Rabu, 13 November 2013

Mengenal Tulisan Jurnalistik: Resensi

Resensi ialah tulisan yang isinya menimbang atau menilai sebuah karya yang dikarang atau dicipta orang lain. Resensi itu asal katanya dari bahasa Belanda recensie. Dalam bahasa Inggris, padanan katanya adalah istilah review (ini juga berasal dari bahasa Latin: revidere; re “kembali”, videre “melihat”). Karya yang dinilai dalam tulisan resensi meliputi buku, film, teater, lagu, dan semacamnya.

Secara umum, resensi dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Deskriptif : menggambarkan dan menjelaskan tentang karya seseorang secara menyeluruh, baik dari segi isi, penulisannya, maupun penciptanya (creator). Resensi deskriptif ini tidak sampai pada penilaian kritik (bagus/tidak) si penulis terhadap karya yang dia resensi. Dia hanya menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.
2. Deskriptif-evaluatif : resensi dengan karakter kedua ini melakukan penilaian terhadap sebuah karya lebih dalam dari yang pertama. Dia tidak hanya menggambarkan, tapi menilai sebuah karya secara keseluruhan dengan kritis dan argumentatif. Sehingga ada kesimpulan pada akhir resensi, apakah karya yang diresensi baik kualitasnya atau tidak.
3. Deskriptif-komparatif : resensi yang ketiga ini lebih sulit lagi daripada macam resensi yang kedua. Resensi macam ketiga ini mencoba melakukan penilaian pada sebuah karya dengan cara membandingkan karya orang lain yang memiliki kesamaan atau keterkaitan secara isi dan materi. Disebut sulit, sebab selain membutuhkan analisa  mendalam dan kritis, resensi macam ketiga ini membutuhkan pengetahuan dan wawasan luas. Tidak hanya satu karya yang harus dia pahami, namun karya-karya lain yang berhubungan dengan karya yang dia resensi harus pula dia pahami.
Tujuan resensi buku adalah mengomunikasikan penilaian yang sudah
ditimbang masak-masak kepada pembaca lain, agar mereka memutuskan
ingin membaca buku tersebut atau tidak. Penting menyajikan resensi
yang mudah dipahami pembaca, mampu memenuhi kebutuhan dan
karakteristik mereka. Dan sebagai saran seorang kawan, pembaca
diharapkan akan mempertimbangkan pula masukan tersebut. Ingat, seorang
kawan tak akan memaksa; andaipun terkesan memaksa, itu pasti demi
kebaikan atau karena rasa sayang. Bila saran itu dirasa datang dari
seorang kawan baik, orang yang tak akan mencelakakan, yakinlah saran
itu akan berpengaruh, setidak-tidaknya karena ada seseorang telah
bersaksi bahwa sebuah buku itu sungguh-sungguh layak diperhatikan.
Asma Nadia menyebutkan lima alasan kenapa kita harus menulis resensi.

