Jumat, 28 Juni 2013

Film Sejarah Indonesia & 10 Film Box Office yang Menyesatkan

Biasanya kita bisa mempelajari dan mengetahui hal-hal dan pelajaran baru dari film yang kita tonton, tapi terkadang film-film yang kita tonton tidak selmanya memceritakan kebenaran. Ada beberapa film yang menurut sejarawan dan ahli antropologi justru "menyesatkan" penontonnya. Berikut 1 Film Indonesia dan 10 Film box office yang paling "menyesatkan" dan keliru dalam memaparkan sejarah:


11. G30 S PKI


Masih banyak mengandung unsur subyektifitas ala Orde Baru.Terlalu menonjolkan PKI sebagai dalang utama, padahal masih ada unsur keterlibatan Sukarno, Suharto, & CIA dalam peristiwa G30S, Serta menonjolkan Suharto sebagai superhero secara berlebihan, malahan Sukarno digambarkan sebagai tokoh villain


10. 300


meskipun film ini merupakan penghormatan untuk kode moral kuno dan latihan fisik modern didasarkan pada Pertempuran Thermopylae nyata, film ini mengandung terlalu banyak kebebasan dalam pemaparan sejarah. Yang paling jelas adalah raja Persia Xerxes bukanlah Cirque du Soleil setinggi 8-kaki. Juga, Dewan Spartan itu terdiri dari pria di atas usia 60, dan tidak ada yang semuda Theron (diperankan oleh Dominic West yang berumur 37 tahun). Dan prajurit Sparta pergi ke perlengkapan perang memakai perlengkapan perunggu, bukan hanya sepatu Speedos kulit.

9. 10.000 BC


Sutradara Roland Emmerich biasanya sangat ngotot untuk mempertahankan realisme dalam film nya (lihat adegan pengiriman virus komputer dengan komputer Macintosh ke pesawat alien di Independence Day). Jadi kita sebenarnya tidak suka untuk memberitahu kepadanya bahwa mammoth sama sekali tidak digunakan untuk membangun piramida. Dan yang pasti, mammoth bahkan tidak ditemukan di padang pasir. Mereka tidak akan perlu wol diseluruh tubunhya jika itu terjadi. Dan tidak ada piramida di Mesir sampai 2.500 SM.


8. The Last Samurai

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6Kk0ZMrV8FXUmOg2_OpYa4PIOMECaAie0lY9z62osCrctIb_GPZHfCmhfdUoka6Ibuj8vgLZzPRId4BdnN6mZPIFpYKXuDCbg9ByXs1G7RH1_T78yG-gYKEUzyGMdN7XfMvoruWvcw00/s1600/imgThe+Last+Samurai2.jpg

Orang Jepang pada akhir abad 19 memang menggunakan tenaga asing dari luar negeri untuk memodernisasikan militer mereka, tetapi mereka kebanyakan adalah orang Perancis, bukan Amerika. Karakter Ken Watanabe didasarkan pada Takamori Saigo yang melakukan ritual bunuh diri, atau "seppuku" setelah menelan kekalahan dalam pertempuran bukan di tembak senjata Gatling Gun. Apalagi sangat meragukan bahwa alkoholic berumur 40an pensiunan perang dengan rambut yang menawan, bisa mahir menggunakan sumpit (apalagi pedang samurai?).


7. Gladiator


Kaisar Commodus bukan seorang sister-complex yang sangat terobsesi seperti yang digambarkan dalam film. Dia memang seorang alkoholik yang kejam, tentu, tapi tidak terlalu cengeng. Dia bahkan mampu memerintah lebih dari satu dekade dibandingkan ineptly yang hanya mampu memerintah selama beberapa bulan. Ia juga tidak membunuh ayahnya, Marcus Aurelius, yang benar-benar meninggal karena cacar air. Dan ia bukan dibunuh di arena gladiator, dia dibunuh di bak mandi nya.


