu.

Sebagai sebuah karya independen, film indie dalam proses pembuatannya membutuhkan suatu perjuangan berat, guna menghasilkan sebuah karya yang murni idealis, tanpa disisipi pesan komersil.

Para pembuat film (sineas) indie dari berbagai kota di tanah air telah banyak menunjukkan aktivitas berkaryanya. Tak ada keharusan bagi para sineas itu untuk terlebih dahulu mendalami teknik-teknik sinematografi.

Sesuai semangat independen, tak perlu ada ketergantungan pada teori-teori pembuatan film yang telah mapan. Melihat kilas balik pergerakan film pendek atau film independen dapat dimulai dari awalnya, yakni tahun 70-an, ketika berdirinya Dewan Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki (DKJ-TIM) dan pendidikan film pertama di Indonesia.

Dari aktivitas lomba dan gencarnya DKJ-TIM mengadakan pekan film pendek dan alternatif, memunculkan gerakan pertama oleh anak-anak muda yang menamakan diri “Sinema Delapan’. Sayangnya, gerakan ini tidak dapat bertahan lama.

Namun, di tengah keterbatasan produksi sebuah film indie, sering kali muncul keraguan para sineas film indie mau dikemanakan karya mereka? Apakah mereka harus berpuas diri kerja kreatif mereka hanya akan memenuhi rak di kamar kontrakan?

Screening atau pemutaran film baik mandiri atau melalui media yang sudah ada mungkin langkah awal yang dapat dilakukan. Banyak komunitas film yang mencoba membuat mediasi melalui jalur ini. Hal ini seperti yang dilakukan komunitas OASE yang terdiri dari mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan. Mereka berupaya eksis sebagai media screening bagi film-film indie anak negeri.
Tepatnya pada Sabtu lalu, komunitas OASE kembali memutar film indie untuk ketiga kalinya dengan mengundang komunitas lain untuk mengkritisi melalui diskusi seputar tema atas ide kreatif film yang telah diputar.

Tak hanya Medan, beberapa film yang diputar juga berasa dari sineas asal Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Sedikitnya lima karya film diputar oleh OASE. Tiga film produksi sineas Medan serta dua lagi berasal dari Surabaya.

Dari Medan yaitu, Kos4n SajaH, Ilham-Golap serta Opique Picture. Masing-masing berjudul “Petaka 30 Detik”, “BLT” dan “Dari Hati”. Untuk produksi sineas Surabaya: Self Produce serta Kopi Production dengan masing-masing berjudul “The Otherside” dan “Siapa Suruh Jadi Wartawan ”

Pemutaran film indie tersebut ternyata mendapat antusiasme tinggi dari berbagai komunitas film di Medan, mahasiswa, pelajar dan masyarakat sekitar lingkungan kampus Oranye STIK-P.

“Kegiatan ini adalah bentuk dukungan kita terhadap karya-karya film indie di tanah air. Terima kasih kepada Ketua STIK-P Hj Ida Tumengkol BComm MHum dan Puket III Austin Antariksa SSos yang telah mendukung kami. Mari kita dukung terus eksistensi film indie sebagai cikal bakal film Indonesia yang lebih bermutu,” ujar Ketua Panpel, Maslim Piliang.

kami remaja mesjid Al-Ghoqielt



tak semua orang memiliki kesempatan yang sama, apa lagi kesempatan yang sesuai dengan apa yang diharapkan. yah kali ini ghoqielt community dapat kesempatan tuk mengisi acara di radio suara medan (14/8) dikarenakan masih dalam suasana ramadhan sehingga ghoqielt community menjelma menjadi remaja mesjid, rencana kemarin mambawa nama remaja mesjid Al-ghoqielt hanya saja karena mesjidnya belum berdiri sehingga kami membawa nama mesjid syuhada, mesjid dimana teman kita riedho ghoqielt bergabung remaja mesjid didalamnya.