Berikut ini kutipan apa yang ia tulis.
1. Sebagai upaya mengikat makna. Dengan menulis kamu mengikat apa yang kamu baca. Dengan mengikatnya maka kamu tidak akan cepat lupa pada hal-hal yang mungkin baik yang ada di buku itu.
2. Menulis resensi juga merupakan latihan yang baik untuk mengapresiasi sebuah tulisan, dengan elemen-elemennya. Resensi tentu saja bukan sekumpulan pujian terhadap satu buku. Resensi boleh saja merupakan deretan kritikan terhadap buku itu. Sah-sah saja. Tapi dengan meresensinya maka kamu akan memikirkan baik buruknya buku yang kamu baca, dengan lebih dalam. Yang pada berikutnya akan memberimu masukan secara pribadi, kekurangan-kekurangan penulis yang tidak boleh dibiarkan ada pada tulisanmu nanti, maupun mencoba mengambil kelebihan-kelebihan si penulis, agar juga menjadi milikmu. Khususnya jika kamu ingin menjadi seorang penulis.
3. Menulis resensi seperti juga buku harian, surat pembaca, atau blogging, merupakan latihan yang sangat baik untuk menulis. Dengan menulis resensi kamu belajar mengungkapkan gagasan dengan lebih baik.
4. Menulis resensi, juga membantumu mengingat buku-buku apa yang telah kamu baca. Daripada sekadar membaca, toh kamu sudah membeli buku itu, kenapa tidak sekalian menulis apa kesanmu, apa yang bisa kamu ambil, apa protesmu tentang buku itu. Ini bisa jadi cara baik untuk mengajak temanmu yang lain membaca. Apalagi kalau diam-diam kamu punya koleksi resensi dari semua buku yang kamu baca.
5. Menulis resensi juga bisa pembelajaran untuk bernalar dalam mentranskripsi teks yang sangat luas ke dalam teks lebih ringkas dengan mengembangkan analisis prioritas terhadap teks yang akan diresensi. Dengan demikian, kecerdasan otak kanan juga lebih terasah.
Untuk resensi buku, berikut beberapa kiat yang bisa membantu kita untuk mempermudah penulisannya.
1. Baca isi buku dengan pemahaman keilmuan yang kita miliki. Seorang yang tidak menguasai teori sastra sama sekali, jelas akan kesulitan menganalisa buku sastra. Apakah peresensi harus seorang ahli/ilmuwan? Tentu tidak. Tapi, minimal menguasai dasar-dasar suatu ilmu pengetahuan yang ada dalam isi buku tersebut.
2. Peresensi yang baik seyogianya membaca isi buku secara lengkap, jika perlu berulang-ulang dan membandingkan dengan beberapa buku serupa. Tapi ini akan merepotkan dan menghabiskan energi. Peresensi yang demikian biasanya untuk penulisan jenis resensi kritik. Untuk jenis resensi informatif atau deskriptif, kita hanya mencari bagian-bagian point of view dari tema buku, termasuk kata pengantar dan epilog. Namun demikian,  hanya bisa diterapkan untuk mengulas buku ilmiah yang mana bab per babnya disusun secara baku dan teratur. Untuk buku jenis novel jelas tidak bisa diterapkan.
3.Pilih tema pokok yang ingin anda jelaskan dalam resensi. Point of view, atau angle tidak boleh lebih dari satu. Hal ini untuk menghindari melebarnya pembahasan dari tema pokok.
4. Kutip beberapa materi dari isi buku sebagai data ulasan.
5. Berikan penjelasan pada lead tulisan secara singkat dan deskriptif isi buku.
6. Materi isi buku dijabarkan pada bagian struktur/badan penulisan.
7.Akhiri penulisan dengan komentar singkat. Peresensi yang baik akan menyanjung dan mengkritik secara objektif dan proporsional. Ingat, posisi peresensi dalam hal ini adalah sama dengan seorang ilmuwan. Tak boleh subjektif dan distortif dalam menyampaikan ulasan.
Adapun tujuan resensi film adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (menyeluruh) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah produk (buku, kaset, film, sinetron dan sejenisnya yang udah saya sebutkan di atas).
2. Mengajak penikmat film untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah produk.
3. Memberikan pertimbangan kepada calon penonton atau penikmat film apakah sebuah produk film pantas mendapat sambutan masyarakat atau malah sambitan?
4. Menjawab pertanyaan yang (mungkin) muncul jika seseorang melihat produk yang baru diluncurkan (diterbitkan), seperti:
a. Siapa siapa sutradara dan para pemainnya? Beserta kru film lainnya
b. Mengapa ia membuat film tersebut?
c. Apa pernyataannya?
d. Bagaimana hubungannya dengan film-film sejenis karya sutradara yang sama?
e. Bagaimana hubungannya dengan film-film sejenis yang dihasilkan sutradara-sutradara lain?
5. Untuk segolongan penikmat film bertujuan :
a. Membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih-milih filmtersebut.
b. Setelah membaca resensi produk berminat untuk menonton atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi.
c. Mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.
Untuk membuat resensi film, berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan:
1. Mengenali atau menjajaki film yang akan diresensi.
2. Mulai dari tema film yang diresensi, disertai deskripsi (penggambaran) isi film
3. Siapa perusahaan yang menerbitkan film itu, kapan dan di mana diproduksi? Durasi berapa?
4. Siapa sutradaranya nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, film apa saja yang ditulis hingga mengapa ia sampai menyutradarai film tersebut. Jadi cerita singkat tentang sutradaranyanya. Termasuk produsernya
5. Film tersebut termasuk golongan / genre film yang mana?
6. Melihat film yang akan diresensi secara komfrehensif, cermat dan kunti (baca: tekun dan teliti). Artinya melihat sedetail-detailnya. Jangan ada yang keliru.
7. Menandai bagian film yang akan dijadikan sebagai kutipan dalam resensi. Biasanya point-point yang menarik dari film tersebut.
8. Membuat sinopsis atau intisari dari film yang akan diresensi.
9. Menentukan sikap sebagai perensi dengan menilai hal-hal berikut:
a. Skenarionya, alur ceritanya enak apa nggak (misalnya melompat-lompat apa mengalir enak), bagaimana dengan dialog-doalog di ceritanya tersebut, bagaimana akting dari para pemainnya, tata suara, tata gambar, dan latarnya bagus apa tidak.
b. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya

sumber : http://abdurrosyid.wordpress.com/

Membuat Film Pendek - Langkah Tips and Trick

Apakah sobat hobby menonton film pendek ? lalu pernahkah terlintas di pikiran untuk membuat film pendek sendiri ? berikut ini beberapa poin penting yang ahartawan.blogspot.com rangkum tentang bagaimana cara " membuat film pendek "



1. Tema

Tema adalah poin yang terpenting dalam pembuatan sebuah film pendek . Carilah tema yang berbeda dari film pendek yang pernah di buat. Tema yang fresh akan membuat film pendek yang kamu buat, mendapatkan kesan tersendiri di hati para penonton.

