Rabu, 09 Februari 2011

Cinta Tak Pakai Syarat

ada sebuah keluarga besar. Kakek dan nenek mereka merupakan pasangan suami istri yang tampak serasi dan selalu harmonis satu sama lain. Suatu hari, saat berkumpul bersama, si cucu bertanya kepada mereka berdua, "Kakek nenek, tolong beritahu kepada kami resep akur dan cara kakek dan nenek mempertahan cinta selama ini agar kami yang muda-muda bisa belajar."

Mendengar pertanyaan itu, sesaat kakek dan nenek beradu pandang sambil saling melempar senyum. Dari tatapan keduanya, terpancar rasa kasih yang mendalam di antara mereka. "Aha, nenek yang akan bercerita dan menjawab pertanyaan kalian," kata kakek.

Sambil menerawang ke masa lalu, nenek pun memulai kisahnya. "Ini pengalaman kakek dan nenek yang tak mungkin terlupakan dan rasanya perlu kalian dengar dengan baik. Suatu hari, kami berdua terlibat obrolan tentang sebuah artikel di majalah yang berjudul ‘bagaimana memperkuat tali pernikahan'. Di sana dituliskan, masing-masing dari kita diminta mencatat hal-hal yang kurang disukai dari pasangan kita. Kemudian, dibahas cara untuk mengubahnya agar ikatan tali pernikahan bisa lebih kuat dan bahagia. Nah, malam itu, kami sepakat berpisah kamar dan mencatat apa saja yang tidak disukai. Esoknya, selesai sarapan, nenek memulai lebih dulu membacakan daftar dosa kakekmu sepanjang kurang lebih tiga halaman. Kalau dipikir-pikir, ternyata banyak juga, dan herannya lagi, sebegitu banyak yang tidak disukai, tetapi tetap saja kakek kalian menjadi suami tercinta nenekmu ini," kata nenek sambil tertawa. Mata tuanya tampak berkaca-kaca mengenang kembali saat itu.

Lalu nenek melanjutkan, "Nenek membacanya hingga selesai dan kelelahan. Dan, sekarang giliran kakekmu yang melanjutakan bercerita." Dengan suara perlahan, si kakek meneruskan. "Pagi itu, kakek membawa kertas juga, tetapi....kosong. Kakek tidak mencatat sesuatu pun di kertas itu. Kakek merasa nenekmu adalah wanita yang kakek cintai apa adanya, kakek tidak ingin mengubahnya sedikit pun. Nenekmu cantik, baik hati, dan mau menikahi kakekmu ini, itu sudah lebih dari cukup bagi kakek."

Nenek segera menimpali, "Nenek sungguh sangat tersentuh oleh pernyataan kakekmu itu sehingga sejak saat itu, tidak ada masalah atau sesuatu apapun yang cukup besar yang dapat menyebabkan kami bertengkar dan mengurangi perasaan cinta kami berdua."

Sahabat..
Sering kali di kehidupan ini, kita lebih banyak menghabiskan waktu dan energi untuk memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan yang menyakitkan. Padahal, pada saat yang sama kita pun sebenarnya punya kemampuan untuk bisa menemukan banyak hal indah di sekeliling kita.

Saya yakin dan percaya, kita akan menjadi manusia yang berbahagia jika kita mampu berbuat, melihat, dan bersyukur atas hal-hal baik di kehidupan ini dan senantiasa mencoba untuk melupakan yang buruk yang pernah terjadi. Dengan demikian, hidup akan dipenuhi dengan keindahan, pengharapan, dan kedamaian.


dishare dari sebuah Artikel Majalah..

