Jumat, 19 September 2014

Stupid Zero - Langit adalah Racun

 

Edited & director - J Hendry Norman
D.O.P - Kanda Rawkenroll
the poisoned single taken from Stupid Zero 1st Album 'Anomalia'


{Matasapi Films Productions.duaribuempatbelas}

Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2014

Kabarjakarta.com - Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2014 menganugerahkan Piala Dewantara untuk film Sebelum Pagi Terulang Kembali dalam kategori apresiasi film cerita panjang bioskop. Film karya sutradara Lasja F. Susatyo dengan bintang utama Alex Komang ini diproduksi Cangkir Kopi dan Tranparency International Indonesia. Sebelum Pagi Terulang Kembali unggul dari tiga film lainnya yang masuk nominasi kategori tersebut. Ketiga nomisasi itu adalah Cahaya dari Timur: Beta Maluku; Selamat Pagi, Malam; dan Sokola Rimba. Film Sebelum Pagi Terulang Kembali juga menerima penghargaan untuk kategori Poster Film Terbaik.
Acara penganugerahan AFI 2014 digelar Istana Maimun, Medan, Sumatera Utara, Sabtu malam lalu, 13 September 2014. Acara yang diguyur hujan sejak sore hari itu tetap dilangsungkan dan terlihat bagus dalam tayangan langsung televisi TVRI Nasional dan Berita Satu TV, walaupun agak sedikit tumpang tindih dan tak jelas dalam penjadwalan pada pelaksanaannya di lapangan.
Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI), Alex Komang mengatakan, pemberian penghargaan AFI 2014 ini merupakan wujud representasi perkembangan film Indonesia, baik di tingkat nasional maupun daerah. Dan ajang ini juga dapat dimanfaatkan untuk menjaring bakat muda berbakat dari lingkungan pendidikan maupun komunitas yang ada di Indonesia.
"BPI sebagai organisasi para insan perfilman nasional, berupaya akan terus mendorong pelaku industri perfilman baik yang bekerja secara profesional maupun level pendidikan, agar bisa melahirkan karya kreatif yang mampu menghadirkan karya-karya unggul, yang tentunya mencerminkan jatidiri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki latar budaya bangsa yang beragam," ungkap Alex Komang saat ditemui di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (13/9)
Berikut daftar lengkap nominasi dan pemenang AFI 2014:
A. Penghargaan Utama
1. Apresiasi Film Cerita Panjang Bioskop
 a. Cahaya dari Timur: Beta Maluku
 b. Selamat Pagi, Malam
 c. Sebelum Pagi Terulang Kembali
 d. Sokola Rimba
Pemenangnya: Sebelum Pagi Terulang Kembali Karya Lasja F Susatyo
2. Apresiasi Cerita Film Cerita Panjang Non Bioskop.
 a. Rocket Rain
 b. Something in the Way
Pemenangnya: Something In The Way Karya Teddy Soeriaatmadja
3. Apresiasi Film Pendek
 a. Maryam
 b. Gula-Gula Usia
 c. A Lady Caddy Who Never Saw a Hole in One
 d. Sepatu Baru
Pemenangnya: Maryam Karya Sidi Saleh
4. Apresiasi Film Dokumenter
 a. Akar
 b. Di Balik Frekuensi
 c. Digdaya Ing Bebaya
 d. Marah Di Bumi Lambu
Pemenangnya: Marah Di Bumi Lambu karya Hafiz Rancajale

5. Apresiasi Film Animasi
 a. Asiaraya
 b. Kitik
 c. Love Papper
 d. Pret
Pemenangnya: Pret karya Firman Widyasmara

6. Apresiasi Film Anak
 a. Sepatu Dahlan
 b. Seputih Cinta Melati
Pemenangnya: Sepatu Dahlan karya Benni Setiawan

B. Penghargaan Khusus
1. Apresiasi Sutradara Perdana.
 a. Anggun Priambodo - Rocket Rain
 b. Chairun Nissa - Inerie
 c. Emil Heradi - Sagarmatha
 d. Herman Kumala Panca - Tak Sempurna
Pemenangnya Anggun Priambodo dalam film Rocket Rain

