Senin, 28 Oktober 2013

Ratusan Anak Ikuti Kompetisi FTA 2013

https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn2/1395781_715003531862322_431546156_n.jpgphoto oleh M Syawal



Sukses menggarap event akbar Festival Film Anak (FFA) sejak tahun 2008 dengan hasil karya 120 film anak dalam kategori fiksi dan documenter, Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) kini mengembangkan "sayapnya" dalam upaya memberikan apresiasi terhadap kreatifitas anak Indonesia melalui penyelenggaraan Festival Teater Anak (FTA) 2013 di gedung pagelaran Teater O USU (26/10). FTA dengan tema Aku dan Indonesiaku ini merupakan event perdana, dengan dukungan dari komunitas Teater O USU dan Kinder Not Hilfe, PKPA telah berhasil menginisiasi kompetisi teater anak dengan berbagai lintas status sosial, baik kalangan teater pelajar, komunitas teater anak nelayan, komuitas teater anak jalanan dan komunitas miskin kota.

Sepuluh komunitas teater dengan jumlah pemain sekitar 15 anak setap komunitasnya telah diberikan technical meeting pada tanggal 24 Oktober 2013 dengan harapan bahwa anak dapat melakukan pementasan dengan baik dan tidak lari dari kesesuaian tema yang diberikan.

"Dengan tema Aku dan Indonesiaku, anak kami bebaskan untuk menyuarakan gagasan, ide, harapan dan bahkan kritik sosial terhadap kondisi-kondisi sosial di Indonesia, khususnya yang bersinggungan dengan hak anak" ucap Ismail Marzuki, selaku ketua panitia, kepada MedanBisnis.

Semua komunitas teater anak telah memberikan tontonan yang sangat atraktif dan menghibur, dengan berbagai isu sosial yang diangkat, seperti nasionalisme, pendidikan, kesehatan, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, korupusi.

Teater Temuga melakukan pementasan dengan judul naskah "Tegar Nak", teater 8 dengan judul impianku tak berhenti sampai di sini, teater Dharmateta dengan judul Cinderlela panti asuhan, teater Pekan Belawan membawakan naskah meraih mimpi, teater Windows Production dengan judul kedai kesayanganku, teater PPA MDC dengan judul :Si anak bawang", teater Koala Amplas dengan judul nyanyian anak jalanan, teater Eceng Gondok dengan judul garuda di dadaku, teater Semut dengan judul aku lelah dan teater Roteta dengan judul otong oh otong.

Berbagai atraksi hiburan dari para penonton semakin meriuhkan suasana, diantaranya joget cesar, battle shuffle dance, beatbox, dan stand up comedy.Tampak jelas raut wajah para peserta FTA begitu harap-harap cemas saat dewan juri yang terdiri dari bapak Eddy Siswanto, bapak Yusrianto dan Irwan Hadi naik ke panggung pementasan untuk membacakan para pemenangnya.

"Dan juara pertama pada Festival Teater Anak tahun ini adalah…, ayoo siapa.., siapa ayoo.., dan pemenangnya adalah nomor penampilan delapan dengan judul garuda di dadaku," ucap pak Eddy Siswanto sebagai ketua dewan juri. Dengan rasa haru dan gembira terlihat berbagai ekspresi yang muncul dari komunitas teater Eceng Gondok menyambut pengumuman tersebut.

Juara kedua diraih komunitas teater Temuga, juara ketiga didapatkan komunitas Semut dan kategori ide cerita terbaik dimenangi teater PPA MDC.Dalam penutupannya, Ismail mengatakan bahwa semua komunitas teater telah memberikan penampilan yang sangat luar biasa dan pantas untuk mendapatkan apresiasi, sehingga hal tersebut menjadikan motivasi yang besar bagi penyelenggara untuk dapat menggelar kembali FTA tahun 2014. ( prawira)