Perangkap Tikus

Seekor tikus melihat seorang petani membeli perangkap tikus di pasar, dengan penuh ketakutan tikus itu pun berlari ke arah rumah si petani tersebut sambil berteriak "Pak tani beli perangkap tikus...." ditengah perjalanan tikus itu bertemu dengan seekor ular dan menyampaikan hal itu, "Pak tani beli perangkap tikus..." kata si tikus, dengan santainya si ular berkata,"itu perangkap tikus...bukan untuk ular....ngapain saya harus khawatir...itu sih DL (Derita Loh)" dengan kecewa tikus itupun berlalu, kemudian ia bertemu dengan ayam, lalu tikus berkata "Pak tani beli perangkap tikus..." ayam pun berkata "Perangkap itu untuk tikus bukan untuk ayam, jadi kalo kamu yang kena ya itu dih DL...", tambah lagi kecewa si tikus, lalu tikus itu betemu dengan seekor sapi, tapi lagi lagi tak ada yang perduli.....akhirnya si tikus pun pasrah, ke esokan harinya perangkap tikus itu berhasil, namun bukan tikus yang kena melainkan ekor ular, karena kesakitan ular itu meronta ronta, karena ada ribut ribut, istri petani pun ke belakang rumah, namun malang istri petani tersebut terpatuk ular tersebut hingga tak sadarkan diri, dengan marahnya pak tani pun membunuh ular tersebut tanpa ampun, lama penyakit si istri tak kunjung sembuh, pak tani pun di suruh tabib untuk memberi makan sup ceker ayam, karena konon baik untuk menetralisir racun, maka pak tani pun menyembelih ayam tersebut, ternyata racun ular tersebut telah menjalar ke seluruh tubuh hingga si Istri pun tak terselamatkan, akhirnya meningal, kerana banyak yang datang melayat pak tani pun memutuskan untuk menyembelih sapi miliknya, akhirnya si tikus menatap kejadian ini dari kejauhan...

Sahabat..
dari cerita tersebut dapat kita mengambil sebuah pesan moral yaitu bagai mana kita di tuntut untuk menumbuhkan rasa kepedulian kita terhadap apa-apa yang ada disekeliling kita..
contoh yang nyata dapat kita lihat jika ada seorang yang membuang sampah sembarangan, dengan alibi bahwa akan ada yang membersihkan, namun..sadarkah kita bahwa jika hal yang kita prediksi tersebut tidak benar atau tidak ada yang akan membersihkan, banyak kerugian yang akan menimpa orang banyak, mulai dari penyakit menular atau banjir yang mungkin akan merugikan kita semua..

Ayo..kita harus peduli dengan sesama..

sumber : Kembar Team Out Bound

Ayam dan bebek

Sepasang pengantin baru tengah berjalan
bergandengan tangan di sebuah Taman pada suatu
malam musim panas yang indah, seusai makan malam.
Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan
tatkala mereka Mendengar suara di kejauhan: “Kuek! Kuek!”
“Dengar,” kata si istri, “Itu pasti suara ayam.”
“Bukan, bukan. Itu suara bebek,” kata si suami.
“Nggak, aku yakin itu ayam,” si istri bersikeras.
“Mustahil. Suara ayam itu ‘kukuruyuuuk!’, bebek itu ‘kuek! Kuek!’
Itu bebek, Sayang,” kata si suami dengan disertai gejala-gejala
awal Kejengkelan.
“Kuek! Kuek!” terdengar lagi.
“Nah, tuh! Itu suara bebek,” kata si suami.
“Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul,” tandas si istri, sembari
Menghentakkan kaki.
“Dengar ya! Itu a... DA... Lah... Be... Bek, B-E-B-E-K. Bebek!
Mengerti?” si suami berkata dengan gusar. “Tapi itu ayam,” masih
saja si istri bersikeras.
“Itu jelas-jelas bue... Bek, kamu... Kamu....”
Terdengar lagi suara, “Kuek! Kuek!” sebelum si suami
mengatakan sesuatu Yang sebaiknya tak dikatakannya. Si istri
sudah hampir menangis, “Tapi itu ayam....”
Si suami melihat air Mata yang mengambang di pelupuk Mata
istrinya, Dan Akhirnya.... Wajahnya melembut Dan katanya
dengan mesra, “Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu
memang suara ayam kok.”
“Terima kasih, Sayang,” kata si istri sambil menggenggam
tangan Suaminya.
“Kuek! Kuek!” terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka
berjalan Bersama dalam cinta.