2. Budget

Walaupun namanya " Film Pendek " namun juga memerlukan biaya yang tidak sedikit seperti properti untuk mendukung pembuatan film pendek. Budget yang pas - pas an akan menghambat proses penyelesaian film pendek tersebut.

3. Casting

Carilah sekiranya orang yang benar - benar pas dalam film pendek yang akan kamu buat, jangan asal - asalan dalam memilih pemain karna akibatnya akan fatal.

4. Durasi

Namanya aja film pendek ya buat aja yang sesingkat - singkatnya. Singkat disini dalam arti isi film dapat tersampaikan dengan jelas kepada penonton. Durasi film pendek saya kira antara 15 - 30 menit

5. Suara

Poin terakhir yang akan saya sampaikan dalam Membuat Film Pendek - Langkah Tips and Trick adalah " suara " . salah satu faktor keberhasilan dari sebuah film pendek sangat di tentukan oleh suara, hindari tempat yang terlalu ramai saat mengambil gambar karna akan mengganggu pemain dan hasil film.


sumber : http://indonesiaindonesia.com/

Yuk, Buat Stop Motion Video!

Yuk, Buat Stop Motion Video! Stop Motion Video merupakan salah satu teknik pembuatan video yang paling menyenangkan. Step-by-stepnya sebenarnya sederhana, tapi pengerjaannya cukup memakan waktu, terutama kalau kamu ingin membuat stop motion video yang panjang. Tapi untuk kamu videographer pemula, kamu bisa mulai berkreasi dan menuangkan idemu dengan membuat stop motion video sederhana. Apa saja sih yang dibutuhkan dan bagaimana cara membuat video stop motion ini? Simak tips singkatnya berikut ini. 

Yang perlu disiapkan:

  1. Kamera & Tripod
    Kamera jelas hal pertama yang harus kamu siapkan. Tanpa ini, kamu tidak bisa memulai pembuatan stop motion video. Sementara, Tripod diperlukan untuk menjaga agar posisi kamera tetap dan tidak goyang. Kalau kamu tidak punya tripod, bisa diakali dengan membuat tumpukan buku atau disandarkan ke suatu bidang, yang penting kameramu tidak goyang saat memotret. Ini penting agar gambar yang dihasilkan tidak berubah-ubah sudutnya.

  2. Objek yang Direkam
    Kamu bisa menggunakan objek apapun untuk stop motion video; manusia atau benda, yang penting ia bisa digerakkan. Untuk benda, akan lebih baik jika benda tersebut elastis agar gerakannya bisa lebih mudah diatur saat pembuatan stop motion video.

  3. Storyline & Settings
    Layaknya video pada umumnya, stop motion video juga membutuhkan storyline & settings yang sesuai agar lebih menarik. Stop motion video hanya akan menjadi video biasa yang merekam gambar dengan gerakan patah-patah apabila tidak ada cerita di dalamnya. Akan lebih baik kalau kamu membuat storyboard sebelumnya, sehingga frame-by-framenya lebih terencana.

Yang perlu dilakukan:

  1. Atur Pencahayaan
    Kamu bisa gunakan lampu ruangan sebagai cahaya utama, dan menggunakan lampu belajar, senter atau semacamnya untuk mengganti lampu pencahayaan profesional, selama cahayanya bisa diatur dan tidak berubah-ubah atau berkedip seperti cahaya matahari.

  2. Atur setting yang sesuai untuk tiap scene
    Buat setting yang sesuai dengan adegan yang ingin dibuat. Kreasikan semenarik mungkin, bisa dengan menambahkan properti atau pernak pernik di sekitarnya. Siapkan juga benda-benda yang diperlukan ketika adegan dimulai. Misalnya kamu ingin membuat video orang berjalan, kemudian menendang bola, maka siapkan bolanya.

  3. Mulai ambil gambar pertamamu, kemudian cek
    Sudah siap semua? Ambil foto pertamamu untuk percobaan. Cek kualitasnya, apakah ada yang kurang atau tidak. Jika ada yang kurang, perbaiki kekurangannya. Jika tidak, lanjutkan pengambilan gambarnya frame-by-frame hingga kamu mendapatkan seluruh adegan yang kamu mau. Makin panjang durasinya, makin banyak pula foto yang kamu butuhkan.

  4. Gunakan software video editing sederhana
    Sudah punya semua gambarnya? Transfer data fotomu ke komputer, kemudian mulai satukan. Kamu hanya perlu membukanya di salah satu software video editing yang kamu punya. Tidak perlu yang profesional. Namun apabila kamu terbiasa memakai software yang profesional seperti Adobe After Effect atau Premiere, gunakan saja. Sesuaikan dengan keahlianmu.