sumber : http://www.medanbisnisdaily.com/

Jumat, 11 Oktober 2013

Malam Penganugrahan FFA 2009: BERHARAP BERLANJUT KETINGKAT INTERNASIONAL

Jumat, 25 Desember 2009

ANTARA- Karya perfilman sineas Sumatera Utara (Sumut) mulai dilirik setelah berhasil menyelenggarakan Festival Film Anak (FFA) Nasional kedua. Akibatnya, aktor handal Didi Petet menantang masyarakat untuk menyelenggarakan festival itu di tingkat internasional.
"Saya bangga Sumut mampu menyelenggarakan festival film untuk anak dan diharapkan dapat berlanjut ke tingkat internasional," katanya pada malam penganugerahan Festival Film Anak ke-2 yang diselenggarakan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) dan Komunitas Film Medan, di Medan, Senin (30/11) malam.
Ia menjelaskan, festival film yang melibatkan partisipasi anak itu, merupakan festival pertama di Indonesia, sehingga Sumut berpotensi untuk lebih berkembang dalam dunia perfilman.
Karya film para sineas muda diharapkan bisa mewarnai film-film tingkat nasional, katanya. Karya itu nantinya, juga diharapkan bisa merambah pada dunia industri perfilman indonesia.
Didi Petet menilai, karya film sineas Sumut sangat kreatif dan menarik. Untuk itu, harus menjadi motivasi bagi sineas-sineas lain yang berasal dari kabupaten/kota untuk bersaing unjuk kemampuan.
Film PEREMPUAN NIAS MERETAS JALAN KESETARAAN (PNMJK), yang berkisah penolakan terhadap kekerasan dalam rumah tangga dan pernikahan usia dini, yang di sutradarai oleh sineas asal Medan dan telah diputar di berbagai daerah di Indonesia, merupakan salah satu bukti Sumut punya segudang talenta karya film.
Ketua Panitia FFA, Jufri Bulian Ababil, menambahkan, Sumut memiliki sejarah baik dalam dunia perfilman dan mewarnai film tanah air. Namun, saat ini gaung perfilman itu mulai hilang.
Eforia kesuksesan film Sumut pada tahun-tahun sebelumnya yang telah sunyi itu, kini harus dibangkitkan kembali, katanya, salah satu upaya untuk membangkitkan perfilman di Sumut, antara lain berupa festival film yang berlandaskan partisipasi anak.
Jufri berharap, dengan keberhasilan Sumut menjadi pelopor festival anak pertama di Indonesia, maka perlu diapresiasi dengan baik, bahkan dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah provinsi Sumatera Utara.
Wakil Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho, pada kesempatan itu mengatakan, sineas Sumut harus bisa menghadapi berbagai tantangan untuk bisa bersaing di tingkat nasional.
Gatot mengungkapkan, pemerintah akan mendukung langkah PKPA dan komunitas film di Sumut, dalam upaya mengembangkan perfilman, khususnya dengan melibatkan anak-anak agar dapat berkreasi melalui film.
"Tahun 2010, Pemprov Sumut melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata akan memasukkan anggaran dana untuk penyelenggaraan festival film ini, agar terus berlanjut," katanya.
Berlanjutnya kegiatan festival film itu setiap tahun, diharapkan bisa menjadi daya tarik di bidang pariwisata Sumut, sehingga dapat mendatangkan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sebelumnya, Direktur PKPA Ahmad Sofyan yang juga menjadi penggagas FFA bersama Onny Krenawan, salah seorang sineas dari komunitas film di Sumut, menyebutkan, saatnya mereka membuktikan bahwa anak-anak di Indonesia memiliki bakat dan kemauan yang besar di dalam perkembangan per-film-an. Untuk itu, menurut sofyan, saatnya pula kita mendukung serta memberi ruang seoptimal mungkin dalam penyaluran bakat dan kreativitas anak.
Dalam kesempatan yang sama, Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi atau yang populer dipanggil Kak Seto, menyambut gembira dilaksanaknnya FFA. Menurut Kak Seto yang kehadiranya diundang sebagai tamu kehormatan anak, FFA merupakan ajang kreativitas bahkan media ekspresi positif bagi anak untuk menuangkan ide serta gagasannya. "Saya yakin, ini yang pertama ada di indonesia. Dan perlu diteruskan dan didukung oleh semua pihak" kata Kak Seto.
Sebelumnya, dari 30 film fiksi dan dokumenter yang berasal dari Sumatera, Aceh dan Jawa di screening oleh dewan juri yang terdiri dari, Didi Petet (Ketua), Onny Kresnawan (Sekretaris), Harist Merdeka Sirait (Anggota), Marhamah (Anggota) dan Fatimah Hanun Lubis (Anggota).
Menurut Sekretaris Dewan Juri Onny Kresnawan, ke tiga puluh film yang masuk screening temanya sangat beragam yakni seputar pertemanan, keluarga, jenaka sampai ke percintaan. Meski menurutnya secara Cinematography masih minim kualitas namun semangat dan ide cerita yang disampaikan anak-anak cukup menantang.
"ide dan gagasan itu yang mahal, tinggal sinematografy-nya ke depan harus terus dipoles. Untuk itu, FFA mendatang workshop-nya harus lebih dipertajam. Prinsipnya, saya siap membantu teman-teman di Medan" sela Didi Petet memberi rekomendasi FFA ke depan.
Uniknya, dari tiga puluh film karya anak itu, menurut Arist Merdeka Sirait ada berkisar delapan film yang memiliki ide cerita yang sama, yakni membangun sebuah pertemanan dan kebersamaan dengan penggalangan dana dengan cara mengamen. "Ini potret buruk sebenarnya, membangun pertemanannya oke tapi mencari duit dengan mengamen itu yang ngak betul. Seolah-olah dipikiran anak hanya mengamen cara gampang mencari duit, padahal masih banyak solusi cerdas lainnya" ujar Arist berharap FFA ke depan akan lebih baik lagi.

