Minggu, 14 November 2010

Ghoqielt Community - Tuangkan Imazinasi Menjadi Film


Bukan alat perekam yang menjadikan sebuah film itu menarik atau bagus, tetapi ide pengambilan gambar dan alur cerita yang bervariasilah faktor terpentingnya.

Itulah yang diterapkan untuk anggota Ghoqielt Community. Menghasilkan sebuah karya dengan alat yang ada. “Dokumentasi gambar pertama diabadikan dengan MP4 Player, alat ini hanya memiliki kamera 2 mega fixel, tetapi hasilnya cukup lumayan bagus untuk pemula seperti kami,” ungkap Opiq salah satu anggota dari Ghoqielt Community kepada Global, Selasa (21/9).


Ghoqielt Community terbentuk pada 22 Juni 2007. Di dalamnya terdapat anak mudah yang hobi dengan pembuatan film pendek. “Tahun 2007 waktu kami duduk di kelas XI SMA, kegiatan kami hanya sebatas nongkrong bareng, kemana-mana bareng dan belum fokus dengan apa yang ingin kami hasilkan tetapi setiap moment yang kami alami selalu direkam baik foto atau rekamannya. Tahun 2008 baru memfokuskan membuat film berdurasi sekitar 15-20 menit atau disebut dengan film pendek,” tambahnya.


Bisa dikatakan pendiri komunitas ini hanya lima orang yaitu Opiq, Adit, Ardy, Fadly dan Johan. Mereka yang tergabung di dalamnya adalah orang yang tergolong sangat kreatif dan setia kawan. Keahlian dalam bidang perfilman seperti, sutradara, editing dan kameraman didapat secara otodidak dari lapangan. Lambat laun pengalamanlah yang membuat mereka menguasai bidang ini.


Global mengunjungi tempat berkumpulnya komunitas yang berkonsentresi di pembuatan film pendek, Jalan Adam Malik Gang Slamat No 21 Medan. Biasanya di kamar Opiq mereka selalu menuangkan ide dan imajinasi yang ada di otak mereka yang kreatif. “Banyak imajinasi atau ide yang tersimpan di otak kami,dan biasanya tidak semua terealisasikan dalam kehidupan kami, imajinasi yang cemerlang ini kami tuangkan menjadi sebuah film,” katanya.


Memang masih tiga tahun berdiri, tetapi banyak karya yang dihasilkan mereka. Hampir lima puluh judul film yang mereka produksi, beberapa diantaranya seperti: Rumah Kita, Global Never Warming, Gulung Uang, Jo mengejar Cinta, Hydrosper, Dari Hati, Choise Of Demo Grazy, Ketika Kekuatan menjadi Mayoritas, Museum Sejarah yang Terlupakan, 1000 Langkah Satu Tujuan, Pionaring Sahabat dan Kelas Berdinding Angin.


Bukan hanya berkarya saja, tetapi mengikuti kompetisi film Indie menjadi agenda tahunan yang harus mereka ikuti. Prestasi pun mereka raih, tahun 2008 Opik dinobatkan menjadi sutradara terbaik film pendek berjudul Global Never Warming yang diselenggarakan Lembaga Sosial Masyarakat Pusat kajian Perlindungan Anak (LSM PKPA), tahun 2009 masuk ke dalam kategori editor terbaik dengan judul Gulung Uang dan juara II skrip berjudul Memulung Cita-Cita diselenggarakan oleh Festival Film Anak (FFA) pada hari anak nasional.


Dari sekian banyak film pendek yang dihasilkan, ada satu film berjudul Dari Hati bertema persahabatan itu bukan dinilai dari uang tetapi berasal dari hati memiliki kisah yang sangat berkesan. Opiq mengungkapkan banyak kejadian yang mereka alami, pernah mereka disangka pencuri oleh warga Gaperta Medan karena gambar diambil dini hari.


“Produksi Film ini hanya dua hari, jadi kami harus memanfaatkan waktu dengan baik. Ada visual yang harus diambil dalam situasi yang benar-benar sepi, karena itu shooting dimulai dari pukul 12.30 malam sampai pukul 3.30 subuh. Mungkin karena cahaya yang dikeluarkan kamera membuat warga Gaperta Medan ramai-ramai keluar dan menyangka kami pencuri tetapi dengan penjelasan dari kami mereka mengizinkan kami melanjutkan kegiatan kami,” paparnya sembari tersenyum.


Ghoqielt Community tersendiri telah melahirkan tiga komunitas film pada tahun 2010 ini, yaitu: Kofamzah Pictures, Kompaz Production dan Krikil Pictures. Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi calon anggota, Ghoqielt Community melakukan penilaian secara sadar dan tidak sadar dan semuanya gampang.


