Rabu, 20 Maret 2013

Buat Film itu Mudah dan Murah

Buat Film Sendiri Yuk ......





pengertian film secara klasik diartikan sebagai  lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar negatif. dalam pengertian modern Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam media digital.

Fungsi Film :
- Hiburan
- Pengetahuan
- Mempengaruhi
- Informasi

yang terpenting kita harus mengetahui "Untuk Apa Kita Memproduksi Film ?" sebelum memproduksi sebuah film agar tidak sia-sia dari usaha keras kita.


Tahap Pra Produksi


1.  Departemen Penulisan skrip :
- penulis harus bisa mengatakan sesuatu dengan jelas, bisa dilatih dengan menulis cerpen, feature dan esai
- harus paham yang dimaksud dengan cerita
- penulis bersifat pemaparan cerita dengan jelas
- pekerjaan yang kolaboratif, terlebih setelah menulis harus diskusi dengan sutradara agar visi yang di bangun dapat terwujud
- peran penulis sama seperti arsitek.

subdeparteman ide cerita :
- ide cerita : terbaru, sesuai dengan tujuan, bila perlu harus riset
- penulis cerita : 3 babak : perkenalan, konflik dan penyelesaian.
- penulis skrip : bila perlu ditambahkan dengan storyboard, minimalnya dengan adanya storyline

Ide film dapat diperoleh dari berbagai macam sumber antara lain:
    Pengalaman pribadi penulis yang menghebohkan.
    Percakapan atau aktifitas sehari-hari yang menarik untuk difilmkan.
    Cerita rakyat atau dongeng.
    Biografi seorang terkenal atau berjasa.
    Adaptasi dari cerita di komik, cerpen, atau novel.
    Dari kajian musik, dll

2. Sutradara :
- nyelami sebuah cerita dengan total penuh dengan imajinatif dari film yang akan di produksi.
- sutradara harus tahu mau ngomong apa lewat filmnya.
- sutrada pimpinan produksi film, harus bisa buat gambar bagus dan penuh emosi.
- sutradara harus punya kemampuan komunikatif, jiwa kepemimpinan, visi sikap dan juga pemahaman soal hidup.

MENYUSUN JADWAL DAN BUDGETING
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusun alokasi biaya:
    Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain.
    Penyediaan kaset video.
    Penyediaan CD blank sejumlah yang diinginkan.
    Penyediaan property, kostum, make-up.
    Honor untuk pemain, konsumsi.
    Akomodasi dan transportasi.
    Menyewa alat jika tidak tersedia.

HUNTING LOKASI
Memilih dan mencari lokasi/setting pengambilan gambar sesuai naskah. Untuk pengambilan gambar di tempat umum biasanya
memerlukan surat ijin tertentu. Akan sangat mengganggu jalannya shooting jika tiba-tiba diusir dipertengahan pengambilan
gambar karena tidak memiliki ijin. Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai resiko seperti akomodasi, transportasi, keamanan saat shooting, tersedianya sumber listrik, dll. Setting yang telah ditentukan skenario harus betul-betul layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Jika biaya produksi kecil, maka tidak perlu tempat yang jauh dan memakan banyak biaya.

Tahap Produksi

1. penata kamera
- harus paham dengan cerita, bukan hanya alat.
- tahu apa yang mau di ceritakan.
- belajar kamera gak musti dengan kamera, bisa dengan banyak membaca komik, lukisan, nonton film untuk teknis angle dan  juga pencahayaan.
- dop harus punya kemampuan manajemen, mampu membuat jaringan dan komunikasi.

2. penata artistik
- pahak kebutuhan cerita dan juga manajemen.
- harus kordinasi dengan kameramen dan sutradara.
- ini departemen yang serius, bukan hobi
- menentukan cerita 3 dimensi.