dalam program acara itu kami mengisinya dengan pembacaan ayat suci Al-qur'an yang dibawakan oleh teman kami adjie ghoqielt, disambung selanjutnya pop song kami bawakan lagu ungu dengan juduk syurgamu yang diiringai gitar oleh teman kita yoga ghoqielt lalu diisi dengan puisi yang dibacakan oleh ary ghoqielt. tuk kesempatan terakhir teman kita ridho ghoqielt mambawakan ceramah terkait fadillah-fadillah buan suci ramadhan.

ntahlah, kami juga bingung sebenarnya kami ini hebat aatau apa ya, kok hampir semua kegiatan kami bisa melakukannya dan bisa merubah karakter kami? mungkin juga disebabkan kami berdiri dari perbedaan yang begitu kompleks.

seusai mengisi acara tersebut, pihak radio pun memberikan bukaan kepada kami, dengan suasana yang begitu puas mendengar adzan magrib dan dengan tanpa segan kami lalap bukaan puasa yang telah disediakan.





inilah yang dapat kami berikan sebagai tanda terimakasih kami tuk radio suara medan fm, karena telah menduniakan kami.

m taufik pradana
mengudara dari sebuah toko dibulan penuh berkah
16.03 wib tepat tanggal 21 agustus 2011

BERBURU (berbuka bareng seru pocari sweat).




beri uplaus buat para perwakilan komunitas di gathering film di pendopo usu kemarin (20/8). kalaborasi antara opique pictures, rufi commuity dan new magacine menunjukan buah karya kreatif sebagai komunitas film perwakilan kota medan mengisi stand di acara BERBURU (berbuka bareng seru pocari sweat).

selain pemutaran film buah karya dari 3 komunitas tersebut, juga diramaikan oleh film-film dari komunitas lain, diantanya adalah : kofamzah pictures, komfaz production, u-matic studio, me&art, avindi, dan banyak lagi lainnya.

dari komunitas opique pictures 5 orang pilihan menjadi panitia dalam kegiatan tersebut terdiri dari echo dery, hary hidayat, ardy, adit dan di kordinir oleh teman kita bernama sofyan effendy. dala kegiatan seperti ini sering terjadi kesimpang siuran informasi bahkan sesekali kelihatan kecemburuan sosial didalamnya namun apabila kordinasi itu baik maka akan berjalan lancar.

malam sebelum acara digelar padahal rapat kordinasi telah dibentuk agar semua berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, hanya saja ntah apayang menghambat itu semua sehingga jam ngumpul dilokasi acara yang dijanjikan jam 10 pagi eh kok malah molor begitu jauh. untung saja semua itu dapat berjalan dengan kematangan karena telah banyak pengalaman dari lapangan sebelum-sebelumnya. dan ini semua karena sebahagian anggota tidak menggunakan metode menunggu melainkan mengerjakan apa yang dapat dikerjakan. luar biasa memang tuk sebahagian orang yang hadir tepat waktu.



saat matahari enggan menunjukan jati dirinya, para komunitas yang dipercaya seakan saling menjauhkan diri, bukan saling teduh dibawah tenda sederhana itu, apa karena terlalu senpit atau karena terlalu panas ruangan itu. entah lah apa penyebabnya. namun salah seorang anggota komunitas film bermata sipi berkata penuh heran "kenapa kita duduknya saling berjauhan ya? kayak bergep-gep gitu?" dengan penuh herannya dirinya melontarkan kata-kata.



apabila dari awal kita telah saling bahu membahu dan saling kordinasi sesuai dengan apa yang kita bahas dimalam sebelumnya maka yang terjadi dilapangan akan menunjukan hasil yang lebih dari apa yang kita harapkan bersama. jika kita kaji lebih dalam mamang sangat kontras perbedaan dari 3 komunitas tersebut, apakan itu yang membuat kita semua seakan tidak nyaman. acara begitu sederhana saja kita tidak merapatkan bahu bersama gimana kalau kita gelar acara yang wah nantinya?

apa yang kita dapat kemarin merupakan langkah dan pengalaman kita tuk semangkin matang lagi kedepannya, terpublishnya tulisan ini bukan untuk saling menjatuhkan apalagi menjelekkan komunitas kita. melainkan bahan renungan kita agar lebih baik lagi tuk kedepannya.