“Ada pertanyaan khusus yang diberikan kepada calon anggota seperti arti sahabat, gimana kesetiakawanan itu terjadi, dan secara langsung dinilai bagaimana kepribadian calon anggota seperti apakah dia bisa saling membantu satu dengan yang lainnya,” ulasnya.


Pesan yang ingin disampaikan Ghoqielt Community kepada anak-anak yang memiliki hobi membuat film adalah membuat film itu mudah, memanfaatkan handphone pribadi juga bisa menghasilkan sebuah film, asalkan menguasai editing dan benar-benar konsisten dengan tujuan awal.


Ada beberapa target yang ingin dicapai komunitas ini. Dalam jangka pendek mereka ingin memiliki kamera dengan fasilitas yang bagus, lantaran ada beberapa visual yang tidak bisa direkam dengan handycam biasa. Untuk jangka panjang Ghoqielt Community ingin punya film layar lebar sendiri dan punya tempat tongkrongan.


“Tempat tongkrongan ini bukan hanya untuk ngumpul-ngumpul saja tetapi sebagai tempat pemutaran film Indie karya anak bangsa, baik komunitas film yang berada di Kota Medan ataupun yang berasal dari luar kota,” ujarnya.


sumber : harian-global.com

Kamarku, Basecamp Ghoqielt Community


Kamar biru muda, beralaskan papan dan beratapkan catur yang dapat menampung hingga 15 orang, tepatnya beralamat di Jalan Adam Malik Gg Slamat No 21 Medan adalah kepunyaan M Taufik Pradana mahasiswa semester 3 Departeman Ilmu komunikasi Fisip Universitas Sumatera Utara.


Opiq sapaan akrabnya, bukan hanya menjadikan kamar sebagai tempat paduan terakhirnya di saat lelah tetapi juga memfungsikan kamar menjadi tempat menggali ide atau inspirasi. Di bilik dengan ukuran 7x3 meter ini sering dijadikan tempat ngumpul atau yang akrab dikenal dengan basecamp Ghoqielt Community yaitu komunitas yang terbentuk pada 22 juni 2007.


“Anak-anak lain memiliki sebutan sendiri tentang basecamp kami yaitu bangkel kreatif, tetapi bukan bengkel yang terdapat oli melainkan ide brilian tuk melicinkan suasana,” terangnya kepada Global, Rabu (25/8).


Meskipun semua yang ada di kamar ini menjadi milik bersama, meletakkan barang secara sembarang tidak akan hilang, tetap panasnya ruangan kadang membasahi otak serta ada larangan bagi cewek untuk memasuki tempat ini karena etika selalu mereka junjung tinggi. Walaupun begitu, tawa canda bahkan jadi momen wajib jika berada di kamar saat ngumpul dengan kawan-kawan.


“Banyak hal yang kami lalui di kamar ini di antaranya: nonton bareng, lokasi produksi film, studio foto, latihan musik, tempat online, salat berjemaah, sampai-sampai tempat makan kadang,” papar anak sulung pasangan Chandra Kesuma dan Khairina Ulfa.


Cowok yang lahir di Kuala Simpang 13 Maret 1991 lalu, mendesain kamarnya sendiri. Pada awalnya warna dinding putih karena bosan kemudian di cat biru, asbes bercorak catur dipilihnya agar terlihat unik. Tempat tidur menggunakan springbed ukuran kaki, jika sesekali ingin tidur di lantai juga tidak masalah dan dijamin tidak masuk angin karena beralas papan.


Banyak hiasan dinding di kamar yang sering terlihat berserak dari pada rapinya itu, di antaranya ada bingkai 100 x 80 cm diisi dengan berbagai momen foto, poster film Indie asal Bandung, 2 kaligrafi, gantungan bad panitia berbagai event serta spanduk hasil desain senior dengan ukuran 1 meter x 1,2 meter.


”Di sini keributan sudah menjadi makanan sehari-hari orang tua Opiq bahkan ketawa kedengaran cukup keras, tapi untungnya orang tua lebih suka liat kami ngumpul di rumah dari pada keluyuran di luar gak jelas,” ujarnya.


SUMBER : www.harian-global.com

Opique Picture's Editor Terbaik FFA 2009

Penganugerahan terhadap 30 film dan insan perfilman yang berkompetisi dalam Festival Film Anak (FFA) Medan 2009 yang diselenggarakan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) berkolaborasi dengan Komunitas Film Sumatera Utara berlangsung meriah.


Ketua Panitia Pengarah Ahmad Sofian mengatakan, Festival Film Anak (FFA) Medan 2009 merupakan ajang kreatifitas yang bertujuan mendorong anak-anak untuk berkreasi dalam rangka implementasi hak partisipasi anak, termasuk di dalamnya mengemukakan pendapat, berkumpul dan berekspresi.