6. Apocalypto

http://cdn.indowebster.com/www51.indowebster.com/459bef0c9eb0a59c42fe2115ee3634e3.jpg

Film ini benar-benar memberikan seluruh departemen dan ahli Antropologi sakit migrain. Memang benar suku Maya memiliki tradisi aneh mengorbankan manusia. Tetapi mereka tidak mempersembahkannya untuk Kulkulkan, Dewa Matahari, dan yang dibunuh hanyalah petinggi-petinggi yang ditangkap dalam perang saja. Para conquistador yang tiba di akhir film adalah penyelamat yang tidak pernah ada, bahwa 90% dari penduduk Amerika asli meninggal karena cacar dari ternak yang menginfeksi mereka.

5. Memoirs of a Geisha
Geisha yang sudah cukup berumur, yang disebut "mizuage" sama sekali tidak melakukan hubungan intim dengan klien. Dalam adegan klimaks dimana Sayuri mempesona Gion dengan tariannya, background yang digunakan (salju buatan dan lampu sorot) lebih seperti pertunjukan di Studio 54 daripada seperti Kyoto di masa sebelum perang.

4. Braveheart

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDSM5GZRrM_rxUwKipIk1zEUpFVJAcfabfaH0O-8IHYph39KtbF8gA8uv9oys4kNrYBcnYf7aRwaH2AEhVisjCpivuxJ_emZxnpLYlMaupbbraU6vWgtHM9oEAuAjNVHodTU3XOfqxDHA/s1600/braveheart.jpg
Mari kita lupakan sejenak fakta bahwa pakaian "kilt" belum dipakai di Skotlandia sampai kira-kira 300 tahun setelah era William Wallace. Di dalam film, pesona mata biru Wallace sangat luar biasa, dia berhasil berselingkuh dengan istri raja Edward II, Isabella dari Perancis, dan akhirnya hasil dari perselingkuhan itu adalah lahirnya Edward III. Tetapi menurut buku-buku sejarah, Isabella berusia tiga tahun pada saat perang Falkirk, dan Edward III lahir tujuh tahun setelah Wallace meninggal.
3. Elizabeth: The Golden Age


Pada 1585, seperti di film, Ratu Elizabeth berusia 52 tahun (Cate Blanchett berumur 36 ketika ia memerankan film tersebut) dan tidak sedang didekati Ivan (yang sudah mati saat itu). Dan meskipun dia mengumpulkan dan memimpin pasukan di Tilbury dengan menunggang kuda putih memakai baju besi lengkap dengan pedang, ia duduk di samping pelana sambil membawa tongkat kecil (Dia lebih terlihat seperti seorang mayoret yang anggun daripada seorang Joan of Arc).

