Sabtu, 16 November 2013

CARA MUDAH EDITING MOVIE DENGAN ULEAD VIDEO STUDIO 9

Semangat untuk memberi yang terbaik bagi pengunjung blog membuat saya berusaha keras untuk menampilkan materi tutorial yang bermutu. Kali ini saya akan membahas editing movie. Suatu materi yang cukup menarik terutama bagi Anda yang suka membuat film indie. Pada tutorial ini saya menggunakan software Ulead Video Studio 9. Oke, selamat menikmati dan belajar editing movie. Langkah-langkah mengedit film yang diambil menggunakan handycam sebagai berikut :
  1. Dimulai dari Star – Program – Ulead VideoStudio 9
  2. Selanjutnya Klik VideoStudio Editor untuk memulai mengedit Film
  3. Sebelum mengedit kita pindahkan dulu film hasil shoting kita dari Handycam dengan cara mengklik capture, yang selanjutnya akan disimpan di folder yang telah kita buat sebelumnya
  4. Untuk memulai mengedit, file yang tadi telah kita capture di buka lalu di blok potongan – potongan film hasil shotingan kita
  5. Lalu muncul Conformasi bahwa file tersebut akan di edit lalu Pilih Oke
  6. Lalu di Drag Potongan-potongan tadi yang hasilnya seperti di bawah ini, selanjutnya kita akan memberi efek, di sini banyak efek yang bias kita berikan
  7. Selanjutnya efek tadi kita drag ke posisi potongan-potongan film, sebagai contoh kita pilih yang film, dan hasilnya bisa kita kita lihat di bawah
  8. Selanjutnya kita akan membuat tulisan/judul, untuk memberi tulisan kita pilih Title yang disini banyak pilihan yang bisa kita gunakan
  9. Setelah itu tulisan tadi di drag di posisi Label T , dan Tempatkan sesuai dengan potongan film yang kita kehendaki
  10. Selanjutnya kita akan memberi audio/musik, kita pilih Audio
  11. Pilih Lagu Yang di Sesuai
  12. Selanjutnya kita drag ke posisi icon musik
  13. Selanjutnya untuk mengakhir film kita, kita bisa beri tulisan
  14. Bila Kita telah selesai mengedit, selanjutnya kita gabungkan hasil editan kita dengan memilih Share yang nantinya akan di pindah dalam kepingan CD
  15. Selanjutnya muncul confirmasi, dan File Tersebut disimpan dalam folder film kita
  16. Pada Tahap Akhir yaitu menggabungkan atau Proses Rendering
 
sumber : http://arman-alfarisi92.blogspot.com/

Apa Saja Hal Klise Yang Selalu Ada Dalam Film Horor Thrilller dan Slasher?

Apa Saja Hal Klise Yang Selalu Ada Dalam Film Horor Thrilller dan Slasher?


11 tahun waktunya bagi Wes Craven dan Kevin Williamson tergoda untuk kembali berusaha menjual salah satu jualan mereka yang cukup laris medio 90-an lalu. Tentu harapan akan kualitas dan cerita film yang lebih baik dan fresh oleh banyak fans franchise ini. Begitu akhirnya Scream 4 rilis tidak banyak ternyata yang diberikan untuk penonton. Film ini kembali hadir dengan pakem yang sama dengan karya-karya sebelumnya atau tepatnya memiliki semua yang selalu hadir dalam horor/thriller khas remaja. Hal-hal klise inilah kemudian yang akhirnya memposisikan Scream 4 hanya sebagai usaha duo Craven dan Williamson untuk menghidupkan franchise ini tanpa ada hal baru untuk dijual. Terasa basi dan mungkin bisa terlupakan begitu saja. Terbukti dengan hasil pendapatan film yang tidak melebihi US$ 50 juta, Scream 4 hanya berhasil meraih US$ 38.042.485 untuk peredaran Amerika Utara saja.

Tentu akhirnya bukan detail Scream 4 yang akan terus kita bahas di sini. Scream 4 mengembalikan kenangan kita pada banyak sekali hal-hal typcal yang kerap kali “terjadi” dalam film-film setype. Hal-hal klise ini seperti telah menjadi pakem-pakem yang selalu hadir dalam setiap film horor semacam Scream 4 ini. Hal-hal tersebut dibuat dengan tujuan untuk memacu adrenalin penonton dalam menonton thriller/horor. Kejutan demi kejutan, siap atau tidak siap adalah sebuah hiburan tersendiri menikmati film-film seperti ini. Apa sajakah itu?