  5. Tambahkan efek
    Beberapa software video editing menyediakan efek-efek khusus yang bisa kamu gunakan untuk memperbagus hasil jadi stop motion video mu. Selain efek visual, kamu juga bisa menambahkan audio agar hasil akhirnya lebih menarik, bisa dengan dubbing suara atau musik.

  6. Putar dan Simpan Stop Motion Video mu
    Sudah selesai berkreasi dengan videomu? Coba putar hasil jadinya. Kalau kamu sudah cukup puas dengan hasilnya, simpan baik dengan format video atau format projeknya agar kamu masih bisa mengedit ulang video tersebut.

  7. Upload yuk!
    Jangan biarkan stop motion video mu mengendap di dalam folder setelah diputar sekali. Bagi kegembiraanmu akan stop motion video tersebut dengan menguploadnya ke situs broadcasting seperti Youtube atau membaginya lewat situs jejaring sosial dengan teman-teman

Seperti yang sudah disebutkan di atas, semakin panjang durasinya dan semakin halus gerakan objek video yang kamu inginkan, maka semakin banyak pula foto yang kamu butuhkan. Sebagai gambaran, jika kamu menggunakan aturan 3-frame-per-foto, maka kamu akan melihat 10 foto dalam 1 detik. Jadi jika kamu ingin membuat stop motion video dengan durasi 1 menit, berarti kamu membutuhkan sekitar 600 foto. Wow!

Tapi jangan khawatir, pengambilan gambar memang memakan waktu lama, tapi dijamin, kamu akan bersenang-senang saat membuatnya, apalagi kalau bersama-sama dengan teman. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo buat stop motion video pertamamu!

sumber : http://www.idseducation.com/

cara sederahana buat film indie

Apakah anda ingin membuat sebuah film Indie atau film serdehana?
Sebenarnya proses pembuatannya sangatlah mudah. langkah pertama yang harus anda lakukan adalah menentukan jenis film apa yang akan anda buat. Setalah itu buatlah naskah / skenario sesuai dengan keinginan anda.

Jika naskah / skenario sudah anda buat, lakukan breakdown sheet / atau pengelompokan scane. Misyalnya pisahkan antara adegan internal dan eksternal yang. Gabungkankan scane yang pengambilan gambarnya satu lokasi.
Setelah itu semua dilakukan tentukan adegan / scane yang mana dulu yang akan dikerjakan dalam proses pengambilan gambar.kemudian tentukanlah jadwal pengambilan gambar / shooting, jangan lupa tentukan tanggal untuk Hunting Talent / pencarian pemain sebeleum menentukan jadwal shooting. Ada satu lagi yang penting, yaitu recruitment crew sebelum hunting talent.

Jika semua langkah diatas sudah selesai di lakukan, selanjutnya adalah proses yang mengasyikkan yaitu pengambilan gambar / shooting.Setelah proses shooting selesai tinggal lakukan pengeditan gambar, langkah ini yang agak sedikit membutuhkan ketelitian sebab jika kurang teliti maka film akan terasa kurang pas untuk di tonton atau terasa janggal.

Bila sudah, terserah anda mau di apakan filmnya, mau di pamerkan dengan teman - teman anda atau mencari sebuah sponsor untuk di tayangkan di sebuah TV daerah / swasta.


sumber : http://carasederhanafilmindie.blogspot.com/

Struktur Dramatik

Menyampaikan cerita naratif adalah menuturkan jalan kisah hanya dengan tujuan agar yang mendengarkan tahu. Tidak terkandung maksud untuk menggugah emosinya atau mempersuasi komunikan. Sebaliknya menuturkan cerita dramatik untuk menggugah emosi pihak komunikan.
Untuk menuturkan cerita dramatik, sampai sekarang tidak bisa terlepas dari penggunaan resep kuno yang mengharuskan penyampaian tiga babak. Dalam buku Poetics, Aristoteles percaya bahwa dasar setiap cerita yang bagus tidak hanya Awal, Tengah, Akhir tetapi juga harus melibatkan dua bentuk/tahap dalam plot utama: KOMPLIKASI (kesulitan) dan UNRAVELLING (menyelesaikan kekusutan/kesulitan).