2. Apresiasi Poster Film
 a. 23:59
 b. Kesurupan Setan
 c. Sebelum Pagi Terulang Kembali
 d. Sagarmatha
 e. Toilet Blues
Pemenangnya: Sebelum Pagi Terulang Kembali
3. Apresiasi Film Independen Pelajar
 a. Cinto Tabateh Adaik
 b. Indie Bung!!
 c. Penderas dan Pengidep
Pemenangnya: Penderas dan Pengidep

4. Apresiasi Film Independen Mahasiswa
 a. Iris
 b. Joshua
 c. Lembar Jawaban Kita
 d. Sepatu Baru
Pemenangnya: Sepatu Baru
5. Apresiasi Komunitas
 a. Forum Lenteng (Jakarta)
 b. Komunitas Godong Gedang (Banjarnegara)
 c. Komunitas Sarueh (Padang Panjang)
 d. Komunitas Sangkanparan (Cilacap)
 e. Komunitas Tikar Pandan (Aceh)
Pemenangnya: Komunitas Tikar Pandan (Aceh)

6. Apresiasi Festival Film
 a. Festival Film Pelajar Jogya
 b. Festival Film Purbalingga
 c. Festival Film Solo
 d. Jogja-Netpac Asian Film Festival
 e. Festival Film Dokumenter
Pemenangnya: Festival Film Dokumenter

7. Apresiasi Pendidikan Film
 a. In-Docs
 b. Kampung Halaman
 c. SMPN IV Satu Atap Karang Moncol
 d. Serunya Screenwriting
Pemenangnya: Kampung Halaman

8. Apresiasi Media Cetak
 a. Majalah Kinescope
 b. Majalah Tempo
 c. Majalah Rolling Stone
Pemenangnya: Majalah Tempo

9. Apresiasi Media Non Cetak.
 a. Cinema Poetica
 b. Jurnal Footage
 c. Moviegoers
 d. Muvila
Pemenangnya: Cinema Poetica

Selain itu, AFI 2014 juga memberikan penghargaan berupa apresiasi adikarya untuk film Harimau Tjampa karya D. Djajakusuma. Sementara apresiasi adi-insani diperoleh Gatot Prakosa.
AFI 2014 yang bertema film dan musik mempersembahkan Tribute to Idris Sardi. Penghargaan khusus diberikan oleh Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI) Alex Komang dan Wakil Mendikbud Wiendu Nuryanti, dan diterima oleh Lukman Sardi bersama kakak dan adiknya.
Dewan juri AFI 2014 adalah, Sheila Timothy (produser), Lasja F Susatyo (sutradara), Alex Komang (aktor), Hafiz Rancajale (penggiat komunitas film), Totot Indrarto (pengamat film), Kemala Atmojo (wartawan), A.S. Laksana (penulis), Hilmar Farid (akademisi), dan Nirwan Dewanto (budayawan).

Pameran Perfilman Sumatera Utara
Selain acara puncak berupa pemberian penghargaan, AFI 2014 juga dilengkapi dengan beberapa kegiatan pendukung. Antara lain, sosialisasi workshop dan bioskop di beberapa kota, talkshow, dan pawai artis. Di Istana Maimoon sendiri, ada beberapa kegiatan pendukung: Pameran Sejarah Bioskop Indonesia, Pameran Komunitas Film Sumatera Utara “Dari Sumatera Utara untuk Indonesia”, diskusi tentang produksi film cerita bersama Angga Dwimas Sasongko, dan beberapa kegiatan film lain yang dipandu oleh KoFI Sumut.
Salah satunya, menonton film-film klasik yang pernah dibuat rumah/perusahaan produksi Sumatera Utara (beberapa juga dibuat atas bantuan Pemerintah Daerah) seperti Butet (1974), Buaya Deli (1978), dan Musang Berjanggut (1983). Selain itu, ada sekitar 170 film produksi lokal se-Sumatera Utara yang diputar untuk para pengunjung, mulai dari fiksi, dokumenter, sampai animasi. Ada pula booth yang menjual VCD film-film tersebut. Di luar pameran, film-film lokal Sumatera Utara hidup lewat penjualan VCD, salah satunya di warung-warung kopi. Satu film bisa dicetak mencapai 5.000—7.000 keping.
Ada pula gambaran perfilman di Sumatera Utara sejak tahun 1953-1983. Melalui gambaran tersebut, dapat diketahui bahwa pada era 70-an, mulai dari Gubernur, Walikota, sampai Pangdam I dan berbagai perusahaan, memberi dukungan untuk produksi dan pengembangan film di Sumatera Utara. Selain film-film klasik yang diputar, salah satu film Sumatera Utara yang terkenal adalah Turang (1957) karya Bachtiar Siagian. Namun, materi film tersebut tidak dapat ditemukan.
AFI sendiri merupakan kegiatan tahunan Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia dalam bentuk pemberian penghargaan kepada insan film Indonesia yang memiliki komitmen dalam berkarya dengan memproduksi film-film berbasis nilai budaya, kearifan lokal, dan pembangunan karakter bangsa.