Mari kita mengenang kembali film Scream yang pertama. We Craven memberikan 3 "pakem" yang paling penting yaitu Jangan melakukan Seks, jangan Mabuk dan jangan memakai Narkoba. Nah jika dalam sebuah film anda melihat karakter-karakter sedang melakukan 3 hal ini bersiaplah dalam waktu tidak terlalu lama mereka akan segera dibantai.
Seen: Franchise Scream






Pernahkah anda mendengar sebuah mengenai IQ manusia dalam sebuah film Horor? Jika IQ rata-rata manusia adalah 120, maka IQ manusia dalam film horor remaja adalah dibawah 50. Sudah dipastikan mereka selalu mengambil keputusan yang salah dari banyak pilihan “pintar” yang ada. Kedunguan para karakter dalam film semacam ini menjadi sesuatu yang selalu berhasil membuat penonton jengkel dan deg-deg-an. Seperti bersembunyi di dalam rumah yang jelas-jelas ada pembunuh, berteriak-teriak berlebihan karena alasan ketakutan, tidak buru-buru kabur dari tempat yang ada pembunuh meskipun telah bebas atau terlalu peduli pada teman yang sudah jelas-jelas mati dibantai pembunuh.
Seen: Valentine, House of Dead, The Clinic

Berbanding lurus dengan IQ, dialog-dialog yang hadirpun adalah hubungan antara kebodohan dan ketoledoran. Seperti misalnya “Dimana dia?” arti yang sebenarnya adalah “tadi dia ke kamar atas dan dia telah terbunuh disana” atau misalnya “Jangan kemana-mana, tunggu disini, aku akan segera kembali” arti yang sebenarnya adalah “kamu di sini aja, sebentar lagi pembunuh akan memecahkan kepalamu”
Seen: Friday the 13




Perhatikan dengan karakter yang suka iseng, mengesalkan, egois dan jahat, anda tidak perlu khawatir karena tidak berapa lama lagi mereka akan segera mati. Dan bahkan pembunuh sangat suka sekali menyiksa mereka hingga kepala pecah, mata keluar, kaki putus dan sebagainya.
Seen: Franchise Final Destination, I Know What You did Last Summer, I Spit on Your Grave






Setipe dengan poin 2 dan 3, keputusan untuk berpencar yang dilakukan oleh para pemain seperti salah satu kebodohan yang kerap kali mereka lakukan. Sudah tentu akan memudahkan bagi pada pembunuh untuk menghabisi mereka satu-persatu.
Seen: House of Wax, Texas Chainshaw Massacre, Freddy vs Jason







Dari semua kebodohan para karakter-karakter dalam sebuah film horor/thriller, perempuan-perempuan seksi selalu menjadi inceran terlebih dahulu untuk dibunuh. Mereka biasanya lari ke lantai atas, bersembunyi dalam lemari, lari ke basement yang hanya dengan penerangan 5 watt saja, atau lari ke dalam hutan yang justru akan segera membuatnya bertemu sang pembunuh. Biarkan saja perempuan-perempuan ini untuk mati, karena memang begitulah fungsi mereka difilm-film setipe ini.
Seen: Nightmare on Elm Street, Friday the 13, Prom Night, Wrong Turn


Coba anda perhatikan dalam setiap film sejenis ini, hal-hal sama yang selalu mereka lakukan adalah hanya akan membiarkan 2 sampai 3 orang untuk hidup sampai film berakhir. Tentu hal tersebut adalah untuk pemain-pemain utama yang terkenal. Jika anda melihat hanya 2/3 orang saja yang anda kenal di poster sebuat film, anda telah mendapatkan spoiler bahwa hanya 2/3 orang tersebut yang akan selamat dari teror.
Seen: Scream 3, I Still Know What You did Last Summer, Turistas




Efek mempengaruhi penonton secara teknis terutama dari segi sinematografi adalah hal yang selalu dimanfaatkan dalam banyak film-film horor/thriller. Tentu anda begitu kesal dengan seorang pemain yang mengintip dari balik lemari, karena tanpa dia sadari pembunuh akan hadir dari belakangnya. Atau ketika pemain menjadi sudut pandang pembunuh dari balik-balik benda-benda disekitarnya seperti tanaman atau jendela. Atau ketika kamera mengenda-endap dari belakang pemain tanpa dia sadari juga untuk mewakili sudut pandang pembunuh.
Seen: Jeeper Creepers, Vacancy, I Spit on Your Grave