Penyiapan kondisi penonton dilakukan pada babak I. Pada babak II berlangsung cerita yang sebenarnya. Dan pada babak III disediakan kesempatan bagi penonton memantapkan pemahaman final dan menarik kesimpulan.
BABAK IBabak ini ada yang menamakan sebagai ”Opening” atau ”Persiapan” dan sebagainya. Tugas rekayasa yang dilakukan oleh penulis skenario pada babak ini adalah:
  1. Membuat penonton secepatnya memfokuskan perhatian kepada film.
  2. Membuat penonton bersimpati pada protagonis.
  3. Membuat penonton mengetahui apa problem utama protagonis.
BABAK IIPada babak ini berlangsung cerita yang sesungguhnya. Disinilah cerita betul-betul dimulai dan berjalan hingga akhir. Babak II ini berisi:
  1. Point of attack
  2. Jalan cerita
  3. Protagonis terseok-seok
  4. Klimaks
BABAK IIIPada babak III ini cerita sudah ada kepastian berakhir sebagai happy end atau unhappy end, dan disini penonton diberi kesempatan meresapi kegembiraan yang ditimbulkan oleh happy end, atau rasa sedih yang ditimbulkan oleh unhappy end. Juga memantapkan kesimpulan atau isi cerita.
Dalam A Crash Course in Screenwriting by David Griffith:
Film pendek kurang lebih memiliki konflik seperti feature film dan mempunyai struktur yang hampir sama. Strukturnya adalah sebagai berikut:
  1. Pengenalan karakter dan setting (keadaan).
  2. Apa yang diinginkan karakter utama.
  3. Bagaimana tokoh memperoleh apa yang diinginkan
  4. Set-backs – Karena tokoh tidak sadar atau tidak berinisiatif apa yang sebenarnya diinginkan, tokoh biasanya akan mengambil jalan yang salah. Inilah yang membawa tokoh utama ke dalam konflik dengan orang lain yang tidak menyukai apakah yang tokoh utama lakukan atau jalan tokoh utama tempuh.
  5. Konflik – Argumentasi dan perdebatan menjadi lebih dan semakin hangat sampai terlihat seolah-olah tokoh utama akan kalah.
  6. Perjuangan Akhir – Tokoh utama mengeluarkan segenap kemampuan dan usahanya untuk mencapai tujuannya.
  7. Akhir – tokoh utama menemukan bahwa apa yang dipikirkannya tentang keinginannya di awal cerita hanyalah bagian dari sebuah kenyataan.

Bagaimana semua elemen cerita ada dalam film pendek? Pertanyaan ini tentu saja berhubungan dengan bagaimana menekan aksi (action), membatasi tema dan yang paling penting – membatasi jumlah karakter/tokoh. Film pendek biasanya menggunakan dua karakter: Tokoh utama dan lawan main utama.
Karakteristik film pendek berdurasi 8-12 menit kira-kira sebagai berikut:
  1. Biasanya hanya menggunakan tokoh utama dan lawan main tokoh utama dengan dua atau tiga supporting karakter.
  2. Cerita fokus pada waktu yang spesifik pada konflik antara dua karakter utama.
  3. Tema ambisi biasa digunakan, bukan tentang tema moral yang kompleks.
  4. Dengan ambisi sebagai tema, akan lebih bisa bermain dengan harapan penonton, tentang simpati, kasihan, takut kepada tokoh utama.
sumber : http://filmpelajar.com/

Penokohan

Kedudukan pelaku dalam cerita adalah hal yang terpenting. Karena tokoh utama dan para pendukunglah sebuah cerita dituturkan. Cerita adalah sebuah kisah tentang perjuangan Protagonis dalam menyingkirkan problema utama dan mencapai suatu tujuan. Maka itu, apa yang menjadi pokok terpenting itu haruslah sesuatu yang menarik, unik, bukan tokoh basi. Semua pelaku cerita harus bisa membuat penonton sangat terpikat dan ingin mengetahui jalan cerita sampai akhir.

Tokoh Baru
Kemunculan tokoh baru sangat diinginkan penonton. Misal kemunculan tokoh-tokoh hero dan jagoan. Kalau cerita memunculkan tokoh cerita riil, bukan karangan, maka pasti tokoh itu berbeda dari yang pernah difilmkan. Karena sebetulnya tidak ada manusia yang sama di dunia ini. Dengan memberi tekanan pada ciri khas si tokoh, maka akan muncul tokoh baru. Biasanya penulis mencari-cari contoh yang sudah pernah dibuat orang dalam cerita sejenis. Karena tidak ada manusia yang bisa menciptakan sesuatu yang baru sama sekali. Tokoh yang pernah dia tahu, dia ubah-ubah sedikit atau banyak, sehingga perubahan itu bisa memunculkan tokoh yang baru maupun tokoh yang prototipe.

Menarik dan manusiawiKarena tokoh cerita harus enak ditonton, maka tokoh tidak hanya baru tapi juga menarik. Kenapa tokoh bisa menarik? Karena tokoh baru dapat mempunyai keunikan yang mengundang keingintahuan.
Manusiawi, penonton sekarang menuntut apa yang dilihatnya lebih realistik. Dari tokoh biasa dan situasi yang wajar-wajar saja penonton berharap bisa menarik pelajaran bagi kehidupan mereka. Skenario secara tersamar memberi fokus pada keunikan yang ada pada tokoh yang biasa-biasa saja itu, gambaran tokoh yang muncul haruslah tetap manusiawi, karena dianggap lebih dekat dengan penonton.