sumber: http://kabarjakarta.com/2395-liputan-apresiasi-film-indonesia-afi-2014

Putar 170 Film Lawas Sumut

No comments
FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Sejumlah turis mancanegara mengikuti karnaval saat pawai budaya Sumut 2014 di jalan Balai Kota Medan, Jumat (12/9). Pakaian adat dan kenderaan hias mewarnai pawai ini.
FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Sejumlah turis mancanegara mengikuti karnaval saat pawai budaya Sumut 2014 di jalan Balai Kota Medan, Jumat (12/9). Pakaian adat dan kenderaan hias mewarnai pawai ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO - Perfilman di Sumatera Utara (Sumut) pernah punya masa kejayaan di sera 1953 hingga 1983. Salah satu buktinya, ‘film lokal’ berjudul Turang pernah meraih anugerah Film Bioskop Terbaik di Festival Film Indonesia 1960 dan penghargaan untuk Bachtiar Siagian kategori sutradara terbaik.

Untuk kembali membangkitkan gairah perfilman di Sumut, Apresiasi Film Indonesia 2014 digelar di Istana Maimoon Medan 12-13 September. AFI kali ini menghadirkan 170 karya lawas, termasuk karya sineas Sumut, yang dihimpun Komunitas Film (KoFi) Sumut. Banyaknya judul film ini didukung 36 komunitas film yang sudah dibangun di Sumut.

AFI kali ini ditandai dengan iringan-iringan mobil karnaval yang diikuti artis AFI serta perwakilan puluhan artis ibukota, seperti Alex Komang, Jajang C Noer, Ralin Shah, Chiko Jerico, Fahri Albar, Popi Sofia dan beberapa artis lainnya. dari festival AFI 2014 yang diselenggarakan di Medan, Sabtu (13/9) di Istana Maimoon Medan.

Bagi para komunitas film ini, pelaksanaan AFI 2014 di Medan seperti menyiram tanaman kering yang selama ini terabaikan oleh pemerintah lokal. Baik ditingkat provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota.

“Itu sebabnya, ketika panitia AFI 2014 dan Badan Perfilman Indonesia (BPI) menggandeng komunitas film yang tergabung dalam KoFi Sumut untuk ikut dalam mengelola event pameran dan pameran dan workshop, kesempatan ini dianggap peluang baru untuk memperkuat gairah perfilman di Sumut. Setidaknya, lebih 170 judul film berhasil dihimpun untuk mengisi event pameran film di AFI 2014 dari berbagai kominitas di Sumut,” kata Alex dari BPI Pusat kepada wartawan, Jumat (12/9).

Film-film yang terkumpul tersebut memiliki ragam genre. Mulai dari dokumenter, fiksi, animasi dan film film lama yang diproduksi antara 1953 hingga 1970-an. Antara lain film berjudul Butet, Buaya Deli, Sungai Ular, Musang Berjanggut, Pencopet dan Sorta. Di mana film ini nantinya akan dapat dinikmati pengunjung di layar apresiasi di ajang pameran.

Koordinator KoFi Sumut Andi Hutagalung menyebutkan dewasa ini antusiasme masyarakat di Sumut untuk pengembangan dan produksi film cukup tinggi. Sayang, antusiasme ini belum mendapat perhatian pemerintah Provinsi Sumut dengan baik.

“Salah satunya hingga kini pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota tidak menyediakan ruang publik yang layak untuk mengapresiasikan berbagai film lokal yang diprosuksi. Sehingga, pengembangan produkasi film lokal jadi terbatas. Begitu juga hanya dinikmati secara terbatas pula,” sebutnya.