Dalam pembacaan penganugerahan yang dibacakan sponsor, komunitas film, dewan juri dan panitia, diumumkan pemenang film kategori fiksi dan dokumenter, serta insan perfilman anak kategori fiksi dan dokumenter, antara lain:

Film pemenang untuk kategori dokumenter adalah Juara 1 "Kami Kelas 2 A", produksi Lapas Anak Medan, Sumut; Juara 2 "Peluh Sang Iwan" produksi SMA Sri Mersing Tanjungpura Langkat Sumut, Juara III "Info Sekolah" Produksi SMA 4 Lhokseumawe NAD, juara favorit "Ari Electric" produksi SMK Telkom Sandhy Putra Medan.

Sedangkan untuk produksi film fiksi pemenangnya adalah Juara I "Baju Buat Kakek" produksi Sawah Artha Film/ SMP Satu Atap Karangmoncol Purbalingga Jatim; Juara II "Melompat Sejauh Mimpi" produksi Inside production, Malang; Juara III "Tetap Semangat" produksi Abah Production Medan, Sumut, juara Favorit "Hadiah Terindah" produksi Q-can production Gunungsitoli, Nias Sumut.


Untuk insan perfilman berpersfektif anak penghargaan terbaik untuk kategori dokumenter diberikan kepada Ardi Syahputra sebagai Sutradara terbaik dalam film "Kami Kelas II A", Danu sebagai editor terbaik dalam film "Info Sekolah", Wandi sebagai ide cerita terbaik dalam film "Peluh Sang Iwan" dan Berty Nainggolan sebagai narator terbaik dalam film "Annai Velangkali".


Insan perfilman berpersfektif anak penghargaan terbaik untuk kategori fiksi diberikan kepada Andhika Thelambanua dalam film "Impian Anakku", aktris terbaik Narti dalam film "Baju Buat Kakek", editor terbaik M Taufik Pradana dalam film Gulungan Uang, Rizkan Jania MN sebagai ide cerita terbaik dalam film "Hadiah Terindah", Jenthro sebagai penata suara terbaik dalam film "Melompat Sejauh Mimpi", dan Fachri Anziar sebagai setter/ artistik terbaik dalam film "Aku Nak Merantau".

Film-film dan sineas muda terbaik ini diperoleh berdasarkan hasil sidang penjurian yang berlangsung di Royal Perintis Hotel, Jalan Parintis Kemerdekaan Medan, Minggu (29/11) dengan Dewan juri terdiri dari Didi Widiatmoko (Didi Petet/ aktor), Arist Merdeka Sirait (Sekjen Komnas PA), Onny Kresnawan (Sutradara), Marhamah (Biro PP Anak dan KB Sekdaprovsu) dan Siti Fatima Syahnur Lubis (Putri Sumut) / Disari dari beberapa sumber SFD


Kamis, 10 Oktober 2013

Menonton Film Karya Anak Medan


Di tengah banyak perusahaan rumah produksi berslaka nasional gencar memproduksi film-film terbaru, kalangan seniman di Sumatera Utara tak mau ketinggalan. Mereka pun berani terjun di industri ini.    

Penulis: Midian Simatupang 



H Amsyal terlihat sibuk di studio rumah produksi miliknya di Jalan Utama No 1- A Helvetia, Medan, Rabu sore (21/8). Pria bertubuh tambun berdarah Minang ini sedang meyelesaikan pembuatan film terbarunya. "Bulan Juli lalu kita sudah selesai shooting film pendek "Padan". Sekarang sedang tahap edit dan mejelang puasa 2013 kita membuat film iklan TV menyambut Puasa " Ngongesa ", katanya. 

H Amsyal sudah menggeluti dunia perfilman sejak tahun 1982. Awalnya ia masih menjadi pemain di beberapa film produksi televisi Medan. Dua film yang masih diingatnya adalah film "Menuai Badai" yang disiarkan program akhir pekan, TVRI Nasional di Jakarta tahun 2002. Saat itu ia sebagai peran utama. 

Kemudian tahun 2008, ia bermain pada film sinetron  “Anak Siampudan“ sebanyak 14 eposide.
Memiliki pengalaman di perfilman, ia pun mendirikan rumah produksi di bawah bendera PT Widy Production tahun 2007.

 Di perusahan ini, ia merangkul tenaga profesional yang berpengalaman seperti wartawan media cetak, kameranen televisi dan para seniman teater untuk menggarap film. Sejumlah film karyanya adalah, film "Pesona Wisata Langkat“, film Profile ”Kota Medan 314 Tahun“, Film Profil PT Pertamani Medan Grup, VCD “ Sosialisasi Undang Undang Industri dan Perdagangan “, Film Pendek “Padan“. 
Ia melihat perfilman di Sumatera Utara akan semakin berkembang.