M Taufik pradana
Mengudara dari sebuah toko
tepat pukul 15.26 wib tanggal 21 agustus 2011

Rabu, 17 Agustus 2011

download film harry potter it all ends

mau download ya..
ane aja tag suka

bubar kreatif ala U-matic studio medan



desain grafis, photografer, movie maker, motor club, ilustrator dan organizer merupakan kelompok-kelompok kreatif yang bebas merdeka, bebas berkarya sesuka hati karena memiliki peluang dan kekuatan. yah itu pula yang di laksanakan oleh U-matic kemarin (16/8) di kediaman U-matic studio bilangan jalan jati 2 nomor 1 Medan teladan.

kelompok-kelompok kreatif itu diantarnya adalah :
Kofi 52 Medan
Medan Shot Movie
Opique pictures
Soi
Castom Photography
Medan Scooter Club
Hans advertising
BEM ITM
PT. Djarum
dan banyak lagi...



U-matic pantas mendapatkan acungan jempol, karena mampu merangkul beberapa komunitas dari kategori yang berbeda-beda pula. ini menunjukan bahwa U-matic memiliki komunikasi yang baik sehingga dapat membina silaturahmi dengan komunitas lainnya.

opique pictures pun merasa bangga menjadi salah satu komunitas yang di undang dalam rangka buka bersama dikediaman U-matic dengan tema "KALAU KAU DATANG, HATIKU PUN SENANG". jika dilihat bukan mereka saja yang senang seluruh tamu juga merasakan hal tersebut.

bukan hanya sekedar berbuka bersama, sebelum berbuka ceramah mengantarkan berbuka juga digelar, sholat berjamaah, dan di puncak acara para tamu saling memperkenalkan komunitasnya masing-masing. ini semua menunjukan bahwa U-matic mampu menjadi jembatan silaturahmi tuk komunitas kreatif khususnya di kota medan.

Minggu, 14 Agustus 2011

opique picture's bangga jadi komunitas film yang bodoh


kebanyakan orang diluaran sana merasa bangga bahkan belagak pintar, sedangkan dalam aplikasinya mereka hanya masih berada tahap Tahu, sedangkan yang dikatakan pintar itu telah masuk dalam tahap bisa bahkan merambah ke tahap ahli.

dan kalau kita kaji lebih jauh, kebanyakan orang pintar tertalu banyak konsep bahkan terlalu banyak rencana dan itu semua pasti selalu meminimalisir segala hambatan terjadi. padahal kalau kita pikir sendiri memikirkan konsep yang begitu panjang merupakan hambatan yang kita temukan pertama kali bukan.

jika kita ingin menjadi seorang movie maker atau telah membentuk komunitas film terutama film indie kita harus memiliki bebas merdeka, bebas merdeka tuk berkarya, berimajinasi dan mewujudkan mimpi-mimpi kita.

yang sering terjadi pada orang pintar adalah terlalu banyak yang akan di laksanakan sehingga satupun akan sulit terealisasi karena terlalu banyak yang dipikirkan, ini artinya tidak bebas merdeka karena tak memiliki peluang yang besar dalam mewujudkan mimpi.

tuk dinegara yang berbirokrasi yang sulit ini juga menjadi penghalang tuk berkarya namun kita memang dituntut kreatif. tak perlu terlalu banyak yang akan dibuat, 1 saja namun memiliki beberapa rencana. yang pernah kami alami pada saat produksi iklan keselamatan berkendara di tengah kota di pagi yang lumayan ramai tuk memudahkan urusan kamu jumpai polisi yang berjaga disana dan beliau meminta surat izin, kami mikir dari pada repot yasudah kami pindah kejalan yang lain saja. dan filmnya selesai dengan apa yang diharapkan.


