Sabtu, 28 Mei 2016

wedding clip reza dan tika cinematic


 
Opique Pictures dan Andy Harahap photography
proudly present

THE WEDDING of REZA & TIKA

Akad + pengajian dan khutbah nikah + Resepsi : Medan, 15 Agustus 2015


Director : M Taufik Pradana
Editor : M Taufik Pradana
Camera Person : Opique dan Ali

www.opiquepictures.com
facebook :https://www.facebook.com/opiquepictures/?fref=ts
https://www.facebook.com/opiquepasaribu
HP : +6283197250111


Jumat, 27 Mei 2016

Produksi Film Indie Bernapaskan Syiar Islam


Perkembangan sineas muda pencipta film indie di Kota Medan saat ini sudah tumbuh pesat. Sayangnya, hanya sedikit melirik pembuatan film bernapaskan Islam atau bergenre syar'i. .

M Taufik Pradana, 25, salah seorang pendiri Komunitas Indie Opique Pictures merupakan sosok sineas Medan yang saat ini mengembangkan film indie bergenre syar'i. Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengatakan, pembuatan film indie bergenre syar'i baru dibesut satu episode. Pembuatannya merupakan gabungan dari beberapa komunitas seperti komunitas Pejuang Subuh, LPPA, Rumah Tafiz, dan lainnya, komunitas gabungan untuk film indie bergenre syar'i ini pun diberi nama 4M alias Movie Maker Muslim Medan.

Opique menilai peluang pembuatan film indie bergenre syar'i ini cukup berpotensi. Sebab animonya sangat besar. Selain bisa menyiarkan ajaran Islam, juga dapat memberikan tontonan alternatif kepada masyarakat luas yang saat ini banyak dicekoki tontonan yang tak mendidik. “Kami dari Indie Opique Pictures dalam komunitas ini bergerak sebagai produksi film, sementara rekan-rekan lainnya dari lembaga lain berperan di hal yang lain.

Seperti Komunitas Pejuang Subuh karena memiliki anggota yang banyak mereka berperan sebagai pemain filmnya,” kata lelaki kelahiran Kuala Simpang, 13 Maret 1991 ini. Film indie bergenre syar'i ini merupakan film yang bernapaskan Islam, untuk episode awal memang diakuinya masih bertemakan kisah percintaan, namun kisah yang ditampilkan bukanlah yang biasa atau lazim di kalangan masyarakat.

“Kami sengaja mengambil kisah yang anti mainstream . Seperti ibu tiri yang terjalin cinta kepada putri tiri, begitu juga nanti ada episode ayah yang ingin menikah lagi saat istri pertamanya baru saja meninggal. Meski itu diperbolehkan dalam ajaran Islam tapi itu tak lazim di masyarakat kita,” ucapnya. Selain itu, kata sarjana Ilmu Komunikasi FISIP USU ini, dalam film indie bergenre syar'i ini juga mengambil para pemain yang juga halal dalam ajaran Islam, misalnya merupakan sepasang suami istri.

Seperti salah satu judul film mereka “Pencari Syafaat“, memiliki konsep dakwah Islamiyah. Dengan begitu, pesan keagamaan bisa sampai kepada para penonton melalui jalan cerita layaknya film yang diproduksi perusahaan besar di Indonesia dengan nuansa keagamaan. Untuk film itu, sudah 200 keping yang diproduksi dan dibawa ke luar Kota Medan, yakni Banda Aceh.

Diakuinya, ada pihak yang tertarik untuk menyebarkannya kepada para siswa sekolah. Dari hasil penjualannya, mereka mendapatkan keuntungan. Namun Opique Pictures, kata lelaki yang akrab disapa Opiq ini, tidak hanya akan terfokus pada pembuatan film saja untuk memperoleh pemasukan, tetapi lebih dari itu. Mereka ingin membuktikan bahwa dakwah melalui film sederhana, bisa mendapat tempat di mata masyarakat.

Sebagai pendiri Indie Opique Pictures, Opiq mengatakan awalnya mendirikan komunitas film indie itu bersama keempat rekan sewaktu masih duduk di bangku SMA Kala itu, terang Opic, tercetus ide membuat dokumentasi video saat menggelar kegiatan pramuka di luar sekolah.

Opiq dan keempat rekannya merupakan anggota Pramuka Kwaran Medan Petisah, setelah membuat film dokumentasi mereka kemudian membuat gagasan menyusun rangkaian rekaman bergerak itu menjadi sebuah film. Sejak karya mereka masuk nominasi itulah Opiq dan teman-temannya sepakat membentuk Komunitas Indie Opique Pictures pada 9 Januari 2008.

Sementara untuk namanya, Opiq yang dianggap sebagai pentolan dari komunitas itu, kemudian menamakan komunitas mereka ini Opique Pictures. Dimana, nama  dari kumpulan mereka diambil dari namanya yang sedikit dipelesetkan agar terlihat lebih cocok. Bentukan komunitas ini, awalnya diikuti lima hingga 10 orang saja.

Usai mendapat penghargaan sebagai sutradara terbaik, mulailah teman-teman yang lain tertarik untuk ikut terlibat dalam pembuatan film yang akan dibuat. Karena sejak kemenangan tersebut, mereka menjadi rajin mencari ide dan menelurkannya menjadi sebuah film, baik yang berdurasi singkat 15 menit hingga agak panjang sampai 1,5 jam. Hingga pada 2012, jumlah yang tergabung dalam komunitas ini mencapai 50 orang.