Ini yang juga cukup menyebalkan, ketika pembunuh telah berhasil dibunuh, biasanya justru mereka seperti diberi tubuh yang kuat atau nyawa lebih dari satu. Meskipun biasanya mereka kembali bisa dilumpuhkan, hal ini digunakan untuk kejutan semata dan biasanya tidak mengubah ending film.
Seen: Scream, Scream 2










Selain teknis sinematografi yang telah kita bahas diatas, Musik juga menjadi salah satu poin utama dalam film horor/thriller. Musik memang sengaja dibuat untuk menganggu penonton. Pastikan anda mengingat ketika musik menghilang siapkan diri anda untuk segera kaget dengan kejutan adegan dan musik yang menghentak.
Seen: The Ring, The Haunting, Death Bell, Insidious








Jika saat menonton anda begitu ingin ke toilet pastikan keaadaan di film sedang siang hari. Film semacam ini selalu memanfaatkan malam untuk memulai teror pembunuh untuk pada karakternya.
Seen: From Dusk till Down, When a Stranger Call












Para sutradara film Horor/thriller selalu memanfaatkan ending untuk memberikan teaser bahwa film tersebut belumlah berakhir. Kemungkinan untuk dibuat sekuel selalu menjadi penutup hampir semua film sejenis ini. Tentu anda mengingat bagaimana mayat si Pembunuh hilang, atau kaki dan jari mereka pelan-pelan bergerak, atau mata mereka kembali terbuka, dsb.
Seen: Urband Legend, Scream, Texas Chainshaw Massacre, Insidious






dari berbagai sumber

PENGHARGAAN INTERNASIONAL UNTUK FILM INDONESIA 1990-2012

Dilema (2012), meraih penghargaan untuk Best Feature Film pada Detective Film Festival Moscow 2012. Film yang diproduseri oleh Wulan Goeritno ini berhasil mengungguli film-film dari Iran, China, Ceko, Italia dan Jerman. 

Lovely Man (2012) Karya terbaru dari Teddy Soeriaatmadja yang menjadi pembuka Q! Film Festival 2011 ini menjadi salah satu film Indonesia yang diputar untuk segment "A Window of Asian Cinema" pada Busan International Film Festival 2011. Lovely Man yang hanya syuting selama 5 hari ini juga telah berhasil menjadi Official Selection untuk Bangalore International Film Festival yang digelar mulai 15 hingga 22 Desember 2011. Lovely Man juga menerima penghargaan Best Actor untuk Donny Damara dan nominasi Best Director untuk Teddy Soeriaatmadja pada Asian Film Awards 2012. Film ini juga meraih penghargaan Best Film and Best Director pada Tiburon International Film Festval, yang digelar pada tanggal 19-27 April 2012 lalu.

Mata Tertutup (2012) adalah feature terbaru dari Garin Nugroho yang dibintangi oleh Jajang C. Noer. Film ini menjadi salah satu dari 72 film yang diputar dalam rangkaian Rotterdam International Film Festival ke 41 dari 25 Januari hingga 5 Februari 2012. Mata Tertutup diputar dalam program World Premiere in Spectrum. Mata Tertutup diputar selama 4 hari berturut-turut, mulai dari 28 Januari hingga 1 Februari 2012.Film ini akhirnya rilis Indonesia pada tanggal 14 Maret 2012.
Parts of the Heart (2012) adalah film ketiga karya Paul Agusta. Film yang mengambil tema homoseksual ini juga diputar untuk World Premiere pada  penyelenggaraan ke41 Rotterdam Internatioanl Film Festival. Festival film ini telah berlangsung sejak 25 Januari - 5 Februari 2012 dan memutar Parts of the Heart sebanyak 3 kali. 
Modus Anomali (2012) menerima penghargaan Bucheon Award dari Network of Asian Fantastic Film (NAFF) yang merupakan bagian kegiatan Puchon International Fantastic Film Festival. Film terbaru karya Joko Anwar ini menyisihkan 23 proyek film lainnya. Modus Anomali baru rilis April 2012. Film ini World Premiere pada SXSW Austin Film Festival 2012, Texas, Amerika Serikat.