 "Saya sangat optimis perfilman di Sumut maju dengan di buktikannya sekarang banyak berdiri Production House di Sumut walaupun selama ini pemerintah tak mendukungnya padahal di Undang-Undang Film sepenuhnya tanggung jawab Pemerintah," katanya bersemangat. 

Media Identitas

Berkembangnya industri perfilman di Sumatera Utara juga diakui Andi Hutagalung. Menurut pendiri Media Identitas ini, film hasil karya anak Medan kini sudah mendapat sambutan dari masyarakat Sumatera Utara. Ia mencontohkan, film karyanya saat ini malah sudah ditunggu penonton setianya. 

"Sangat di tunggu-tunggu karena kontennya bicara lokal sosial dan melibatkan langsung masyarakat lokal," ujarnya saat disinggung sejauhmana sambutan masyarakat terhadap karyanya.   

Di kalangan insan sineas Medan, nama Andi Hutagalung sudah tak asing lagi didengar. Pria ramah dan murah senyum ini dikenal piawai dalam menggarap film dokumenter. Bukti itu terukur dari tidak sedikit prestasi diperoleh dari berbagai festival film. Film Opera Batak yang digarapnya misalnya, meraih juara pertama di Festival Film Dokumenter di Bali tahun 2011. 

Kemudian juara pertama Lomba Video Dokumenter SOi Indonesia tahun 2010, dan juara pertama Festival Film Kebudayaan Nasional 2012 yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Medan. 

Andi mengawali kariernya di industri perfilman dari ikut pelatihan di sebuah lembaga (BMS) di kota Medan. Untuk mendalami dunia perfilman ia rela menjadi relawan liputan video selama dua tahun.
"Dari awal itu saya jadi lebih tertarik untuk mendalaminya terus, coba-coba buat film bersama dengan kawan-kawan di kampus ITM yang akhirnya membuat sebuah komunitas film yg bernama KoFi 52, dan setelah itu kami mendapatkan job kecil-kecilan dari lembaga anak-anak di kota Medan," katanya mengisahkan perjalanan kariernya. 

Seiring berjalannya waktu, ia memutuskan membuka usaha perfilman sendiri dengan mengibarkan bendera Media Identitas pada tahun 2011. Selama terjun di perfilman, sudah tujuh judul film fiksi pendek dan 18 judul film dokumenter dihasilkannya. 

 "Saya mendirikan Media Identitas yang lebih terfokus di dalam bidang spesialis videography yang mengerjakan video profil, video promosi, video report, video klip, film dokumenter dan film fiksi sampai dengan sekarang," pungkasnya. 

Menurut Andi, agar industri perfilman di Sumatera Utara semakin maju ke depan, kalangan pelaku industri perfilman harus berani membuat cerita konten lokal, agar bisa sekalian mempromosikan daerah sendiri. "Kerja-kerja seperti ini kita harus bersatu untuk merubah paradikma film lokal, agar lebih dicintai di daerah kita sendiri, kalau bicara keluar juga ini yang sangat dibutuhkan orang luar bisa melihat potensi lokal," tuturnya.

Opique Pictures

Semangat menggarap film lokal tak pernah kendur di pikiran M Taufik Pradana. Meski sudah ratusan judul film dibuat, walau lebih banyak produksi film durasi pendek. Diantaranya adalah dokumentasi acara, film fiksi pendek, film dokumenter pendek, iklan produk, iklan layanan masyarakat, videoklip, liputan feature bahkan poto slide.

Dalam waktu dekat, Ketua Umum Opique Pictures ini akan memproduksi lagi film indie durasi panjang berjudul “Medan Buzzer”. Garapan film ini bekerjasama dengan distro “punya medan” dan komunitas jejaring sosial “medan buzzer”. 

"Masih dengan cara kreatif indie yang masih serba kekurangan dalam hal mekanisme dan pendanaan, namun sejauh ini beberapa UKM sudah di gandeng dan beberapa sudah ada mendukung dana walau masih terkumpul minimal," ujarnya.  

Komunitas Opique Pictures terbentuk berawal dari ketika ia masih duduk di kelas dua SMA, dengan teman-temannya iseng-iseng mendokumentasikan sebuah perjalanan pada tahun 2008 lalu dan tanpa sengaja membuat nama produksi Opique Pictures.

 Setelah mengetahui bagaimana cara sedernaha memproduksi film sederhana dan Kemudian mengikuti ajang Festival Film Anak dan mendapatkan penghargaan, menjadi motivasi dasar baginya mendalami dunia sinematografi.