Jelas karakteristiknyaTiap tokoh harus jelas karakteristiknya. Baik ciri fisik, psikis, maupun falsafah hidup. Tidak cukup hanya diketahui bahwa “Amir adalah pemuda tampan yang baru selesai belajar bisnis di Amerika”. Semua harus jelas bagaimana karakter si Amir, usia berapa, bagaimana penampilan umumnya, bagaimana wataknya dan sebagainya. Intensitas penjelasan karakteristik ini harus sesuai dengan berapa banyak penjelasan bagi seorang tokoh yang dibutuhkan oleh cerita. Semua harus jelas!

Contoh penokohan:

TOKOH UTAMA

(Nama yang akan dipakai di naskah)
Nama lengkap    :    
Nama sesuai kartu identitas    :
Nama panggilan    :    
Tempat dan tanggal lahir    :    
Kultural
Ras / suku bangsa    :    
Agama / kepercayaan    :    
Status pernikahan    :   
Bahasa yang digunakan sehari-hari    :
Figur favorit    :    (tokoh yang dikagumi, boleh rekaan)
Olahraga favorit    :   
Hiburan favorit    :    
Acara TV favorit    :    
Bacaan favorit    :
Musik favorit    :
Film favorit    :    
Tempat favorit    :
Tempat tujuan favorit    :
Binatang favorit    :    
Binatang peliharaan    :    
Minuman favorit    :
Jenis minuman alkohol favorit    :     (kalau ada, sebutkan tingkat kekerapan minum)   
Rokok favorit    :     (kalau ada, sebuatkan tingkat kekerapan  merokok)   
Istilah, pepatah kesukaan    :     (kutipan dari media, kitab suci atau ucapan orang lain)
Filsafat hidup    :     (filsafat pribadi)
Skill
Pelatihan keterampilan khusus    :    
Keterampilan khusus     :    (yang diasah sendiri)
Pengalaman militer/organisasi     :    
Kemampuan dan bakat    :    
Keahlian mengendarai    :     (sebutkan juga jenis kendaraan)
Fisik
Tinggi badan    :    
Berat badan    :    
Bentuk tubuh     :    
Kondisi fisik    :
Warna kulit     :    
Warna mata    :    
Warna dan model rambut    :    
Ciri khusus pada wajah atau penampilan    :   
Kekurangan fisik    :     (atau keadaan fisik yang ingin dirubah oleh tokoh ini sendiri)
Penyakit yang diderita    :    
Gerakan tangan khusus    :     (sebutkan juga keadaan tokoh saat melakukan ciri tersebut) 
Gaya bicara     :    
Kualitas suara     :    
Ekspresi verbal     :    
Penampilan     :    
Gaya baju atau baju favorit    :    
Cara berjalan    :    
Cara mengatasi kemarahan     :    
Makanan kesukaan    :    
Diet     :   
Ciri kesukaan pada lawan jenis    :    
Ciri yang menggairahkan tokoh    :    
Ciri yang tidak menggairahkan tokoh    :    
Psikologis
Intelegensi Umum    :
Kegemaran     :
Warna favorit    :    
Mudah tidaknya bergaul     :    
Temperamen / watak     :    
Sifat secara umum    :    
Sifat yang paling disukai    :    
Sifat yang paling tidak disukai    :    
Aspek yang disangkal    :    
Aspek yang tersembunyi    :    
Keanehan     :    (over / under reaktif mengenai hal tertentu)
Rasa humor     :    
Perihal yang ditakuti    :    
Benda hidup / mati yang ditakuti     :    
Mania     :    
Kelainan jiwa    :   
Trauma dari masa lalu    :         
Tujuan jangka pendek    :   
Tujuan hidup jangka panjang    :    
Masalah utama yang harus diatasi    :    
Jalan keluar dari masalah utama    :     (menurut tokoh ini)
Masalah kecil yang dihadapi    :    
Jalan keluar dari masalah kecil    :     (menurut tokoh ini)
Perkembangan yang dialami    :     (dalam cerita)
Pengalaman kunci yang membentuk sifat    :    
Sosial
Status pekerjaan    :
Kelas ekonomi    :
Pendidikan formal     :   
Latar belakang keluarga / keturunan    :    (berisi nama ayah-ibu, pekerjaan mereka, tokoh adalah anak ke berapa dari berapa bersaudara dan sanak saudara yang terlibat dalam cerita,)
Tempat tinggal     :     (mengambarkan rumah/kontrakan/kos, gaya arsitek bangunan, perumahan/perkampungan/perkotaan/urban, tata letak bangunan yang berpengaruh pada cerita, sistem sanitasi/MCK)
Lingkungan    :     (keluarga, lingkungan sekitar tempat tinggal, lingkungan kerja/belajar/kegiatan)
Kedudukan dalam lingkungan    :     (rincikan ke dalam keluarga, lingkugan tempat tinggal, lingkungan kerja/belajar/kegiatan)
Kebutuhan jangka pendek    :     (menurut tokoh ini)
Kebutuhan jangka panjang    :     (menurut tokoh ini)
Orang terdekat    :   
Teman dekat    :
Figur favorit    :    (tokoh dalam cerita)
Kendaraan yang dimiliki    :   
Personalisasi Lingkungan
Pendapat mengenai tokoh lain    :    (tokoh dalam cerita)
Pendapat mengenai Ayah    :
Pendapat mengenai Ibu    :   
Pendapat mengenai keluarga     :
Pendapat mengenai pertemanan    :
Pendapat mengenai pekerjaan    :
Pendapat mengenai persoalan lingkungan    :    
Pendapat mengenai homoseksual    :    
Pendapat mengenai kriminal    :    
Pandangan politik