sumber : http://ladang-hijau.blogspot.com/


SEJARAH FILM INDONESIA DAN FILM-FILM TERBAIK YANG PERNAH ADA DI INDONESIA

Sudah sejak lama ada beberapa pihak baik itu institusi, media ataupun perorangan yang berusaha menggolongkan film-film Indonesia sepanjang masa yang layak menjadi film yang terbaik berdasarkan kategori-kategori tertentu. Salah satunya adalah tabloid Bintang Indonesia yang pada akhir tahun 2007 berusaha memilah film-film apa saja yang dapat dikategorikan sebagai film Indonesia terbaik. Dari 160 film yang masuk dipilihlah 25 film yang dapat dikategorikan sebagai film-film Indonesia terbaik sepanjang masa. Film-film tersebut dipilih oleh 20 pengamat dan wartawan film yakni: Yan Widjaya (wartawan film senior), Ilham Bintang (wartawan film senior), Ipik Tanojo (Bali Post), Eric Sasono (pengamat film), Arya Gunawan (pengamat film), Noorca M. Massardi (wartawan film senior), Yudhistira MassardiGatra), Leila S. Chudori (Tempo), Frans Sartono (Kompas), Yusuf AssidiqRepublika), Aa Sudirman (Suara Pembaruan), Taufiqurrahman (The Jakarta Post), Eri Anugerah (Media Indonesia), Sandra Kartika (Wakil Pemimpin Redaksi Tabloid Teen), Telni Rusmitantri (Cek n Ricek), Ekky Imanjaya (situs Layarperak.com), Wenang Prakasa (Movie Monthly), Orlando JafetCinemags), Poernomo Gontha Ridho (Koran Tempo), dan Ekal PrasetyaSeputar Indonesia)[1]. Ke-25 Film tersebut adalah: ( ( ( (
Film-film terbaik:
  1. Tjoet Nja’ Dhien (1986)
  2. Naga Bonar (1986)
  3. Ada Apa dengan Cinta? (2001)
  4. Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985)
  5. Badai Pasti Berlalu (1977)
  6. Arisan! (2003)
  7. November 1828 (1978)
  8. Gie (2005)
  9. Taksi (1990)
  10. Ibunda (1986)
  11. Tiga Dara (1956)
  12. Si Doel Anak Betawi (1973)
  13. (Cintaku di) Kampus Biru (1976)
  14. Doea Tanda Mata (1984)
  15. Si Doel Anak Modern (1976)
  16. Petualangan Sherina (1999)
  17. Daun di Atas Bantal (1997)
  18. Pacar Ketinggalan Kereta (1988)
  19. Cinta Pertama (1973)
  20. Si Mamad (1973)
  21. Pengantin Remaja (1971)
  22. Cintaku di Rumah Susun (1987)
  23. Gita Cinta dari SMA (1979)
  24. Eliana, Eliana (2002)
  25. Inem Pelayan Sexy (1977)
Film Indonesia dengan terbanyak ditonton keseluruhan :[rujukan?]
  1. Laskar Pelangi(2008) (4,6 Juta)
  2. Ayat-ayat Cinta(2007) (3,6 Juta)
  3. Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2(2009) (3,1 juta)
  4. Eiffel I’m in Love(2005) (3 Juta)
  5. Ada Apa dengan Cinta?(2002) (2,6 Juta)
  6. Sang Pemimpi(2010) (1,9 Juta)
  7. Garuda di Dadaku(2009) (1,2 Juta)
  8. Petualangan Sherina (1,2 Juta)
  9. Quickie Express (1 Juta)
  10. Tali Pocong Perawan (1 Juta)
Jumlah penonton ini tidak bisa diketahui dengan pasti mengingat produser film dan pihak eksebitor (bioskop) tidak mau mengungkapkan jumlah penonton sesungguhnya. Pihak bioskop melakukan pencatatan dan melaporkannya kepada produser film, tetapi mereka tak mau memberitahukannya kepada publik dengan alasan bahwa pengungkapan angka tersebut sepenuhnya adalah hak produser. Sedangkan produser cenderung untuk membesar-besarkan jumlah penonton mereka jika ditanya oleh media. Dicurigai, mereka menyembunyikan jumlah sesungguhnya dalam laporan mereka ke Dinas Pajak. Dengan demikian, pencatatan jumlah penonton film menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan dengan sempurna.

sumber : http://id.wikipedia.org/

Film-Film Yang Mengangkat Keunikan Wilayah-Wilayah di Indonesia.

Dengan sekitar 17 ribu pulau, Indonesia merupakan surga bagi para sineas. Berikut tempat-tempat cantik yang pernah dijadikan lokasi syuting. Simak yuk.
  1. Potret ujung tombak negara, dalam hal ini diwakili Bintan ditampilkan oleh "Badai di Ujung Negeri". Disutradarai Agung Sentausa, film laga ini menceritakan drama persahabatan dan kisah perdagangan manusia di tepal batas Indonesia.
    1. Diangkat dari novel berjudul sama, Di Bawah Lindungan Ka'bah mengangkat kisah cinta beda kasta berlatar kota Padang era 1920-an.


    2. Dari ranah Hollywood ada "Eat Pray Love"  yang diangkat dari novel laris yang menceritakan perjalanan seorang wanita dalam mencari makna hidupnya dan pencariannya akhirnya berakhir di Bali. Lebih khusus lagi, ini menang film tentang traveling ya ^^



      Lagi-lagi film yang diadaptasi dari novel berjudul sama, "Laskar Pelangi" mengisahkan kehidupan 10 anak dari keluarga miskin di SD Muhammadiyah di Pulau Belitung.