Tak kalah dengan rumah produksi lain, komunitas ini juga banyak menyabet penghargaan dari berbagai ajang festival film diantarnya, Sutradara terbaik versi film dokumenter di Festival Film Anak (FFA) pada tahun 2008, dalam film berjudul “Rumah Kita”, Editor terbaik versi film fiksi FFA pada tahun 2009 dalam film berjudul “Gulungan Uang”, Aktor terbaik versi film fiksi FFA pada tahun 2009 dalam film berjudul “Impian Anakku”, juara dua film dokumenter FFA pada tahun 2010 dalam film berjudul “Museum, Sejarah Yang terlupakan”. 

"Saat ini komunitas kami masih beridiologi independen dan menguatkan wadah penyaluran bakat. Lambat laun dari non komersil guna mambantu usaha kawan, dan ternyata ini bisa di jadikan sumber pemasukan. Dari dana yang didapat diputar menjadi modal produksi film idealis guna mengikuti ajang kompetisi film lainnya," terangnya. 

Aron Arts Production


Aron Arts Production juga sedang menggarap film terbarunya. Perusahaan yang didirikan Joey Bangun ini tak lama lagi akan meluncurkan film berjudul "Perlajangen" (Merantau). 

Joy Bangun memang dikenal dengan identitasnya sebagai pembuat film khas budaya Karo. Sudah sepuluh film yang diproduksinya, yakni berjudul Anak Mami, Rondong Durhaka, Jinaka, Melumang La Kepaten, Erpudun La Erpadan, Dalan Robah, Boru Panggoaran, Latersia Juma Peranin, dan Calon Bupati. 

Yang memotivasi dirinya terjun di bidang perfilman karena ia ingin merealisikan imajinasi pikiran pada kearifan lokal yang ada di Sumut.
Ia memulai profesinya di dunia film sejak tahun 2005. Saat itu ia dikontrak sebagai Asisten Sutradara oleh sebuah production house di Jakarta untuk memproduksi sinetron Bawang Merah Bawang Putih. 

Besarnya cinta pada dunia perfilman mendorongnya untuk mendirikan usaha sendiri. Tahap awal dilakukannya adalah mencoba menawarkan ke produser lokal untuk menggarap video klip daerah. 

"Setelah dia (produser lokal) puas, saya menawarkannya untuk membuat film. Pelan-pelan beberapa produser mulai menghubungi saya dan saya bisa membuat lebih banyak film," katanya mengisahkan. 

Melihat peluang bisnis di perfilman cukup menjanjikan, ia akhirnya mendirikan Aron Arts Production. Hasilnya pun tak sia-sia, karya filmnya laku keras. "Sangat menguntungkan. Film saya paling sedikit laku sepuluh ribu sampai dengan dua puluh lima ribu keping,".

Menurutnya, film mengisahkan kehidupan sosial masyarakat pasti laku di pasaran karena televisi nasional hanya menggambarkan secara nasional saja. "Film-film seperti akan semakin maju, apresiasi sangat mendukung, hanya orang-orang kreatifnya yang masih kurang," paparnya.

Daniel Irawan
Pengamat perfilman Medan, Daniel Irawan, melihat fenomena banyak seniman Medan memproduksi film beberapa tahun belakangan ini merupakan tanda positif industri perfilman di Medan sedang bangkit. Hanya, kalangan perfilman harus mampu meningkatkan kualitas dari satu produksi ke produksi lainnya karena kebanyakan masih menyisakan semangat yang luarbiasa besar, tapi belum kualitas hasil yang layak terutama film-film indie.   

Bagi kolektor film ini, perkembangan film-film dokumenter lebig bagus ketimbang fiksi karena masih stuck di satu genre tanpa mau mencoba berkembang ke genre lain. "Kalaupun ada hanya satu-dua. Selebihnya melulu hanya drama," terangnya.

Menurut Daniel, agar usaha industri perfilman di Medan bisa menjanjikan, perlu lebih banyak diadakan workshop-workshop penguasaan teknis karena film adalah sebuah karya visual yang padu, bukan hanya sekedar rekaman gambar tanpa arah. 

"Itu yang masih sering terjadi di film-film indie kita. Bahkan, film daerah juga masih sering berhadapan dengan masalah yang sama. Kualitasnya tak meningkat dan pembuatnya terlena dengan hasil penjualan yang kenyataannya cukup tinggi," paparnya.

Daniel Irawan dikenal kalangan perfilman di Medan sejak menjadi penulis review film di sebuah harian di Medan sejak tahun 1997. Lama kelamaan, hobinya ini berkembang ke aktifitas blogging. Ia banyak menulis tentang film di blognya (danieldokter.wordpress.com) dan akun twitter @danieldokter. 

Tujuannya, agar lebih menjangkau pembaca dan networking yang lebih luas ke orang-orang dalam industri perfilman, tentunya memiliki pandangan yang sama.