TOKOH PENDUKUNG

(Nama dalam naskah)
dan seterusnya...

Bahan:
- H.Misbach Yusa Biran. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta, PT Dunia Pustaka Jaya, 2006

Sinopsis

Kalau film yang akan digarap berdasarkan dari gagasan yang dimulai dengan penentuan tema, maka Sinopsis merupakan pengembangan dari Dasar Cerita. Sinopsis kurang lebih adalah ringkasan cerita yang berisi:
  1. Garis besar jalan cerita.
  2. Tokoh protagonis.
  3. Tokoh antagonis.
  4. Tokoh penting yang menunjang plot utama/jalan cerita utama.
  5. Terdapat problem utama dan problem-problem penting yang berpengaruh pada jalan cerita.
  6. Motif utama dan motif-motif pembantu Action yang penting.
  7. Klimaks dan penyelesaian
  8. Kesimpulan.
Penjelasan dari poin-poin di atas adalah sebagai berikut:
1. Garis besar jalan cerita.
Meski cerita diuraikan secara ringkas, namun harus memperlihatkan alur cerita yang jelas.

2. Tokoh protagonis dan Tokoh antagonis.
  • Tokoh protagonis harus dijelaskan siapakah dia? Apa keinginannya? Apa kejelekannya? Kelebihannya? Bagaimana membuat simpati padanya?
  • Tokoh Antagonis harus dijelaskan siapa dia? Kenapa dia harus menghambat tokoh protagonis? Apa alasannya? Apa kemampuannya untuk membuat penonton antipati?
3. Tokoh penting yang menunjang plot utama/jalan cerita utama.
Tokoh-tokoh yang penting untuk menunjang plot utama atau alur utama. Teman Protagonis atau Antagonis. Penggambaran tokoh ini sudah harus jelas ketika tokoh ini membuat bagian penting dalam bergulirnya sebuah cerita.

4. Problem Utama

Harus terlihat problem utama yang melahirkan alur utama cerita. Problem utama itulah yang membuat sasaran perjuangan protagonis sampai akhir.

5. Motif utama
Penilaian atas motif utama sejalan dengan problem utama, yakni apakah motif utama mendorong protagonis melahirkan cerita memang sesuai dengan problem utama yang melahirkannya.

6. Klimaks dan Penyelesaian
Pencapaian klimaks merupakan hal yang amat penting untuk dinilai karena klimaks adalah puncak dari tangga dramatik. Jika diandaikan klimaks harus berada tepi tebing yang curam dan sangat berbahaya. Alur cerita harus membawa protagonis ke arah tebing yang berbahaya!

7. Kesimpulan
Apa yang ingin disampaikan dalam cerita harus bisa disimpulkan dalam sinopsis. Jika dalam sinopsis belum bisa disimpulkan maka perlu ada tambahan informasi yang jelas.
Contoh sinopsis:

Sinopsis Bedjo Van Derlaak

Bedjo adalah seorang tentara Indonesia yang ikut bergerilya saat Belanda melakukan agresi yang kedua pada tahun 1949. Ditengah-tengah perjalanan, mereka diserang oleh sepasukan tentara Belanda. Pertempuran pun tak terelakkan. Bedjo, salah satu tentara dari pasukan Indonesia terpisah dari pasukan. Kemudian Bedjo menemukan sebuah rumah di tengah hutan yang di dalamnya terdapat Maryam seorang perempuan yang akan melahirkan dan seorang tentara Belanda bernama Hendrik Van Derlaak yang selalu berpindah tugas. Bedjo menyerang Hendrik karena mengira, Hendrik akan memperkosa Maryam. Tetapi Bedjo kaget saat melihat Maryam yang sedang hamil. Mendapat kesempatan menyerang, Hendrik berbalik menghajar Bedjo. Bedjo sadar bahwa Hendrik ternyata hendak menolong Maryam. Ketidaktahuan Bedjo tentang perempuan hamil membuat dia serba salah. Akhirnya Bedjo menuruti yang diperintahkan Hendrik untuk membantu kelahiran Maryam. Kedua tentara tersebut terjebak di dalam suasana yang sulit. Saat menunggu detik-detik Maryam melahirkan mereka bertiga berkeluh kesah. Bedjo yang bercerai gara-gara sering meninggalkan isterinya berjuang. Maryam seorang isteri pejuang yang dituduh selingkuh karena hamil setelah ditinggal pergi suaminya berperang. Dan Hendrik van derlaak seorang ayah yang sangat rindu dengan keluarganya. Tiba-tiba Maryam berteriak kesakitan. Hendrik dan Bedjo panik. Mereka saling menyalahkan hingga terjadi perkelahian sampai akhirnya Maryam menjerit kesakitan. Mereka tersadar dan kemudian saling bekerjasama untuk membantu Maryam melahirkan. Kelahiran anak Maryam membuat mereka memahami bahwa peperangan/kekerasan hanya akan membawa kematian/kerusakan, tetapi dengan perdamaian/kerjasama akan membawa kehidupan/keselamatan.