Postcards from the Zoo (2012) adalah film panjang kedua karya Edwin dipilih sebagai salah satu Official Selection pada Berlin International Film Festival 2012. Film ini akan berkompetisi untuk Golden Bear (film terbaik) dan Silver Bear (aktor, aktris, sutradara, skenario dan outstanding artistic achievement). Zoo akan bersaing beberapa diantaranya dengan Jayne's Mansfield Car karya aktor Billy Bob Thorthon, Home for Weekend karya Hans Christian Smith, Captured karya Brilliante Mendoza dan Childish Games karya Antonio Chavarrias. Film ini menjadi film Indonesia kedua yang masuk seleksi Berlinale setelah 50 tahun lalu film Badai Selatan karya Sofia WD produksi 1962 menjadi film Indonesia pertama yang berhasil masuk seleksi resmi Berlinale untuk Golden Bear. Film ini juga resmi menjadi salah satu film yang berlaga untuk Best Narrative Feature Film pada Tribeca Film Festival, New York, 2012.Berkat film ini juga dan film-film karya sebelumnya, Edwin menerima Edward Yang New Talent Award dari Hong Kong International Film Festival Society yang diberikan pada penyelenggaraan Asian Film Awards, tanggal 19 Maret 2012.Postcards from the Zoo dirilis Indonesia pada kegiatan Bulan Film Nasional 21 Maret 2012.
The Raid (2012) adalah film ketiga karya Gareth Evans, telah meraih penghargaan The Cadillac People's Choice Awards pada Toronto International Film Festival 2011. The Raid juga menjadi salah satu film Indonesia yang diputar untuk "A Window of Asian Cinema" pada Busan International Film Festival 2011. The Raid menjadi film penutup pada Indonesia International Fantastic Film Festival (INAFFF) 2011. Ketika diputar pada penyelenggaraan Sundance Film Festival 2012, film ini mendapatkan sambutan hangat dari penggemar dan kritikus film Amerika. Film ini telah dibeli hak remakenya oleh Sonny Pictures. The Raid juga baru saja meraih Audience Award pada Dublin International Film Festival 2012. Pada penyelenggaraan ke 28 Image Film Festival 17-28 April 2012, The Raid meraih penghargaan Silver Scream Award.
The Mirror Never Lies (2011) adalah film yang diproduksi Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang meraih dua penghargaan pada Tokyo Internasional Film Festival 2011 yakni Earth Grand Prix Award dan Special Mention Winds of Asia Middle East. Kamila juga meraih penghargaan Bright Young Talent award dari Mumbai International Film Festival 2011. Film ini menjadi official selection pada Vancouver International Film Festival 2011. Pada Busan International Film Festival 2011, The Mirror Never Lies juga diputar untuk segment "New Current". Film ini juga menerima dua nominasi pada Asian Film Awards 2012 untuk Best Cinematography untuk Rachmat Syaiful dan Best New Comer untuk Gita Novalista. 

Negeri di Bawah Kabut (2011) karya sutradara Shalahudin Siregar meraih penghargaan Special Jury Prize untuk kategori Muhr Asia Africa Documentary pada Dubai International Film Festival yang baru saja diselenggarakan 7-14 Desember 2011.

Prison and Paradise (2011) Dokumenter karya Daniel Rudi Haryanto yang mengangkat kisah tragedi bom Bali 1 ini sukses meraih penghargaan Director of Japan Award pada Yamagata International Documentary Film Festival 2011 yang diselenggarakan di Prefektur, Yamagata, Jepang. Film ini berhasil menyingkirkan 705 film dokumenter lain dari 63 negara. Film juga akan diputar pada New Caledonia International Film Festival 2012.

Belkibolang (2011) Yang merupakan film Omnibus (Antologi film pendek) dari 9 sutradara muda Indonesia (Agung Sentausa, Ifa Isfansyah, Anggun Priambodo, Tumpal Tampubolon, Edwin, Wisnu SP, Rico Marpaung, Azhar Lubis dan Sidi Saleh) telah diputar pada Rotterdam International Film Festival 2011, Hongkong International Film Festival 2011 dan menjadi satu satunya film Indonesia yang diputar untuk Udine Far East Film Festival 2011 di Italy. 

Jakarta Maghrib (2011) debut penyutradaraan Salman Aristo menjadi salah satu film Indonesia yang putar untuk "A Window of Asian Cinema" pada Busan International Film Festival 2011.