Aktif menulis tentang film di blognya, dilirik beberapa media nasional menjadi penulis. Pengetahuannya yang banyak tentang perfilman memberi peluang menjadi juri di beberapa festival film. Bahkan, di industri film nasional, ia dipakai sebagai konsultan skrip atau produksi, salah satunya film ‘Finding Srimulat’. 

Tak hanya sebagai pengamat dan penulis, pada tahun 2002 ia bersama rekan-rekan yang juga punya passion yang sama membuat film indie berjudul ‘Hacker’ untuk sebuah festival film indie di TV swasta. Lantas di tahun 2005 membuat film ‘Lifeline’ dan sebuah short parody yang akhirnya memenangkan kompetisi ‘Shoot It and Spoof It’ di MTV Movie Awards, LA. 

"Baru-baru ini saya juga membuat film indie ‘Untuk Ibu’ buat sebuah festival film indie selain terlibat di beberapa film indie yang dibuat oleh komunitas film indie di Medan  dan Oktober nanti diundang sebagai film journalist dalam event Tokyo International Film Festival di Jepang," paparnya.

sumber : http://medanlook.blogspot.com/

Workshop Teater Anak - Aku dan Indonesiaku

Suara anak jalanan, miskin kota, dan pelajar yang dilakonkan dalam Festival Teater Anak (FTA) 2013



Kegiatan workshop Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas Anak Melalui Pelatihan Teater dan Keaktoran telah dilakukan selama dua hari (29 dan 30 Maret 2013) di Medan. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan sekolah-sekolah, anak jalanan, anak miskin kota, dan nelayan. Selain itu, kami juga telah melakukan technical meeting awal pada tanggal 6 Juni 2013 yang melibatkan perwakilan anak-anak dari berbagai status.

Melihat proses yang sudah dijalankan tersebut, semua anak mendorong agar diselenggarakannya media apresiasi atas bakat dan kreatifitas mereka dalam dunia lakon. Anak-anak berpendapat bahwa mereka punya pandangan-pandangan yang perlu untuk disampaikan sebagai bentuk kritisi dan harapan mereka terhadap kondisi negeri tercinta ini.

FTA sendiri akan dilakukan selama 3 (tiga) hari, mulai 24-26 Oktober 2012 di gedung pagelaran Teater “O” Universitas Sumatera Utara (USU). Tanggal 24 Oktober 2013 akan dilakukan technical meeting dan pengundian nomor pementasan, kemudian tanggal 25 dan 26 Oktober 2013 akan dilakukan pementasan komunitas teater anak. Sekaligus penyerahan penghargaan yang akan dilakukan tanggal 26 Oktober 2013. Sampai saat ini, setidaknya lebih dari 15 komunitas teater anak

se-Sumatera Utara dari berbagai sektor siap untuk berkompetisi dan memberikan pertunjukan yang edukatif dan kreatif.


Tentang Proyek
Proyek sosial ini muncul sebagai media apresiasi kepada anak untuk dapat menyuarakan pendapat dan kritikan untuk membangun bangsa Indonesia lebih baik. Anak sering kali kurang dianggap saat mereka menyampaikan pendapat kepada orang yang lebih dewasa, apalagi dengan hal yang menyangkut kebijakan daerah, padahal anak akan menerima dampaknya. Festival Teater Anak (FTA) akan menjadi bentuk media baru, di mana anak bebas untuk bereksprisi. Anak-anak dibekali dengan pemahaman Hak Anak, kemudian akan anak dalam komunitas teaternya akan mengambil salah satu issu yang mereka anggap cukup penting untuk disampaikan.

Selain itu anak diajarkan untuk berkompetisi secara positif dengan saling belajar dengan komunitas teater lain yang ada, karena festival ini akan melibatkan komunitas teater dari berbagai status sosial, anak jalanan, anak miskin kota, anak nelayan, dan anak pelajar.

Proyek ini sangat penting untuk didukung sebagai upaya kita bersama melakukan pemberdayaan terhadap anak, menghindarkan anak dari pergaulan yang tidak baik, dan memberikan ruang kepada anak untuk berpartisipasi terhadap perbaikan Indonesia. Memberdayakan anak dengan aktivitas positif akan membangun generasi mudah yang cerdas dan baik.





Penggunaan Dana

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk melakukan technical meeting peserta, penambahan hadiah (tabungan pengembangan kreatifitas, trophy dan sertifikat), dan kampanye hak-hak anak melalui media teater, selain itu penampilan terbaik 1, 2, dan 3 akan dibuatkan video kompilasi yang menarik yang akan diberikan kepada berbagai pihak seperti sekolah-sekolah, lembaga perlindungan anak, pemerintahan dan dermawan pada kegiatan ini.