Sahabat..
siapa yang Peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah
keharmonisan Mereka, yang membuat mereka dapat
menikmati kebersamaan pada malam yang Indah itu.
Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara
persoalan sepele?
Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal “ayam atau
bebek”?
Ketika Kita memahami kisah tersebut, Kita akan ingat apa yang
menjadi Prioritas Kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang
mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek.
Lagi pula, betapa sering Kita merasa yakin, amat sangat mantap,
mutlak bahwa Kita benar, namun belakangan ternyata Kita salah?
Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa
genetik sehingga bersuara seperti bebek!
membahagiakan istri dan keluarga itu wajib hukumnya..
So..
kita itu adalah apa yang kita pikirkan..
bertindak Sekarang..

sumber : Kembar Team Out Bound

Makna Kehidupan

Tuhan yang Maha Baik memberi kita ikan,

tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya.
Demikian juga Jika kamu terus menunggu waktu yang tepat,
mungkin kamu tidak akan pernah mulai.
Mulailah sekarang…
mulailah di mana kamu berada sekarang dengan apa adanya.

Jangan pernah pikirkan kenapa kita memilih seseorang untuk dicintai,
tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih kita untuk mencintainya.

Perkawinan memang memiliki banyak kesusahan,
tetapi kehidupan lajang juga memiliki suka-duka.
Buka mata kamu lebar-lebar sebelum menikah,
dan biarkan mata kamu setengah terpejam sesudahnya.

Menikahi wanita atau pria karena kecantikannya atau ketampanannya
sama seperti membeli rumah karena lapisan catnya.
Harta milik yang paling berharga bagi seorang pria di dunia ini adalah
hati seorang wanita.

Begitu juga Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan sejati layaknya kesehatan,
nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya.

Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu didalam hatimu
dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya.
Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga kita.

Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan,
tapi jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain…
tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu.

Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran.
Dialah hiasan dikala kamu senang dan perisai diwaktu kamu susah.
Namun kamu tidak akan pernah memiliki seorang teman,
jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.

Karena semua manusia itu baik kalau kamu bisa melihat kebaikannya
dan menyenangkan kalau kamu bisa melihat keunikannya
tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan
kalau kamu tidak bisa melihat keduanya.

Begitu juga Kebijakan, Kebijakan itu seperti cairan,
kegunaannya terletak pada penerapan yang benar,
orang pintar bisa gagal karena ia memikirkan terlalu banyak hal,
sedangkan orang bodoh sering kali berhasil dengan melakukan tindakan tepat.

Dan Kebijakan sejati tidak datang dari pikiran kita saja,
tetapi juga berdasarkan pada perasaan dan fakta.
Tak seorang pun sempurna.
Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak.
Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar
meskipun terbukti salah.

Apa yang berada di belakang kita dan apa yang berada di depan
kita adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam kita.

Kamu tak bisa mengubah masa lalu….
tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan.

Bila Kamu mengisi hati kamu ….
dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan,
Kamu tak memiliki hari ini untuk kamu syukuri.

Jika kamu berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan
dan hari esok tanpa rasa takut,
berarti kamu sudah berada dijalan yang benar menuju sukses.