"Ini merupakan FFA tahun kedua dengan menghadirkan 30 film karya partisipasi anak dari Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Nanggro Aceh Darussalam (NAD), tingkat partisipasi anak meningkat lebih dari seratus persen dibanding FFA 2008 yang menghadirkan 17 film dari Sumatera Utara, NAD, Jawa Barat dan Jawa Timur," kata Sofian kepada wartawan Senin Malam (30/11) di Medan.


Selain dihadiri oleh aktor kawakan Didi Petet dan aktivis perlindungan anak Arist Merdeka Sirait sebagai Dewan Juri, malam penganugerahan FFA Medan 2009 juga dihadiri tamu istimewa Seto Mulyadi atau yang akrabnya disapa Kak Seto.


Turut hadir, Wakil Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujonugroho, ST, wakil Bupati Serdang Bedagai Ir. H. Soekirman dan Puteri Sumut Fatimah Syahnur Lubis.


Didi Petet dalam sambutannya mengatakan, FFA adalah Festival Film Anak pertama di Indonesia yang diharapkan dapat memajukan dunia perfilman nasional.


"Medan harus mampu menjadi kiblat perfilman anak, dan pemerintah harus melihat ini sebagai aset budaya, semua pihak harus mendukung sehingga gaung FFA tidak saja secara nasional tetapi bisa internasional," cetus Didi.


Ketua KOMNAS Perlindungan Anak, Seto Mulyadi dalam sambutannya mengatakan, pada dasarnya anak adalah kreatif, lingkungan dan sistem pendidikan yang membuat kreatifitas anak menjadi mati.


"Melalui media FFA ini kami harapkan dapat memicu semangat anak-anak untuk berkreasi," kata Kak Seto.
Wakil Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujonugroho menerangkan, pemerintah Sumatera Utara menyambut baik dilaksanakannya Festival Film Anak sebagai kegiatan tahunan yang mampu memajukan kebudayaan dan pariwisata di Sumut.


"Potensi anak-anak Sumatera Utara beberapa propinsi di Indonesia yang luar biasa ini harus untuk didukung oleh semua pihak sehingga dapat menjadi aset pembangunan di masa depan," katanya.



Selain memutar trailer 30 film peserta FFA 2009, hiburan di malam penganugerahan yang dihadiri 800 pasang mata ini juga menampilkan seniman anak dari pertukaran pelajar Jepang-Indonesia dan Flowrens Band binaan SKA PKPA.


Dalam pembacaan penganugerahan yang dibacakan sponsor, komunitas film, dewan juri dan panitia, diumumkan pemenang film kategori fiksi dan dokumenter, serta insan perfilman anak kategori fiksi dan dokumenter.


Film pemenang untuk kategori dokumenter adalah Juara 1 "Kami Kelas 2 A", produksi Lapas Anak Medan, Sumut; Juara 2 "Peluh Sang Iwan" produksi SMA Sri Mersing Tanjungpura Langkat Sumut, Juara III "Info Sekolah" Produksi SMA 4 Lhokseumawe NAD, juara favorit "Ari Electric" produksi SMK Telkom Sandhy Putra Medan.


Sedangkan untuk produksi film fiksi pemenangnya adalah Juara I "Baju Buat Kakek" produksi Sawah Artha Film/ SMP Satu Atap Karangmoncol Purbalingga Jatim; Juara II "Melompat Sejauh Mimpi" produksi Inside production, Malang; Juara III "Tetap Semangat" produksi Abah Production Medan, Sumut, juara Favorit "Hadiah Terindah" produksi Q-can production Gunungsitoli, Nias Sumut.


Untuk insan perfilman berpersfektif anak penghargaan terbaik untuk kategori dokumenter diberikan kepada Ardi Syahputra sebagai Sutradara terbaik dalam film "Kami Kelas II A", Danu sebagai editor terbaik dalam film "Info Sekolah", Wandi sebagai ide cerita terbaik dalam film "Peluh Sang Iwan" dan Berty Nainggolan sebagai narator terbaik dalam film "Annai Velangkali".


Insan perfilman berpersfektif anak penghargaan terbaik untuk kategori fiksi diberikan kepada Andhika Thelambanua dalam film "Impian Anakku", aktris terbaik Narti dalam film "Baju Buat Kakek", editor terbaik M Taufik Pradana dalam film Gulungan Uang, Rizkan Jania MN sebagai ide cerita terbaik dalam film "Hadiah Terindah", Jenthro sebagai penata suara terbaik dalam film "Melompat Sejauh Mimpi", dan Fachri Anziar sebagai setter/ artistik terbaik dalam film "Aku Nak Merantau".