Serdadu Kumbang (2011) film ketiga karya Ari Sihasale ini menjadi salah satu film Indonesia yang diputar untuk kategori "A Window of Asian Cinema" pada Busan International Film Festival 2011.
 
The Perfect House (2011) karya sutradara Affandi Abdulrachman terpilih menjadi Official Selection Puchon International Fantastic Film Festival, 14-24 Juli 2011 mendatang di Puchon, Korea Selatan.

Minggu Pagi Di Victoria Park (2010) adalah film kedua karya Lola Amaria. Film ini menerima penghargaan Best Director dari Jakarta International Film Festival 2010. Pada Bali International Film Festival 2010, Lola juga mendapatkan nominasi Best Director.

Payung Merah (2011) film pendek karya sutradara Edward Gunawan dan Andri Chung meraih penghargaan Best Film pada Asian Short Film Awards 2011 yang diselenggarakan oleh ScreenSingapore. Film ini juga menjadi Official Selection pada Palm Springs International Short Fest 2011. 

Khalifah (2011) adalah feature film kedua karya Nurman Hakim. Film ini baru saja meraih Audience Awards pada Vesoul International Film Festival 2012, di Perancis.

Madame X (2010) yang merupakan debut penyutradaraan film panjang Lucky Kuswandi ini terpilih sebagai salah satu official selection pada Hong Kong International Film Festival 2011. Film ini juga menerima dua nominasi dari Asian Film Awards 2011 yaitu best supporting actress untuk Shanty dan best production design untuk Eros Eflin.
    
Rumah Dara (2010) adalah debut penyutradaraan film panjang Mo Brothers, film ini adalah versi panjang dari film pendek mereka sebelumnya Dara, yang menjadi bagian antologi Takut (2007). Film ini menjadi film Indonesia pertama yang dicekal dan dilarang tayang di Malaysia. Selain menjadi salah satu Official Selection, Shareefa Daanish yang memerankan Dara berhasil mendapatkan Best Actress pada Puchon International Fantastic Film Festival (PiFan) 2009 di Korea Selatan.

Kado Hari Jadi (2009) film panjang pertama karya Paul Agusta ini menjadi official Selection pada Rotterdam International Film Festival 2009.

Garuda di Dadaku (2009) hasil karya duet Salman Aristo dan Ifa Isfansyah yang diproduseri oleh Shanty Harmayn menerima penghargaan Best Film pada penyelenggaraan ke 6 Children and Youth Armenia International Film Festival 2010.
Akhir tahun 2011 pada The Isfahan International Film Festival of Children and Young Adults, diselenggarakan di Teheran Iran, Emir Mahira yang berperan sebagai Bayu menerima penghargaan Best Performance.

Merantau (2009) menjadi Best Film ActionFest International Film Festival 2010. Sebuah penghargaan film aksi tahunan yang digelar di Asheville, North Carolina Amerika Serikat pada 15-18 April 2010. Merantau berhasil mengungguli kandidat lainnya seperti film silat Hong Kong yang dibintangi Donnie Yen, 14 Blades. Merantau juga dinominasikan untuk kategori best director untuk Gareth Evans dan best action choreography pada festival yang sama

Jamila dan Sang Presiden (2009) karya Ratna Sarumpaet yang pernah dikirim untuk Academy Award Best Foreign Film 2009, menyabet dua penghargaan dalam Asian Film Festival Vesoul 2010 di Perancis. Dua penghargan itu yakni Prix de Public dan Prix Jury Lycen. Penghargaan lain adalah Best Original Score Asia Pacific Film Festival 2010 untuk Thoersi Argeswara.

Perempuan Berkalung Surban (2009) film yang diarahkan oleh Hanung Bramantyo ini menerima penghargaan Best Supporting Actress Asia Pacific Film Festival 2010 untuk aktris senior Widyawati.

Pintu Terlarang (2009) karya Joko Anwar ini menjadi Best Film dalam Puchon International Fantastic Film Festival 2009. Film juga menjadi official selection untuk Golden Kinnaree Award pada Bangkok International Film Festival 2009 dan Rotterdam International Film Festival. Bahkan pada tahun 2009 film ini menjadi salah satu dari 100 film terbaik dunia versi majalah “Sight and Sound” Inggris.