Dari perjalanan komunitas ini sejumlah film sudah dihasilkan dan dipampang di dinding studionya di Jalan Adam Malik Gang Selamat Nomor 21 Medan. Ada film Persuatrick, Tahfidz Camp, Pencari Syafaat, Surat Untuk Presiden, Jajan, Kelas Berdinding Angin, Museum Sejarah Yang Terlupakan, Pionering Sahabat, Marjinal, Impas, Ego, dan lainnya.

Meski dari memproduksi film mereka bisa menghasilkan pemasukan, namun komunitas ini juga mendirikan divisi O Pictures Foundation yang dijadikan sebagai lembaga yang memberikan pendidikan gratis mengenai perfilman. Jadi, selain mencari keuntungan juga dapat melahirkan generasi kreatif khususnya untuk produk film indie.

“Inginnya kami bekerja sambil beramal, dan meskipun kami sudah tiada mudah-mudahan dari film kami itu bisa menjadi amal bagi kami nantinya,” ucap relawan Pusat Kajian Perlindungan Anak (PKPA) ini.

LIA ANGGIA NASUTION 
sumber : http://www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=152&date=2016-04-21

Senin, 23 Mei 2016

SDE cinematic Akad Julia & Revan in Medan - Trailer

 


Opique Pictures dan Co22 photography
proudly present

THE WEDDING of juliaferanita & Rivan

Akad + pengajian dan khutbah nikah : Medan, 21 Mei 2016

Director : M Taufik Pradana
Editor : M Taufik Pradana
Camera Person : Opique dan Syawal

www.opiquepictures.com
facebook :https://www.facebook.com/opiquepictures/?fref=ts
https://www.facebook.com/opiquepasaribu
HP : +6283197250111

Selasa, 17 Mei 2016

Launching Film Mutiara-Mutiara Cinta

 

Laporan Wartawan Tribun Medan / Dedy Kurniawan
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Komunitas Movie Maker Muslim Maker (4M) yang bergerak di bidang dakwah islam akhirnya me-launching film perdana mereka. Film perdana 4M berjudul Mutiara-Mutiara Cinta dengan mengambil tema cinta dan dakwah sebagai pesan moral sosial sebagai inti cerita setiap kisah yang akan dilakonkan.

Pada launching perdana ini, 4M mengajak beberapa komunitas dakwah islam untuk Nonton Bareng. Di antaranya Komunitas Forhati Sumut, Odoj, Pejuang Subuh, Forum Rumah Tahfidz Sumut, Andalusia Travindo, Kampong Deli dan Opique Pictures.

Produser Film Mutiara-Mutiara Cinta, Ibrahim mengatakan, gebrakan film yang mereka garap ingin menyampaikan tentang arti cinta yang lebih esensi dari sekedar cinta antar manusia yang berpasang-pasangan.

Dalam film ini 4M mencoba menggali dan mengeksplore beberapa kisah mutiara-mutiara cinta yang selama ini terjadi di kehidupan nyata.

"Murtiara cinta ini upaya kepada masyarakat untuk menyampaikan apa itu arti kata cinta yang sebenarnya. Di mana cinta bukan sebatas antara laki dan perempuan. Lewat film ini 4M ingin sampaikan pesan dan arti cinta yang lebih luas, yaitu cinta kepada Allah," kata Ibrahim di Resto Kampung Deli Jalan Kapten Muslim, Minggu sore (15/5/2016).

Nantinya film Mutiara-Mutiara Cinta akan dibagi ke dalam 10 episode naskah cerita. Dan setiap episodenya akan menyampaikan beberapa kisah dan arti cinta yang bervariasi. "Film ini ada 10 episode, jadi setiap episodenya akan ada beragam mutiara-mutiara cinta yang dikisahkan. Saya kepengin nantinya film ini masuk bioskop. Kalau bisa ada film layar lebarnya, sekarang ini masih film pendeknya saja dahulu dibagikan ke komunitas-komunitas dan untuk menjaring para donatur," ungkap Ibrahim.

Sedikit bocoran, pada episode pertama 4M mengambil sub judul cerita bertema Biarkan Cinta Mekar. Dalam episode ini akan berlatar kisah seorang ibu tiri yang akhirnya bisa diterima oleh seorang anak wanita yang sebelumnya sudah dipersiapkan ibu kandungnya menjadi wanita muslimah yang tangguh. Kedua, pemahaman terhadap ukhwah jauh lebih penting dibanding kepentingan pribadi juga akan menjadi pesan moral yang ingin disampaiakan.

Penulis Naskah Cerita, Kurnia wanita berhijab mengungkapkan target utama dalam penggarapan film ini adalah kalangan semua umur dan komunitas-komunitas dakwah yang bicara pemberdayaan dakwah. "Film ini digarap untuk semua umur, kalau kalangan, saat ini menarget remaja masjid, pejuang subuh, Odoj (One Day One Juz)," kata Kurnia.

Animo penonton pada launching film ini cukup ramai. Ada sekitar 70 orang yang hadir, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Penonton diajak menonton gratis beberapa scene film dan lalu di akhir episode penulis naskah film memberikan pesan-pesan dakwah islam dari setiap adegan penting di film ini. (cr3/tribun-medan.com)