Sungai dan Kubangan Air

Di antara rimbunan pohon di tepian hutan. Tampak sebuah Kubangan Air Kecil yang berair tenang, tanpa kegiatan apapun di situ. Dengan santai si Kubangan tadi mengajak sungai di sisinya mengobrol, "Hai sungai, kuperhatikan setiap hari kamu tidak henti-hentinya mengalir. Apakah engkau tidak merasa lelah dan bosan? Sering kali aku melihatmu menarik kapal yang berat, kadang mendorong perahu yang sedang berlayar atau mengangkut perahu bambu para nelayan yang tidak terhitung jumlahnya. Kehidupan yang melelahkan dan membosankan seperti itu sampai kapan baru berhenti? Terus terang saja, kalau aku harus mengerjakan semua itu, aku pasti kelelahan dan jenuh sampai mati.

Dibandingkan dengan dirimu, alangkah mujur nasibku ini. Memang aku tidak setenar dirimu dan tidak tercetak di gambar peta. Tidak ada orang yang menyanjungku dan membuat lagu untukku. Tapi untukku semua itu tidak ada artinya. Lihatlah, aku selalu berbaring di atas tanah lembab yang empuk, layaknya seorang putri sedang tidur di atas kasur bulu angsa. Aku bisa menikmati kedamaian dan keindahan alam setiap saat, tidak perlu terganggu oleh kapal dan perahu yang berat, kotor, dan berisik itu.

Memang kadang ada sih, sedikit musibah mengganggu ketenanganku, itupun hanya karena selembar daun yang terjatuh di permukaan airku. Bahkan tiupan angin dari empat arah pun tidak pernah mengganggu kedamaian hidupku. Alangkah nikmatnya hidup ini dan aku tidak mau menukar dengan apapun untuk beralih menjadi seperti dirimu."

Mendengar kalimat panjang dari si Kubangan air itu, dengan sabar si sungai menjawab, "Sahabat Kubangan, namaku adalah sungai, karenanya aku wajib meninggalkan kehidupan yang santai, aku harus mengikuti hukum alam, setiap hari mengalir tidak berhenti. Dengan bantuan angin dan tanah, arus airku ini melayani berbagai kebutuhan manusia. Aku memberikan seluruh tenagaku kepada alam. Dari situlah aku mendapat penghormatan dan sanjungan. Seumur hidupku aku akan mengalir dan terus mengalir dan aku pasti akan selalu diingat manusia sepanjang masa. Dan waktu itu, kamu entah di mana, orang-orang pun pasti akan melupakanmu!"

Dan benar seperti yang dikatakan si sungai, dia terus mengalir sepanjang tahun dan si Kubangan tadi semakin lama makin mengering dan akhirnya dilupakan orang.

Sahabat..
Dalam cerita tersebut, Kubangan air itu berkias sebagai insan yang puas hanya berdiam diri dengan keberadaannya tanpa berbuat apa-apa. Egois dan hanya memikirkan kepentingannya, dirinya sendiri.

Sedangkan sungai menunjukkan sosok pribadi yang menghargai jati diri, siap melayani, dan membantu orang lain sehingga dapat menikmati kehidupannya dengan selalu bersahaja dan berbahagia.

Em..Manakah yang akan menjadi pilihan hidup kita, berguna atau hanya menggunakan saja..
Insan yang manakah kita?

sumber : Kembar Team Out Bound

SURAT CINTA UNTUK RASUL....

Assalamualaika, ya Rasulullah..

Sebelum diriku mula berbicara, sudah tergambar di fikiran ini..

Betapa bahagianya dirimu di sisi Allah..

Betapa bertuahnya dirimu menjadi pilihanNya..

Betapa beruntungnya dirimu ditabalkan menjadi utusanNya..

Dikaulah penghulu sekalian Nabi, pembawa rahmat buat sekalian alam..

Ya Rasulullah…

Di kesempatan ini, ingin daku khabarkan kepadamu…

Aku rindu padamu, ya Rasulullah.. Aku dambakan pertemuan denganmu, ya Rasulullah… Seringkali aku bertanya pada diri ini… Pada hayatku ini, aku belum sempat bersamu, ya Rasulullah.. Terpilihkah aku untuk bertemu denganmu di akhirat sana?.. Ingin sekali aku tatap wajah indahmu… Ku tadahkan tangan ini memohon pada Ilahi, agar dipertemukan denganmu, ya Rasulullah.. Walau pun sekadar menatap pusaramu, itu sudah cukup bagiku.. Tapi, berpeluangkah diri ini?...