9808 (2008) adalah film antologi mengenang sejarah 10 tahun Tragedi 1998, karya 10 sutradara muda Indonesia (Anggun Priambodo, Ariani Darmawan, Edwin, Hafiz, Ifa Isfansyah, Lucky Kuswandi, Otty Widasari, Steve Pilar Setiabudi, Ucu Agustin dan Wisnu Sp). 9808 menjadi Official Selection pada Lens Politica Film & Media Festival 2010 di Helsinki, Netherlands Cinemasia 2010, Bangkok International Film Festival 2009, Singapore Short Film Festival 2009, Barcelona Asian Film Festival 2009, Rotterdam International Film Festival 2009 dan Pusan International Film Festival 2008.



Sang Pemimpi (2008) yang merupakan sekuel Laskar Pelangi (2007) berhasil memboyong Audience Award dari Udine Far East Film Festival 2010 di Italia dan penghargaan NETPAC Critics Jury Award dari Singapore International Film Festival 2010. Dan yang paling terbaru adalah berhasil meraih Premio Juvenile Award Fici Children Intenational Film Festival Madrid 2010.

Tiga Doa Tiga Cinta (2008) karya perdana Nurman Hakim ini dinominasikan sebagai Best Children’s Feature Film (bersanding dengan A Brand New Life dari Korea Selatan, The Strength of Water dari Selandia Baru, Tahaan dari India dan Mammo dari Turki) pada Asia Pacific Screen Awards 2009. Film ini juga meraih penghargaan Grand Prize of International Jury pada Vesoul Festival of Asian Cinema 2009.

Laskar Pelangi (2007) adalah adaptasi dari novel berjudul sama oleh Riri Riza dan Mira Lesmana yang mendapatkan nominasi untuk 2 Kategori utama pada penyelenggaraan ke 3 Asian Film Awards yang digelar di Hongkong, yaitu Best Editing untuk Dono Waluyo dan Best Film. Untuk nominasi film terbaik Laskar Pelangi bersanding dengan Ponyo (Jepang), The Good the Bad the Weird (Korea Selatan), Tokyo Sonata (Jepang), Red Cliff (Hongkong) dan Forever Entralled (China). Laskar Pelangi juga mendapatkan Signis Award dalam Hongkong International Film Awards 2009. Penghargaan The Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik di International Festival of Films for Children and Young Adults, di Hamedan, Iran. Awal tahun 2010 lalu film ini kembali mendapatkan penghargaan, kali ini untuk Cut Mini sebagai Best Actress pada Brussels International Independent Film Festival. Dan yang paling terbaru adalah menjadi Best Film pada Asia Pacific Film Festival 2010.

The Blind Pig Who Wants to Fly (2008) adalah feature film perdana karya Edwin. Film yang di bintangi oleh Ladya Cheryl ini juga menjadi Official Selection dalam Pusan International Film Festival 2008, menjadi official selection Tiger Award Competition pada 2009 Rotterdam Film Festival dan mendapat penghargaan untuk Fipresci Prize, pada festival yang sama. Penghargaan Firepsci Prize kembali diraih film ini dari Singapore International Film Festival 2009. Serta meraih Silver Montgolfiere dan Young Audience Awarddari Nantes Three Continent Festival 2009.

Fiksi (2008) merupakan film feature perdana Mouly Surya, memenangkan penghargaan Best Director dari Jakarta International Film Festival 2008 untuk Indonesia Feature Film Competition dan Best Director pada Festival Film Indonesia 2008. Selain itu Fiksi juga diputar dibeberapa festival film international lainnya seperti di Pusan International Film Festival dan NewYork Asian Film Festival. 

Kala (2007) merupakan film kedua dari Joko Anwar meraih Jury Prize pada New York Asia Film Festival 2007 dan Best Film di Berlin Asia Hotshot 2007. Film ini juga diputar Puchon International Fantastic Film Festival 2007, Vancouver International Film Festival 2008, Hong Kong Asian Film Festival 2007, Osian Cinefan Film Festival 2007 dan Bangkok International Film Festival 2007. Selain jadi official selection, Kala mendapatkan kehormatan sbg film penutup pada rangkaian pemutaran film Puchon International Fantastic Film Festival.

The Photograph (2007) dibesut oleh Nan T. Achnas dan dibintangi oleh aktor senior Singapura, Lom Khay Thong. Film ini meraih dua penghargaan pada penyelenggaraan ke 43 Karlovy International Film Fesrtival 4-12 Juli 2008 yaitu untuk Special Jury (pemenang kedua) dan penghargaan Ecumenical Jury Award. Film ini menjadi satu satunya film Asia yang merain dua penghargaan sekaligus.