m taufik pradana
mengudara disebuah toko dibulan penuh berkah
tepat pada pukul 11.49wib tanggal 14 agustus 2011

Sabtu, 13 Agustus 2011

Opique Pictures komunitas film yang miskin


Aku merasa bersyukur berada dalam komunitas film yang miskin, mungkin perasaan aku ini dapat mewakili teman-teman lainnya satu seperjuangan. Wajar saja dikatakan miskin, bayangkan komunitas ini ngaku sebagai movie maker atau pembuat film tapi komunitas ini tidak memiliki kamera sederhana apa lagi yang canggih. Tapi itu semualah yang menyatukan.

Para anggota komunitas bertaraf ekonomi yang menengah kebawah, dengan keterbatasan opique pictures mampu ciptakan buah karya yang luar biasa. Hal ini didukung oleh seluruh anggota yang memiliki semangat juang yang satu dan ini juga disokong oleh kekompakan kami.

Keterbatasan yang dirasakan jusrtu membuat kami bangkit, tanpa menadahkan tangan kepada orang tua buktinya bisa mewujudkan dunia dalan audiovisual. Bahkan dengan keterbatasan ini membuat kami lebih berani menatap hari esok yang lebih cerah lagi.

Beberapa saat lalu seorang senior dibelantikan perfilman Indonesia mengatakan “ tuk produksi film itu memerlukan biaya produksi 5 sampai 7,5 juta rupiah “ ujar beliau, namun selang beberapa saat seorang movie maker yang beridiologi sama dengan kami mengatakan “ kami buat film Rp 500.000 saja uda bisa pesta pak “ ungkapnya sambil menyindir. Nah, yang kami alami sampai sejauh ini dengan biaya Rp200.000 itu sudah sangat terbantu sekali tuk memproduksi sebuah film, terbukti beberapa pekan lalu kami memproduksi sebuah film dengan biaya segitu kami semua team produksi dan para pemain bisa merasakan makan enak dari uang tersebut.

Kami sangat membenarkan, jika produksi film itu dilaksanakan dengan hati yang ikhlas makan apa yang diharapkan itu terwujud dan biaya seminimal mungkin juga dapat menghasilkan suatu yang wah….!!!

Namun, diketerbatasan itu juga menghambat suatu karya. Masih terngiang ditelinga ini seorang pembuat film komersil berkata “film-film yang dilombakan kemarin itu sangat kurang sekali, kameranya goyang, gambarnya gelap” dikatakan dengan lantang. Aku beserta teman sekomunitas merasa sangat tersinggung mendengarkan kata itu, ya kami maklum kami itu belum sampai tahap standar broadcast dengan alat produksi yang standar pula. Dengan sepontan dalam hati berkata “ANAK INDIE PUNYA CARA SENDIRI TUK BERKARYA”.

Dari kata-kata itu pula yang membuat kami semangkin yakin dengan jati diri kami ini sebagai movie maker indie.

Buat teman-teman yang mau memulai, jangan takut untuk memulai dan jangan terlalu lama menunggu, terkadang hai itu pula yang menghancurkan kita bahkan menjadi beban tuk diri kita sendiri. Dan semua itu akan terjuwud dengan adanya teman seperjuangan yang berimpian satu, mimpi, usaha dan doa..
Selamat mencoba..
Salam kreatifilm.

M Taufik Pradana
Mengudara dari sebuah toko dibulan penuh berkah
Tepat pada pukul 16.23 wib tanggal 13 agustus 2011

Kamis, 11 Agustus 2011

tahapan pra-produksi film versi opique pictures

banyak yang harus dilakukan tuk memproduksi sebuah film. namun bagaimanapun tuk menghasilkan sebuah mahakarya kreatif ini kita selaku team produksi haruslah melewati masa itu tahap demi tahap.

baik, kali ini kita ambil contoh produksi film pendek dengen judul "gak belok lagi" yang diproduksi oleh opique picture's baru-baru ini.