Lebih lanjut Andi menjelaskan bahwa untuk mengembangkan film di Sumut, sebaikanya berbagai lembaga maupun perusahaan uang ada memberikan dukungan. Sebab ini adalah industri kreatif dan padat karya. (nit/tom)

sumber : http://sumutpos.co/2014/09/85772/putar-170-film-lawas-sumut

AFI 2014: Pertemuan Film Nasional dengan Film Lokal

Penulis: Amalia Sekarjati

Sebelum Pagi Terulang Kembali (Lasja F Susatyo, 2014) terpilih menjadi penerima Piala Dewantara Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2014 untuk kategori Film Panjang Bioskop. Film yang dibuat untuk menanamkan semangat anti-korupsi tersebut juga menerima penghargaan untuk kategori Poster Film Terbaik. Film Maryam (Sidi Saleh, 2014), yang baru saja menang Film Pendek Terbaik di Festival Film Internasional Venice 2014, menerima penghargaan untuk kategori Film Pendek. Penghargaan khusus Adi Karya diberikan untuk film Harimau Tjampa (1953) karya D Djajakusuma. Sedangkan penghargaan Adi Insani diberikan kepada seniman Gotot Prakosa.
Pengumuman tersebut beserta dua belas kategori lainnya berlangsung pada malam penghargaan AFI 2014 yang berlangsung di Istana Maimoon, Medan, Sumatera Utara pada Sabtu, 13 September 2014. Para penerima penghargaan merupakan pilihan dewan juri yang terdiri dari Sheila Timothy (produser), Lasja Fauzia (sutradara), Alex Komang (aktor), Hafiz Rancajale (penggiat komunitas film), Totot Indrarto (pengamat film), Kemala Atmojo (wartawan), AS Laksana (penulis), Hilmar Farid (akademisi), dan Nirwan Dewanto (budayawan)
Tidak hanya pemberian penghargaan, acara juga dilengkapi dengan Tribute to Idris Sardi. Selain memainkan musik-musik hasil komposisi dan aransemen beliau, Wakil Kemendikbud RI Wiendu Nuryanti juga memberikan penghargaan untuk beliau, yang diterima perwakilan keluarga. Lukman Sardi. Aktor sekaligus putra Idris Sardi ini sempat memainkan salah satu aransemen lagu dengan biola sebagai persembahan.

Kegiatan Pendukung
Selain acara puncak berupa pemberian penghargaan, AFI 2014 juga dilengkapi dengan beberapa kegiatan pendukung. Antara lain, sosialisasi workshop dan bioskop di beberapa kota, talkshow, dan pawai artis. Di Istana Maimoon sendiri, ada beberapa kegiatan pendukung: Pameran Sejarah Bioskop Indonesia, Pameran Komunitas Film Sumatera Utara “Dari Sumatera Utara untuk Indonesia”, diskusi tentang produksi film cerita bersama Angga Dwimas Sasongko, dan beberapa kegiatan film lain yang dipandu oleh KoFI Sumut.
Salah satunya, menonton film-film klasik yang pernah dibuat rumah/perusahaan produksi Sumatera Utara (beberapa juga dibuat atas bantuan Pemerintah Daerah) seperti Butet (1974), Buaya Deli (1978), dan Musang Berjanggut (1983). Selain itu, ada sekitar 170 film produksi lokal se-Sumatera Utara yang diputar untuk para pengunjung, mulai dari fiksi, dokumenter, sampai animasi. Ada pula booth yang menjual VCD film-film tersebut. Di luar pameran, film-film lokal Sumatera Utara hidup lewat penjualan VCD, salah satunya di warung-warung kopi. Satu film bisa dicetak mencapai 5.000—7.000 keping.
Ada pula gambaran perfilman di Sumatera Utara sejak tahun 1953-1983. Melalui gambaran tersebut, dapat diketahui bahwa pada era 70-an, mulai dari Gubernur, Walikota, sampai Pangdam I dan berbagai perusahaan, memberi dukungan untuk produksi dan pengembangan film di Sumatera Utara. Selain film-film klasik yang diputar, salah satu film Sumatera Utara yang terkenal adalah Turang (1957) karya Bachtiar Siagian. Namun, materi film tersebut tidak dapat ditemukan.
AFI sendiri merupakan kegiatan tahunan Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia dalam bentuk pemberian penghargaan kepada insan film Indonesia yang memiliki komitmen dalam berkarya dengan memproduksi film-film berbasis nilai budaya, kearifan lokal, dan pembangunan karakter bangsa.
Apresiasi Film Indonesia (AFI) bukan ajang kompetisi yang semata-mata berfokus pada pencapaian estetika dan teknis sebuah karya film, melainkan juga mempertimbangkan seberapa kuat kualitas gagasan dan kontennya merepresentasikan kandungan nilai budaya, kearifan lokal, dan pembangunan karakter bangsa.