Tiga Hari untuk Selamanya (2007) dari sutradara Riri Riza menerima Best Director dari Brussels International Independent Film Festival 2008. Film ini juga menjadi salah satu Official Selection pada Bangkok International Film Festival 2007. 

Opera Jawa (2006) dari Sutradara Garin Nugroho memenangkan Best Original Score untuk Rahayu Supanggah pada penyelenggaraan perdana Asian Film Awards 2007. Opera Jawa juga dinominasikan untuk Best Film yang bersaing dengan The Host (Korea), Love and Honor (Jepang), Exiled (Hongkong), Still Life (China) dan Curse of the Golden Flower (China). Nominasi Best Film dari Asia Pacific Screen Awards 2007. Menang Silver Screen Award Singapore International film Festival 2007. Serta juga menerima penghargaan Best   Actress untuk Artika Sari Devi pada Brussels International Independent Film Festival 2008.

Koper (2006) adalah karya perdana Richard Oh, bersama dengan 3 Hari Untuk Selamanya, Berbagi Suami dan Kala, film ini menjadi Official Selection pada Bangkok International Film Festival 2007.


Denias Senandung di Atas Awan (2006) karya Jhon de Rantau ini berhasil menjadi yang terbaik untuk kategori Best Children’s Feature Film Asia Pacific Screen Awards 2007 serta meraih Best Film pada Indonesia Feature Film Competition, Jakarta International Film Festival 2006.

Berbagi Suami (2006) yang didaftarkan untuk Academy Awards Best Foreign Film 2007 ini,  mendapat penghargaan Golden Orchid Award sebagai film terbaik pada Hawaii International Film Festival 2006, mengalahkan film-film dari 47 negara yang berkompetisi.  Film ini juga menjadi salah satu Official Selection pada Bangkok International Film Festival 2007. Sementara di Belgia pada Brussel International Independent Film Festival 2007, Nia Dinata menjadi Best Director (Prix de la meilleure Réalisation).

Gie (2005) diangkat dari buku Catatan Seorang Demonstran karya sutradara Riri Riza, mendapatkan Best Asian Feature Film pada Singapore International Film Festival 2006 dan Special Jury Award dari Asia Pacific Film Festival 2006.

Janji Joni (2005) karya perdana Joko Anwar ini mendapatkan penghargaan Best Editing pada Asia Pacific Film Festival 2005.

Banyu Biru (2005) dari sutradara Teddy Soeriaatmadja menerima Most Promosing New Actress untuk Dian Sastrowardoyo Asia Pacific Film Festival 2005.

Ungu Violet (2005) debut penyutradaraan Rako Prijanto menerima Best Supporting Actress untuk aktris senior, Rima Melati dan nominasi Best Actress untuk Dian Sastrowardoyo

Kara Anak Sebatang Pohon (2005) karya Edwin ini menjadi film pendek Indonesia pertama yang secara resmi diputar pada Cannes Film Festival 2005 untuk Director’s Fortnight

Rindu Kami Padamu (2004) karya Garin Nugroho ini meraih penghargaan Best Film Cinefan – Festival of Asian and Arab Cinema 2005.

Impian Kemarau (2004) karya sutradara Ravi Bharwani ini meraih penghargaan Asian New Talent Award pada Shanghai International Film Festival 2004. Film ini juga mendapatkan   nominasi Best Film pada Pusan International Film Festival, Bangkok International Film Festival dan Vladuvostok International Film Festival. Selain itu juga menjadi Official Selection pada Rotterdam International Film Festival, Barcellona Asian Film Festival, Split International Festival of New Film, Zanzibar International Film Festival dan Cork International Film Festival.

Biola tak Berdawai (2003) yang merupakan debut Sekar Ayu Asmara sebagai sutradara menerima penghargaan Best Actress pada Asia Pacific Film Festival 2003. Tahun 2004 film ini dipilih untuk mewakili Indonesia untuk kategor Best Foreign Film Academy Awards tahun 2004.

Ca Bau Kan (2002) adalah adaptasi dari novel berjudul sama karya Remy Silado yang juga merupakan debut penyutradaraan Nia Dinata. Nia meraih penghargaan Best New Director pada Asia Pacific Film Festival 2002. Film ini juga menerima penghargaan Best Art Direction utk Iri Supit pada festival yang sama. 