Film-film dan sineas muda terbaik ini diperoleh berdasarkan hasil sidang penjurian yang berlangsung di Royal Perintis Hotel, Jalan Parintis Kemerdekaan Medan, Minggu (29/11) dengan Dewan juri terdiri dari Didi Widiatmoko (Didi Petet/ aktor), Arist Merdeka Sirait (Sekjen Komnas PA), Onny Kresnawan (Sutradara), Marhamah (Biro PP Anak dan KB Sekdaprovsu) dan Siti Fatima Syahnur Lubis (Putri Sumut).


SUMBER : www.harian-global.com

DAFTAR PESERTA FESTIVAL FILM ANAK MEDAN 2010










1. Mimpi Sari/
Teungku Helmi/ Forum Anak Banda Aceh,
2. Bullying/ Rida
dan Helmi/ Forum Anak Banda Aceh,
3. Anak Jalanan/ Teungku Helmi/ Forum Anak Banda Aceh,
4. Sahabatku Hasrati/ Nanda Asifa/ Forum Anak Aceh Besar,
5. Aminah/ Siti Sarah/ Forum Anak Aceh Besar,
6. Aneuk Itik/ Hamdani/ Forum Anak Aceh Timur,
7. Ayah Pergi/ Muhajir Akbar/ Forum Anak Aceh Timur,
8. Sendal/ Adi Suryadi/ Forum Anak Aceh Timur,
9. Endhog/ Padmashita Kal-pika/ Brankas Film - Purbalingga,
10. Di sini Panglima Besar Dilahirkan/ Padmashita Kalpika/ Brankas Film - Purbalingga,
11. Be-lajar Sejarah Dunia Lewat Logam & Ker-tas/ Annisah Nur Adinah/ Daffadol Film - Purbalingga,
12. Pigura/ Darti dan Yasin/ SMPN 4 Satu Atap Karangmoncol,
13. Me-nuju Titik Terang/ Elma Sulistiya/ Masih Timur Film - Purbalingga,
14. Linglung/ Am-rizal Faturohman/ Bozz Community - Pur-balingga,
15. Aku Bukan Malinkundang/ Dewi Prahesti/ Smega Film - Purbalingga,
16. Menggapai Bintang/ Aulia Satria/ S-MK Telkom Sandhy Putra Medan/ Teater Semut,
17. Pulang ke Asal/ M. Ali Fir-daus/ SMK Telkom Sandhy Putra Medan/ Teater Semut,
18. Kisahku/ M. Ali Firdaus/ SMK Telkom Sandhy Putra Medan/ Teater Semut,
19. Adik/ Dedi Junaidi/ Sahabat Multimedia/ SMKN 10 Medan,
20. Anak Sekolah/ Siti Rohaya/ Sahabat Multimedia/ SMKN 10 Medan,
21. Influence/ M. Iqbal/ Sahabat Multimedia/ SMKN 10 Me-dan,
22. Mutiara Sungai Deli/ M. Fachru Rozi/ Multi Creation,
23. Semerbak Ma-war di Taman Sekolah/ Adhe Firza/ Ese-ma 4 Cinema/ SMAN 4 Medan,
24. Masih Ada Waktu/ Della Dahaka/ Esema 4 Cine-ma/ SMAN 4 Medan,
25. Seragam Seko-lah yang Basah/ Bebby dan Nasbiah/ S-MA Sultan Iskandar Muda - Medan,
26. Pionering Sahabat/ dila lubis / Komfaz Praduction – Medan,
27. Museum Sejarah Yang Terlupakan/ M Taufik Pradana/ Opique Picture – Medan,
28. When Youth Combat Trafficking/ Dita Ramayani/ Di3-va Production – Medan,
29. Jejak Sang Putri/ Isnaini Syakira/ Komunitas Film Harapan - Medan,
30. Mencuri di Lapas/ Ardi Syahputra/ Kelompok Anak LAPAS - Medan,
31. Kelas Berdinding Angin/ Harry Yasir Siregar/ Krikil Picture's – Medan,
32. Seribu Langkah Satu Tujuan/ Safri Lubis dan Sabrina / Kofamzah Picture - Medan,
33. Pena Warna-warni/ Rizkan Jania MN/ Q-can Production - Medan,
34. Gara-gara Narsis/ Ardilla Lubis/ D’gem-bels Community - Medan,
35. Surat Ratu Ketam Sangkak/ Wandi Gultom/ WD production – Langkat,
36. Kader-kader Sang Pencerah/ Faisal Fariz/ PMV Medan,
37. Ke-17/ Windha Mitari/ SMA Dharma Pancasila – Medan,
38. MOS bikin Kre-atif/ Windha Mitari/ SMA Dharma Panca-sila – Medan,
39. Anak Funk: Kami Peju-ang Jalanan/ Bella Destalia/ D’gembels Community - Medan.

sumber : http://tabloidkabarfilm.blogspot.com/