MENYIAPKAN KOSTUM DAN PROPERTY.
Memilih dan mencari pakaian yang akan dikenakan tokoh cerita beserta propertinya. Kostum dapat diperoleh dengan mendatangkan desainer khusus ataupun cukup membeli atau menyewa namun disesuaikan dengan cerita skenario.  Kelengkapan produksi menjadi tanggung jawab tim property dan artistik.

3. penata kostum dan penata rias
- berhubungan erat dengan artistik, kameramen dan sutradara.
- paham cerita dan karakter,
- bukan hanya mendandani pemain supaya kelihatan keren di kamera tapi menghidupkan karakter.
- kerjasama team modal utama dan  komunikatif.

Tahap Pasca Produksi

1. penyunting gambar / editor
- harus sabar
- harus punya kemampuan cerita
- paham dari emosi cerita
- menjadi pemonton pertama dari sebuah film.

2. penata suara / sound editor
- harus mengetahui emosi film dan musik.
- usahakan dengan musik sendiri
- kalo pake  musik orang harus minta izin.
- dan jangan lupa untuk mencantumkan pencipta musik tersebut

REVIEW HASIL EDITING
Setelah film selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah pemutaran film tersebut secara intern. Alat untuk pemutaran film dapat bermacam-macam, dapat menggunakan VCD/DVD player dengan monitor TV, ataupun dengan PC (CD-ROM) yang diproyeksikan dengan menggunakan LCD (Light Computer Display). Pemutaran intern ini berguna untuk review hasil editing. Jika ternyata terdapat kekurangan atau penyimpangan dari skenario maka dapat segera diperbaiki. Bagaimanapun juga editor juga manusia biasa yang pasti tidak luput dari kelalaian. Maka kegiatan review ini sangat membantu tercapainya kesempurnaan hasil akhir suatu film.

PRESENTASI DAN EVALUASI
Setelah pemutaran film secara intern dan hasilnya dirasa telah menarik dan sesuai dengan gambaran skenario, maka film dievaluasi bersama-sama dengan kalangan yang lebih luas. Kegiatan evaluasi ini dapat melibatkan :

    Penonton/penikmat film : Penonton biasanya dapat lebih kritis dari para ahli atau pekerja film. Hal ini dikarenakan mereka mengupas dari sudut pandang seorang penikmat film yang mungkin masih awam dalam pembuatan film.

semoga bermanfaat

Jumat, 15 Maret 2013

Kuldesak Bapaknya Gerakan Film Independen di Indonesia

Kuldesak Bapaknya Gerakan Film Independen di Indonesia 


Kuldesak dibuat oleh empat sutradara muda dan menjadi benih bangkitnya kembali industri film Indonesia.

Kuldesak bisa dibilang menjadi benih dari serbuan film berformat omnibus yang belakangan ini jamak terjadi. Bahkan, kalau dilihat dari sudut pandang yang lebih luas lagu, Kuldesak juga menjadi salah satu pelopor awal bangkitnya industri perfilman di Indonesia, sebelum hadirnya Petualangan Sherina dan Ada Apa Dengan Cinta?.
Kehadiran Kuldesak pada tahun 1997 menjadi bahan perbincangan di dalam berbagai komunitas perfilman yang haus akan film Indonesia. Maka wajar jika film yang disutradarai oleh Mira Lesmana, Nan T. Achnas, Riri Riza dan Rizal Mantovani ini cukup menuai kesuksesan.
Rizal Mantovani, salah satu sutradara yang dulu ikut serta dalam proyek Kuldesak. (Sumber foto: ist)
Rizal Mantovani, salah satu sutradara yang dulu ikut serta dalam proyek Kuldesak. (Sumber foto: ist)
Ya, ada empat sutradara, yang masing-masing menggarap kisah berbeda-beda. Total ada empat cerita yang tidak memiliki tautan satu dengan lainnya. Namun, ada benang merah yang menyambungkannya, yakni kehidupan anak muda pada saat itu, tepatnya di era pertengahan 1990-an.