Eliana-Eliana (2002) karya Riri Riza ini mendapatkan penghargaan Best New Director pada Singapore International Film Festival 2002, serta penghargaan Dragon & Tiger Awards pada Vancouver International Film Festival 2002. Jajang C. Noer yang berperan sebagai ibu dari Eliana menerima penghargaan Best Actress pada Cinemaya Festival of Asian Cinema 2002 di New Delhi, India. Sedangkan untuk duet akting cemerlang Rachel Maryam dan Jajang C. Noer juga menerima penghargaan Best Actress pada Daeuville International Film Festival 2003.



Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (2002) karya sutradara Garin Nugroho yang dibintangi Lulu Tobing ini menerima penghargaan Netpac Award Berlin International Film Festival 2003.

Pasir Berbisik (2001) yang merupakan karya kedua Nan T. Achnas setelah Kuldesak (1999) menerima Most Promosing Director, Best Cinematography untuk Yadi Sugandi dan Best Sound untuk Phil Judd dan Hartanto dari Asia Pacific Film Festival 2001. Film ini juga menerima Netpac Award Special Mention pada Brisbane International Film Festival 2002, Fipresci Award pada Oslo Films from the South Festival 2002 dan Asian Trade Winds Special Jury pada Seattle International Film Festival 2002. Dian Sastrowardoyo yang berperan sebagai Daya, menerima penghargaan Best Actress pada Deauville Asian Film Festival 2002, di Perancis dan Singapore International Film Festival 2002, selain juga nominasi untuk Best Asian Feature pada festival yang sama. Film ini menjadi Official Selection pada Rotterdam Film Festival 2002.  

Puisi Tak Terkuburkan (2000) karya sutradara Garin Nugroho mendapatkan penghargaan Silver Leopard Locarno International Film Award 2000 dan Nominasi Silver Screen Award pada Singapore International Film Festival.

Sri (1999) film karya Marselli Sumarno ini meraih penghargaan Special Jury Award pada Asia Pacific Film Festival 2009. Selain itu Sri juga menjadi dipilih menjadi wakil Indonesia untuk Academy Awards Best Foreign Language Film 2000. 

Kuldesak (1999) film antologi karya 4 sutradara muda Indonesia masa ini, yaitu Mira Lesmana, Riri Riza, Nan T. Achnas dan Rizal Mantovani yang dianggap sebagai tonggak sinema indonesia generasi 2000 dinominasikan Best Asian Feature Film dari Singapore International Film Festival 1999.

Daun di Atas Bantal (1998) film karya Garin Nugroho ini menjadi film Indonesia pertama yang diputar pada Cannes Film Festival 1998 untuk kategori Un Certain Regard. Pada Asia Pacific Film Festival 1998, film ini meraih penghargaan Best Film dan Best Actress untuk Christine Hakim. Garin Nugroho menerima penghargaan Lino Brocka Award dari Cinemanila International Film Festival 1998. Bersama dengan Kuldesak, film ini dinominasikan Best Asian Feature Film pada Singapore International Film Festival 1999 dan dari Tokyo International Film Festival 1998, meraih penghargaan Special Jury Prize. Film ini juga dikirim menjadi wakil Indonesia untuk berlaga pada Academy Awards Best Foreign Language Film 1999.

Bulan Tertusuk Ilalang (1995) film ketiga karya Garin Nugroho ini meraih penghargaan FIPRESCI Prize pada Berlin International Film Festival 1996.

Surat Untuk Bidadari (1994) film kedua karya Garin Nugroho yang skenarionya ditulis oleh Armantono ini meraih penghargaan Gold Award dari Tokyo International Film Festival 1994. 

Cinta Dalam Sepotong Roti (1991) film karya perdana Garin Nugroho ini menjadi film terbaik pada Festival Film Indonesia 1991. Garin sendiri meraih penghargaan Best Young Director dari Asia Pacific Film Festival 1992.

Taksi (1991) film terbaik Festival Film Indonesia 1991 karya sutradara Arifin C. Noer ini mendapatkan nominasi Best Asian Feature Film pada Singapore International Film Festival 1991.

Langitku Rumahku (1991) film karya Slamet Rahardjo dan Eros Djarot ini mendapatkan nominasi Best Asian Feature Film pada Singapore International Film Festival 1991, bersanding dengan Taksi.
sumber : http://cinemaque.blogspot.com/