Daftar Penerima Piala Dewantara AFI 2014
Penghargaan Utama
Apresiasi Film Cerita Panjang Bioskop: Sebelum Pagi Terulang Kembali
Apresiasi Cerita Film Cerita Panjang NonBioskop: Something in the Way
Apresiasi Film Pendek: Maryam
Apresiasi Film Dokumenter: Marah Di Bumi Lambu
Apresiasi Film Animasi: Pret
Apresiasi Film Anak: Sepatu Dahlan

Penghargaan Khusus
Apresiasi Sutradara Perdana: Anggun Priambodo  (Rocket Rain)
Apresiasi Poster Film: Sebelum Pagi Terulang Kembali (Cangkir Kopi, Transparency International Indonesia)
Apresiasi Film Independen Pelajar: Penderas dan Pengidep
Apresiasi Film Independen Mahasiswa: Sepatu Baru
Apresiasi Komunitas: Komunitas Tikar Pandan (Aceh)
Apresiasi Festival Film: Festival Film Pelajar Jogja
Apresiasi Pendidikan Film: Kampung Halaman
Apresiasi Media Cetak: Majalah Tempo
Apresiasi Non Cetak: Cinema Poetica

Penghargaan Inspiratif
Apresiasi Adi Insani: Gatot Prakosa
Apresiasi Adi Karya: film Harimau Tjampa karya D Djajakusuma


sumber : http://filmindonesia.or.id/article/afi-2014-pertemuan-film-nasional-dengan-film-lokal#.VBvlrBZxpew

Momen Kebangkitan Film Sumut

apresiasi-film-indonesia-afi 

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Komunitas Film (KoFI) Sumut bersama Panitia Pelaksana Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2014 di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan Badan Perfilman Indonesia (BPI), menggelar berbagai kegiatan diskusi, workshop singkat, serta pameran komunitas film. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian AFI 2014 yang diselenggarakan di Istana Maimoon Medan pada 12-13 September 2014 mendatang.

Dalam pameran bertajuk ‘Dari Sumatera Utara untuk Film Indonesia’ ini, KoFI Sumut menyusun display sejarah perfilman Sumatera Utara dari 1953 hingga sekarang. Terdapat pula rangkaian acara presentasi dan diskusi untuk memberikan apresiasi bagi film-film yang pernah menang ataupun masuk nominasi berbagai festival internasional, nasional, dan lokal. Selain itu, disiapkan juga display pameran produk-produk animasi dan industri film lokal.

“Akan ada banyak aktivitas yang dapat menambah khazanah pengetahuan tentang perfilman Sumatera Utara yang pernah jaya. Bahkan pernah ekspansi membuat film di Jakarta dan Jawa,” ujar juru bicara KoFI Sumut, Juhendri Chaniago.

Kegiatan ini melibatkan puluhan komunitas film yang ada di Sumatera Utara. Baik komunitas muda, senior, penikmat, pengamat, dan production house film. Berbagai film dari jenis fiksi, dokumenter, maupun animasi yang pernah diproduksi di Sumatera Utara, semisal Musang Berjanggut (Pietrajaya Burnama,1983), Turang (Bachtiar Siagian, 1957), Butet (SA Akrim, 1974), Buaya Deli (Mochtar Soemodimedjo,1978) dan banyak lagi film di era modern semisal Nggara (Ori Semloko, 2013), Tano Parsirangan (Pontyanus Gea, 2012), Permata di Tengah Danau (Andi Parulian Hutagalung, 2012), dan film-film lainnya akan dipresentasikan dalam pameran ini.

Melalui gelaran Pameran Komunitas Film Sumatera Utara ini diharapkan mampu memperkenalkan gebrakan dan geliat para penggerak perfilman Sumatera Utara melalui komunitas film yang tersebar di seluruh Sumatera Utara kepada masyarakat umum. Acara ini sekaligus membuktikan gebrakan yang dilakukan oleh jaringan komunitas ini sekarang harus menyatu dan terarah. (rel/ril/saz)

sumber : http://sumutpos.co/2014/09/85558/momen-kebangkitan-film-sumut