Ya Rasulullah…

Walaupun kita tidak pernah bersua, sirahmu menjadi pedoman hidupku.. Engkaulah qudwahku… Betapa hebatnya perjuanganmu.. Betapa tabahnya dirimu menerima cabaran dan tarbiah dari Tuhan..

Malu untuk diri ini berkata-kata..

Ya Rasulullah,

Diri ini pernah berjanji untuk mengamalkan sunnahmu.. Diri ini juga pernah berjanji untuk menyambung rantai perjuanganmu… Namun,seringkali aku rebah dalam berjuang.. Seringkali diri ini terasa lemah.. Penat dan letih... Kaki ini telah gagal untuk terus melangkah.. Aku GAGAL,ya Rasulullah…

Di saat ini,diriku mendambakan dirimu bersamaku..

Ingin aku adukan padamu,keperitan yang aku rasai…Ingin aku adukan kesakitan yang aku deritai…Ingin aku adukan segala-galanya, ya Rasulullah..

Aku malu, ya Rasulullah…

Malu untuk berhadapan denganmu… Aku malu dengan pengakuanku… Namun,itulah yang aku lalui..

Ku cuba menelusuri sirahmu,ya Rasulullah.. Mencari-cari semangat juang yang engkau tinggalkan.. Mengutip kembali segenggam tabah yang engkau wariskan… Tapi, aku tetap GAGAL untuk bangun dari kejatuhanku…

Aku cuba lagi,ya Rasulullah…

Ku usap butir jernih yang jatuh tanpa henti… Ku kutip sisa-sisa semangat yang masih berbaki..

Aku akan terus mencuba,ya Rasulullah… Andai harta yang jadi taruhan, andai nyawa yang harus dikorbankan, akan aku buktikan.. Demi meneruskan perjuangan ini, AKU SANGGUP, Ya Rasulku..

Wahai Rasul Penghulu Sekalian Nabi,

Aku bahagia menjadi umatmu… Sudah lama dirimu meninggalkan kami,ya Rasullah..

Amanatmu, sunnahmu, tetap abadi hingga kini..

Namun,malu untuk diri ini akui… terlalu sedikit iktibar yang aku praktikalkan..

Maafkan aku,ya Rasulku…

Terlalu sedikit hikmah yang dapat aku rungkaikan…

Terlalu sedikit penghayatan yang aku renungkan…

Sedangkan perjuanganmu begitu perih dalam menegakkan yang hak, menghazafkan yang batil…

Maafkan aku, maafkanlah aku..

Di akhir qalamku ini…

Sekali lagi ingin aku lafazkan.. “ Aku rindukanmu, ya Rasulullah..”

Filosofi Pensil

Pada suatu sore yang teduh, seorang nenek tampak berkutat asyik dengan kegiatannya di halaman belakang sebuah rumah. Ia tampak sedang menuliskan sesuatu pada sebuah kertas. Kala itu, kemudian si cucu datang menghampiri dan bertanya, "Nenek sedang menulis apa Nek, sepertinya asyik sekali. Pensilnya baru ya Nek?"

Sambil tersenyum sabar, si nenek menjawab. "Nenek sedang menulis tentang kamu, cucu nenek yang cantik dan pintar," ucapnya penuh sayang. "Tetapi, sebenarnya ada yang lebih penting lho dari isi tulisan ini, yaitu pensil yang nenek pakai untuk menulis ini."

Si cucu sejenak merasa kebingungan mendengar penuturan nenek. Ia pun dengan saksama mengamati sesaat pensil yang ada di tangan nenek. Tak lama, si cucu berkata, "Selain pensilnya masih baru, rasanya tidak ada yang istimewa dari pensil Nenek. Memang apa hebatnya pensil Nenek dibandingkan dengan pensil yang lain?"