Anggota Tim

M Taufik Pradana dan Muhammad Syawal

Rencana Pelaksanaan proyek

Setelah kegiatan technical meeting awal pada 6 Juni 2013 lalu, saat ini semua komunitas sedang berfokus memaksimalkan latihan. Sedangkan untuk acara puncaknya sendiri akan dilakukan pada tanggal 24-26 Oktober 2012 di gedung pagelaran Teater “O” Universitas Sumatera Utara (USU).

target dana Rp2.500.000 

Rewards

  • Rp50.000 - ke atas

    Ucapan terima kasih di akun Facebook PKPA dan FFA, serta website PKPA
    0 supporter

  • Rp150.000 - ke atas

    Ucapan terima kasih di akun Facebook PKPA dan FFA, serta di website dan bulletin sanggar PKPA
    0 supporter

  • Rp250.000 - ke atas

    Ucapan terima kasih di akun Facebook PKPA dan FFA, serta di website dan bulletin sanggar PKPA, gantungan kunci stop kekerasan anak, dan 1 buah CD Kompilasi Pemenang FTA
    0 supporter

  • Rp500.000 - ke atas

    1 buah CD Kompilasi Pemenang FTA, 1 buah pin/gantungan kunci FTA, 3 buku cetakan PKPA, bulletin edisi 1-5 terbitan anak, ucapan terima kasih di akun Facebook PKPA dan FFA, serta di website dan bulletin sanggar PKPA
    0 supporter

  • Rp1.000.000 - ke atas

    1 Kemeja Hitam dengan Tulisan ROMPI (Rumah Olah Mental Pemuda Indonesia), 1 buah CD Kompilasi Pemenang FTA, 1 buah pin/gantungan kunci FTA, 3 buku cetakan PKPA, bulletin edisi 1-5 terbitan anak, ucapan terima kasih di akun Facebook PKPA dan FFA, serta di website dan bulletin sanggar PKPA
 Contact Person :
Muhammad Syawal : 083194840300
M Taufik Pradana : 083197250111

Rabu, 09 Oktober 2013

Lauching Medan Haritage Tour 31 agustus 2013 - cerita medan tempo dulu


Medan Heritage Tour merupakan program yang sengaja digarap sebagai media/wadah bagi komunitas Medan untuk saling bersinergi dalam melestarikan warisan budaya kota Medan. Berangkat dari fenomena pembangunan kota Medan yang metropolitan dan kurang mempertimbangkan aspek pelestarian cagar budaya, maka kami menggarap program ini sebagai bentuk soft action. Program ini diresmikan sejak tanggal 31 Agustus 2013 oleh Plt Walikota Medan, Drs. H. T. Dzulmi Eldin S.MSi, serta melibatkan lebih dari 40 komunitas di kota Medan.

Medan Community Festival (pelestarian ruang terbuka hijau, bersama komunitas Taman pada tanggal 30 Juni 2013)

Launching Medan Heritage Tour (tema: Cerita Medan Tempo Doeloe pada tanggal 31 Agustus 2013)

•Membangun kesadaran dan kecintaan masyarakat tentang pentingnya pelestarian  Heritage di Kota Medan sebagai peninggalan sejarah.

•Menjadi sebuah media silaturahmi antar komunitas di Kota Medan

•Memberikan pilihan hiburan baru yang memiliki nilai edukasi yang menarik dan tidak monoton bagi masyarakat Kota Medan

Soft Action bagi pemerintah dan pemilik modal untuk melestarikan Heritage Kota Medan, tanpa merubah ataupun mengalih fungsikan bangunan/tempat yang sudah ada sejak dahulu.

•Penggagas : Rizky Syahfitri Nst & Irvan Deriza
•Anggota :
Masitah Kurniasari
Laurenzo Alamsyah 
Ronal 
Hary T. Nada Gultom  
Alia Amanda Anwar  
Nadhila Yasmin Q.A.  
Siti Adis Hadiyanti
Shiera Malta Thadea  
Anggi Dwina Gurning 
Raja Penawar Meliala 
Dewanty Ajeng Wiradita
Sarah Fadilla 
Anka Ayudhia 
Nurul Huda

Gathering Commuinities Medan
BWS Medan
onalkeating
Sumatera Membaca
Peanuts Band
Rasikal ART
Marching Band Usu
Medan Reenactors
Medan Guitar Jamm
Gendang Mulut
165 Nation
Agung Suharyanto
Mangaryawan
Retro Scoot 
Vespa Medan
Piknik Asik Medan
Medan Berkebun
BFLAct Medan
BloggerSUMUT
AIMTHEEND Medan
Fotografi Usu
Bayak Photograph
Opique Pictures
Focus Umsu 
Komickops
IMAFT Usu
IMIB Usu
cmrpkbisu
NBC Medan
Wanita Medan
Kakak Medan
Butet Galak
Sahiva Usu
Android Medan
Kuliner Medan
Bajaj Medan Bikers Club
Ikatan Jakadara
Medan Buzzer
TDA Medan
akber Medan
Komunitas Taman
Komunitas Seni Lukis
Media Identitas
Malam Puisi Medan
YJC medan
Standup Medan 
Parkour Medan
KSM Medan
Suara Usu
Medan Seminar
Hipmi Sumut 
Kamar Dagang Indonesia
dan banyak lagi 