      Mengisahkan pencarian seorang anak akan ayahnya yang hilang di laut. Salah satu pesan dari "The Mirror Never Lies" adalah menyadarkan publik akan pentingnya menjaga laut Nusantara.

      1. Bercerita tentang Denias, seorang anak yang berusaha mendapatkan pendidikan yang layak di Papua. Film ini mengambil latar di Wamena.


      2. "Pasir Berbisik" film yang sukses menyabet banyak penghargaan ini disyuting di hamparan pasir di kaki Gunung Bromo. Ada Dian Sastro-nya lhoo :D

        "Tanah Air Beta" menampilkan tragedi kemanusiaan dengan latar peristiwa pemisahan Timor Timur (Kini Timor-Leste) dari Indonesia.

        Terbaru yang sedang tayang di bioskop, ada “Lovely Man” yang menampilkan adu watak antara seorang pria transgender dengan putrinya yang terdidik secara Islami. Film ini menampilkan sisi lain Jakarta yang sangat romantis.

        1. Tak ketinggalan dari film dokumenter, ada “Negeri di Bawah Kabut” (“Land Beneath the Fog”. Menampilkan potret keluarga dan tantangan yang mereka hadapi, berlatar di Gunung Merbabu, Jawa Tengah.

        Menarik-menarik ya, film-filmnya. Teman-teman ada yang tahu lagi film-film yang mengangkat keunikan daerah-daerah di Indonesia? Atau mungkin punya informasi lebih tentang film-film di atas?

        sumber : https://www.facebook.com/valadoo/




  2. Diangkat dari novel berjudul sama, Di Bawah Lindungan Ka'bah mengangkat kisah cinta beda kasta berlatar kota Padang era 1920-an.


  3. Dari ranah Hollywood ada "Eat Pray Love"  yang diangkat dari novel laris yang menceritakan perjalanan seorang wanita dalam mencari makna hidupnya dan pencariannya akhirnya berakhir di Bali. Lebih khusus lagi, ini menang film tentang traveling ya ^^



    Lagi-lagi film yang diadaptasi dari novel berjudul sama, "Laskar Pelangi" mengisahkan kehidupan 10 anak dari keluarga miskin di SD Muhammadiyah di Pulau Belitung.

    Mengisahkan pencarian seorang anak akan ayahnya yang hilang di laut. Salah satu pesan dari "The Mirror Never Lies" adalah menyadarkan publik akan pentingnya menjaga laut Nusantara.



    1. Bercerita tentang Denias, seorang anak yang berusaha mendapatkan pendidikan yang layak di Papua. Film ini mengambil latar di Wamena.


    2. "Pasir Berbisik" film yang sukses menyabet banyak penghargaan ini disyuting di hamparan pasir di kaki Gunung Bromo. Ada Dian Sastro-nya lhoo :D

      "Tanah Air Beta" menampilkan tragedi kemanusiaan dengan latar peristiwa pemisahan Timor Timur (Kini Timor-Leste) dari Indonesia.

      Terbaru yang sedang tayang di bioskop, ada “Lovely Man” yang menampilkan adu watak antara seorang pria transgender dengan putrinya yang terdidik secara Islami. Film ini menampilkan sisi lain Jakarta yang sangat romantis.



      1. Tak ketinggalan dari film dokumenter, ada “Negeri di Bawah Kabut” (“Land Beneath the Fog”. Menampilkan potret keluarga dan tantangan yang mereka hadapi, berlatar di Gunung Merbabu, Jawa Tengah.

      Menarik-menarik ya, film-filmnya. Teman-teman ada yang tahu lagi film-film yang mengangkat keunikan daerah-daerah di Indonesia? Atau mungkin punya informasi lebih tentang film-film di atas?

      sumber : https://www.facebook.com/valadoo/