Minggu, 21 Oktober 2012

Yuk, belajar buat film

AVLI YARMAN
Kontributor WASPADA ONLINE

MEDAN - Hiruk-pikuk yang terjadi di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan baru-baru ini bukan berarti perkelahian melainkan bentuk apresiasi mahasiswa kampus orange itu atas pemutaran film fiksi yang digelar dalam kegiatan Diskusi Balada Orange, Jl SM Raja Medan.

Meski diguyur hujan dari sore bukan berarti melunturkan semangat mahasiswa untuk memeriahkan acara setiap malam minggu tersebut. Ya, Diskusi Balada Orange adalah kegiatan dengan visi misi membangkitkan semangat dan menciptakan rasa kekeluargaan civitas akademika kampus yang rutin melahirkan jurnalis dan praktisi humas andal.


Pada kesempatan itu, panitia memilih tema tentang film dokumenter dan fiksi dengan harapan merangsang mahasiswa mampu membuat sekaligus melahirkan generasi baru pembuat film. Selain pemutaran film dan hiburan musik ala akustik, Balada Orange juga mengundang komunitas film di Kota Medan, Opique Pictures, menampilkan karyanya.

Acara diawali dengan menampilkan narasumber yang sudah malang melintang di dunia broadcast semasa aktif sebagai reporter di salah satu televisi swasta nasional. Suprapti Indah Putri atau lebih dikenal Putri Bakri tak lain adalah dosen sekaligus Puket II STIK-P dan mantan reporter MetroTV. Kepada mahasiswa, Putri berbagi cerita dan ilmu dalam pengambilan gambar yang baik diselingi pengalamannya saat menjadi salah satu reporter.

Banyak kisah lucu dan menarik yang sesekali mengundang tawa mahasiswa, namun ada juga dukanya saat mengemban tugas tersebut. Setelah itu, narasumber lain dari Opique Pictures diwakili M Taufik Pradana.

Sekretaris merangkap humas komunitas yang terbentuk 9 Januari 2008 silam itu mengatakan telah melahirkan puluhan film dokumenter maupun fiksi yang dinahkodai M Ridho Pratama. Taufik juga memaparkan sedikit tentang sejarah film dokumenter dan menampilkan film “Gak Belok Lagi”, menceritakan pergaulan anak muda zaman sekarang yang melampaui kodratnya sebagai perempuan dengan menyukai sesama jenis sebelum akhirnya bertaubat dan kembali ke kehidupan normal.

“Menjadi seorang sutradara film dokumenter atau fiksi tidaklah sulit, asalkan serius, sabar, dan jeli dalam mengambil gambar, membuat naskah serta edit gambar. Pokoknya, nggak sulit buat film dokumenter, asal benar-benar ditekuni,” ucapnya menambahkan dalam waktu dekat akan memproduksi film fiksi terbaru berjudul Marjinal.

Tak mau kalah, mahasiswa STIK-P juga menampilkan film “Potret Kehidupan” menceritakan tentang seorang pemuda yang ingin melanjutkan kuliahnya namun terbentur biaya. Sebagai informasi, film buatan anak STIK-P ini menjuarai kompetisi Young Magazine 2010 di  Medan.

Congrats
ya buat anak-anak STIK-P dan Balada Orange… Kami tunggu karya-karya selanjutnya.

Editor: AUSTIN ANTARIKSA

sumber : www.waspada.co.id/