5 Saran Terburuk untuk Pemilik Usaha Kecil

Ketika Anda memulai bisnis, Anda mungkin tidak kekurangan orang-orang yang bersemangat untuk memberikan nasihat. Tampaknya setiap orang, bahkan seseorang yang baru Anda kenal, memiliki pendapat tentang bagaimana Anda harus mengembangkan produk Anda, menjalankan pemasaran Anda, menangani keuangan Anda dan banyak lagi.
Namun, 5 nasihat di bawah  ini harus Anda hindari karena biasanya akan menjadikan bisnis Anda tidak berjalan lancar :

1 .  Rekrut orang yang Anda kenal 

Mungkin banyak  orang yang memberitahu Anda untuk selalu membuat sebuah tim dengan ” orang yang dikenal ” – contohnya teman, rekan kerja atau mantan karyawan yang Anda kenal dan percaya . Itu tidak sepenuhnya salah, tetapi keputusan terbaik adalah dengan mempekerjakan orang berdasarkan posisi tertentu di saat tertentu. Dengan kata lain, Anda harus menghire orang yang fokus pada keahlian dan keterampilan khusus, daripada mencoba untuk memaksakan orang-orang yang Anda kenal untuk masuk ke dalam posisi yang kurang mereka kuasai.

2 . Tidak ada ruang untuk Anda di pasar

Mungkin banyak orang mengatakan kepada Anda untuk mencoba menemukan ruang baru di pasar karena tidak cukup ruang bagi para pemain baru.
Namun, tahukah Anda kunci keberhasilan bisnis tidak selalu bergantung pada penemuan ruang baru, melainkan bagaimana Anda mendefinisikan perusahaan Anda dan tempatnya di market. Starbucks bukanlah perusahaan pertama yang menjual kopi, tetapi mereka merevolusi kedai kopi dengan mengawinkan experience dan kafein. Namun, banyak kedai kopi bisa membuka kedainya dan berkembang, meskipun ada Starbucks di sudut jalan.
Daripada berjuang dengan ide baru , lihatlah target industri Anda dan cobalah untuk melihat di mana ada kekosongan untuk diisi dengan cara Anda.

3 . Anda harus lebih murah daripada orang lain

Banyak perusahaan yang terkena perangkap harga. Anda mungkin berpikir satu-satunya cara agar bisa bersaing dengan “orang besar ” adalah dengan melawan mereka dari segi harga. Kemudian Anda menjatuhkan harga produk Anda. Tentu bisa saja bisnis Anda tumbuh, pelanggan senang, lebih banyak pelanggan datang, tetapi ngos-ngosan karena margin tips.
Banyak perusahaan muda merasakan tekanan memberikan diskon harga besar-besaran untuk memenangkan bisnis. Akuisisi pelanggan memang penting dan Anda bisa menarik pelanggan dengan tingkat harga yang rendah. Namun, Anda harus belajar untuk bisa melayani dan memberikan nilai lebih kepada pelanggan, dan bukan berarti Anda harus memotong harga Anda. Jika kompetitor Anda menurunkan harga, Anda harus menemukan cara baru untuk berbeda dengan yang lain, dan kemudian bekerja sekeras yang Anda bisa untuk menjadi luar biasa dan berbeda.

4. Media sosial itu gratis 

Untuk memulai usaha kecil saat ini jauh lebih mudah daripada satu dekade yang lalu, karena semua pemasaran bisa dilakukan gratis di Facebook, Twitter dan Yelp . Tentu saja, Anda tidak perlu membayar uang untuk bergabung di Facebook , membuat akun Twitter atau memulai sebuah blog. Namun, untuk membuatnya hidup itu tidak gratis. Mungkin bisa dianalogikan seperti memungut anak anjing. Memang gratis untuk memungutnya, tetapi Anda harus memberi makan, kasih sayang, perawatan dll.
Demikian juga media sosial. Anda butuh darah, keringat dan air mata untuk bisa sukses di sana. Dari membuat konten segar untuk menjaga conversation, media sosial membutuhkan komitmen nonstop setelah Anda mulai .

5 .  Anda harus menghabiskan uang untuk menghasilkan uang

Hal klise ini pasti pernah terjadi pada setiap orang yang memulai bisnis. Tidak sepenuhnya salah,  tetapi Anda harus mempelajari perbedaan antara uang belanja dan berinvestasi dalam bisnis. Tentu saja, dengan uang bisnis akan cepat maju, tapi hanya jika Anda menghabiskan uang pada hal-hal yang menghasilkan bukan dengan membuang-buangnya untuk hal yang tidak penting.

Sumber  : Mashable