4 CERITA BERBEDA
Ada empat cerita yang memiliki empat tokoh utama berbeda dengan masalah masing-masing, tapi sama-sama mempunyai impian, keingingan, dan obsesi. Pertama, Dina (Oppie Andaresta), gadis yang mencintai idolanya setengah mati. Ia menonton idolanya di layar televisi di kamarnya dan berharap bisa berpacaran dengannya.
Dina lalu berteman dengan Budi (Harry Suharyadi), seorang homoseksual yang berpacaran dengan Yanto (Gala Rostamaji). Hubungan mereka berdua pada akhirnya pun harus berpisah. Di segmen berikutnya ada Andre (Ryan Hidayat), seorang pemusik yang mengindentifikasikan rasa kesepiannya dengan Kurt Cobain, pentolan vokalis grup musik Nirvana yang bunuh diri.
Kisah ketiga hadir Lina (Bianca Adinegoro), karyawati sebuah perusahaan yang diperkosa saat sedang lembur. Ia kemudian bertekad untuk membalas dendam dengan mencari pemerkosanya. Situasi ironis lalu muncul ketika Lina mengetahu siapa identitas si pemerkosa.
Musisi Ahmad Dhani juga ikut terlibat dalam pembuatan Soundtrack film ini
Musisi Ahmad Dhani juga ikut terlibat dalam pembuatan Soundtrack film ini
Sedangkan di segmen terakhir diisi dengan cerita Aksan (Wong Aksan), anak pemilik penyewaan laser disc film yang terobsesi untuk membuat film. Obsesinya itu sampai membujuk Aksan untuk merampok uang ayahnya sendiri. Berhasilkah?

SEBUAH FILM YANG BEBAS
Oleh J.B. Kristanto, pengamat film senior dan penulis buku Katalog Film Indonesia, dalam artikel resensinya tentang Kuldesak menilai bahwa film ini dikemas secara baik sehingga betul-betul mewakili dunia anak muda pada eranya. Terlebih cara penyajiannya pun memakai gaya penuturan video klip. Film ini dibuat betul-betul "melepaskan" diri dari sejarah film Indonesia yang sudah ada sebelumnya.
Salah satu keunikan dari film ini, menurut J.B. Kristanto, adalah upaya para sutradara film ini untuk bersikap netral. Mereka tidak memberikan maksud dan penjelasan soal motivasi dari setiap segmen. Di sini mereka membiarkan para penonton untuk berpikir dan menentukan nilai-nilai yang akan mereka ambil.
Mengutip dari tulisan pengantar dari kineforum tentang acara Filmmakers Forum: Retrospeksi Kuldesak, fakta membuktikan bahwa film Indonesia pernah mengalami hal keterpurukan. Kondisi ini menunjukkan ada sebuah generasi baru perfilman Indonesia yang seolah terputus dari sejarahnya, dan dari segi gagasan.
Para sutradara Kuldesak ini boleh dibilang berangkat hampir tanpa gagasan, atau kalaupun ada, gagasan kecil dan remeh. Mereka sangat menikmati proses pembuatan film ini, tanpa beban gagasan atau hal lainnya. Film ini akhirnya memang terbukti memberi warna baru dan segar pada perfilman nasional. Tak hanya itu, para sutradaranya pun terbukti sukses berkarier di industri film Indonesia.
Mira Lesmana dan Riri Riza, seperti juga Rizal dan Nan T. Achnas, sampai kini terus membuat film-film dengan beragam tema cerita. (Sumber foto: ist)
Mira Lesmana dan Riri Riza, seperti juga Rizal dan Nan T. Achnas, sampai kini terus membuat film-film dengan beragam tema cerita. (Sumber foto: ist)
Kuldesak sampai dianggap sebagai “bapaknya” gerakan film independen di Indonesia. Soalnya, proses pembuatan film ini pada tahun 1996 dilakukan secara underground dan tak terbelenggu oleh aturan produksi film Orde Baru.

sumber : www.muvila.com/