pada awalnya kita harus mengetahui dahulu kita produksi film untuk apa, layaknya seorang koki membuat sebuah masakan tuk apa, tuk siapa dan apa yang kan disajikan, sama halnya juga dengan memproduksi sebuah film. karena kita harus mengetahui tuk apa film ini diproduksi, misalnya kita memproduksi tuk mengikuti sebuah ajang kompetisi film artinya kita harus mengetahui pula syarat dan juga tema yang ditawarkan itu agar kita tidak salah alamat mengikuti sebuah kompetisi film.

setelah kita mengetahuinya, masuk pada tahap selanjutnya yaitu ide cerita. kita harus membuat sebuah cerita yang sesuai dengan tema dan ide cerita haruslah kreatif dan sebuah ide original jangan menjiplak punya orang lain apalagi memproduk film yang sudah ada, itu sama dengan membuat sesuatu yang sia-sia.

ide yang kreatif disusun dalam sebuah cerita pendek atau deskripsi dari apa yang yang akan dilaksanakan, dan ingatlah film harus memiliki 3 babak atau 3 tahapan, yaitu : perkenalan, konflik dan penyelesaian. pfrekuensi dalam film itu sangat perlu jika kira membuat sebuah film yang datar maka itu akan garing tuk di tontong oleh penikmat film.

cerita telah tersajikan dengan berbagai macam pertimbangan yang panjang, lalu ubah dalam bentuk skrip atau naskah, bila berlu ubah juga dalam bentuk storyboard atau yang mudah yaitu storyline karena yang sering terjadi pada tahap produksi adalah seringnya terlupakan gambar yang sangat penting dan berpengaruh dalam sebuah film.

skrip selesai masuk ketahap yang selanjutnya yaitu membentuk team produksi. kalau kita memproduksi film pendek tak terlalu ribet tuk team produksi kita hanya membutuhkan kameramen, sutradara dan kalau pakai mic kita perlu soundman. namun yang sering kami gunakan hanyalah kameramen dan sutradara saja karena tuk soundman kami tak menggunakan mic eksternal, tuk perlengkapan agar mudah bawa perlengkapan masing dan saling membantu tuk make up-nya.

yang selanjutnya adalah pembagian pemeran yang akan mendukung dalam film yang akan diproduksi, pemilihan pemain haruslah sesuai dengan karakter yang kita butuhkan misalnya tuk postur tubuh, wajah dan bentuk fisik lainnya karena tuk sifat dalam film dapat kita buat atau kitarekayasa agar tampil maksimal.

selain pemain, tempat atau setting sangatlah penting sehingga setelah pembagian tugas tuk para pamain pemelihan tempat yang dibutuhkan skrip harus dicaari, agar tidak terlalu memberatkan maka gunakan apa yang ada dan apa yang bisa di pinjam misalnya dalam film "gak belok lagi" rumah yang dibutuhkan ada 2 makan dicarilah 2 rumah tuk pemainnya dalam film tersebut.

stelah semua sudah klop, maka yang terakhir adalah pemilihan hari atau jadwal yang dapat dilaksanakannya produksi film tersebut, tuk film "gak belok lagi" kami shooting 3 hari, tuk hari pertama kami habiskan shooting di rumah pemeran utama pada hari senin tepatnya rumah teman kami yenny watty karena segan juga dunk pinjam rumah teman berhari-hari, ini dilaksanakan sekitar 3 scane. tuk hari kedua tepatnya pada hari sabtu kami shooting sekitar 4 scane di rumah pinjaman yang kedua tuk rumah pemeran utama kedua yaitu rumah kakak kami yang akrab kami panggil kak mimi pemilik markisa noerlen. dan terakhir di hari rabu menyelesaikan sisa scane sesuai skrip.

begitulah perjalanan singkat tahapan pra-produksi khususnya produksi film "gak belok lagi" yang sedang kami realis tuk sebuah kompetisi film.

M Taufik Pradana
mengudara dari sebuah toko dibulan penuh berkah
tepat pada pukul 16.19wib tanggal 11 agustus 2011.