"Benar cucuku. Pensil nenek sama saja dengan pensil yang lain. Maksud nenek, sebatang pensil bukan hanya dinilai dari bentuk fisiknya, warna, atau panjang pendeknya, tetapi sebatang pensil sebenarnya mempunyai 5 kualitas unggulan yang bisa menjadi pedoman saat kita menjalani kehidupan ini," jelas nenek sembari mengelus lembut rambut cucu kesayangannya.

"Memangnya selain untuk menulis, kualitas apa lagi yang dipunyai oleh sebatang pensil Nek?" tanya si cucu penasaran.
"Dengarkan baik-baik ya..." ungkap nenek.
"Kualitas pertama yang perlu diperhatikan yaitu bahwa pensil dapat menjadi pengingat kita kalau kita bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Yakni, mengingatkan bahwa seperti sebuah pensil ketika menulis, kita tidak boleh lupa bahwa ada tangan yang selalu membimbing langkah kita dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan. Dia selalu membimbing kita sesuai dengan ajaran-ajaranNya."

"Kualitas kedua, Kamu bisa memperhatikan, bahwa saat proses menulis, kita kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil kita. Rautan itu seakan membuat si pensil menderita. Tetapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kehidupan manusia. Kita harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, termasuk berbagai ujian dan tantangan, karena itu semua yang akan membuat kita menjadi manusia yang lebih baik dan berkualitas."

"Kualitas ketiga yang perlu kamu camkan adalah bahwa pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk menggunakan penghapus sebagai upaya memperbaiki kesalahan. Oleh karena itu, memperbaiki kesalahan dalam hidup ini bukanlah hal yang jelek atau buruk. Itu bahkan membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar. Hal ini sekaligus mengingatkan bahwa kita tak pernah luput dari berbagai jenis kesalahan."

"Kualitas keempat yakni tentang bagian yang paling penting dari sebuah pensil. Jika kamu perhatikan, bagian yang paling bermanfaat bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalamnya. Begitu pula dengan kita. Karenanya, kita harus selalu memupuk hal-hal baik yang ada di dalam diri kita dengan terus meningkatkan kualitas dalam diri. Karena itu, kita perlu terus memupuk kekayaan mental dalam setiap tindakan kita."

"Kualitas kelima adalah bahwa harus kita sadari jika sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga manusia, kita harus selalu sadar dan waspada karena apa pun yang kita perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan dan goresan. Maka berhati-hatilah dalam berpikir, berucap, dan bertindak. Sehingga, goresan yang kita tinggalkan akan menjadi guratan yang memberi manfaat bagi diri dan orang lain."

Mendengar ucapan itu, si cucu pun berterima kasih pada nenek. "Akan saya ingat terus ucapan Nenek ini. Semoga, saya juga bisa menjadi 'pensil' yang berkualitas Nek..."


Sahabat ...
Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas! Dan, setiap saat kita tak bisa lepas dari berbagai unsur yang ada di sekeliling kita. Sebagai manusia yang ber-Tuhan, kita harus memiliki nilai spiritual untuk mengajarkan diri agar selalu rendah hati. Kemudian, dalam menjalani kehidupan, kita selayaknya terus berusaha memoles diri secara kontinu agar dapat meningkatkan kualitas pribadi.

Tak lupa, saat melakukan berbagai kesalahan, kita belajar berbenah diri untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik. Saat kita maju, tak lupa untuk tetap belajar. Melalui sikap belajar yang konsisten, semoga apa yang telah dan akan kita pikir, ucapkan, dan perbuat, mampu menjadi berkat bagi diri sendiri dan bermanfaat untuk orang lain. Sehingga, hidup kita akan jauh lebih berarti.

disadur oleh berbagai sumber dan kisah-kisah motivasi..