Bahan:
- H.Misbach Yusa Biran. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta, PT Dunia Pustaka Jaya, 2006

Premise

Apa itu Premise?

Premise adalah pokok pemikiran, kesimpulan filosofis, pesan atau pesan moral. Beberapa filmmaker/sineas keberatan menggunakan istilah pesan/pesan moral karena mereka tidak mau menggurui penonton, mereka lebih menyukai dengan istilah isi cerita.
Premise harus ditetapkan oleh penulis sejak mulai mengkonsep sebuah cerita karena sebetulnya yang pokok mau disampaikan oleh penulis adalah Premise.

Dalam buku The Art of Dramatic Writing (1977), Lajos Egri mengatakan:
“Semua mempunyai tujuan dan pesan. Setiap detik dalam kehidupan kita adalah sebuah pesan, sadar atau tidak. Pesan mungkin bisa sangat sederhana seperti halnya bernapas atau sebuah keputusan emosional yang sulit, tetapi selalu ada. Sebuah film yang bagus harus mempunyai formula pesan. Tidak ada ide atau gagasan atau sebuah situasi, tidaklah cukup untuk membawa kesimpulan yang masuk akal tanpa sebuah pesan yang jelas.”

Sebuah pesan yang bagus berasal dari emosi -cinta, kebencian, cemburu, takut, keberanian, nafsu, dll— dan mengelilingi karakter, konflik, dan penyelesaian. Coba jabarkan sebuah cerita menjadi sebuah premise. Sampaikan dalam kalimat yang singkat dan padat. Jika masih kesulitan berarti seorang penulis belum paham apa yang mau disampaikan dalam cerita.
(Kejahatan) membawa (kekalahan) tetapi
(Kebaikan) membawa (kesuksesan).
Contoh: Film Die Hard

(Ketamakan dan keserakahan) membawa (kerusakan dan kematian) tetapi (Pengorbanan/Cinta) membawa (kehidupan dan kegembiraan).
Contoh: Film Bedjo van Derlaak
Peperangan/kekerasan hanya akan membawa kematian/kerusakan, tetapi dengan perdamaian/kerjasama akan membawa kehidupan/keselamatan.

Isi cerita adalah bagian film yang amat penting, karena faktor ini menentukan untuk mengetahui bobot suatu film, disamping mutu keindahan penyajian secara filmik. Artinya film dianggap bermutu apabila:
a.    Bobot isi cerita, pesan, kesimpulan filosofis, dan
b.    Indah penyajian filmnya.

Kalau bobot isi cerita bagus tapi penyajiannya jelek makan penonton akan bilang: “film ini sebetulnya bagus, tetapi enggak enak dilihat.” Atau sebaliknya, “Film ini enak dilihat, tetapi nggak jelas mau ngomong apa.”

Bahan dari:
H.Misbach Yusa Biran. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta, PT Dunia Pustaka Jaya, 2006
http://www.moralpremise.com/download/TMP-MMIntro.pdf
http://www.fathom.com/course/21701762/sessions.html

Cerita Dasar

Basic story. Bagaimana membuat atau membangun sebuah rumah yang bagus dan indah? Apakah langsung membangun seperti yang ada dalam bayangan kita? Tentu saja tidak. Yang pertama dilakukan adalah membuat sketsa atau coretan gambar rumah akan berbentuk seperti apa. Itulah yang harus dilakukan untuk membuat sebuah basic story.

Jika ide cerita atau tema hanya ditulis dengan satu kalimat yang kuat, maka dalam basic story ide tersebut dikembangkan kedalam basic story, yang isinya tidak lebih dari satu halaman folio dengan spasi satu setengah dan font times new roman ukuran 12. Biasanya basic story berkisar setengah halaman saja. Isi dari basic story itu ada keterangan tempat dan waktu, keterangan tokoh-tokoh yang muncul dalam cerita, problem-problem utama, serta penyelesaian. Jangan malu-malu untuk menulis akhir dari cerita yang dibuat, jangan disimpan-simpan sendiri atau untuk membuat surprise orang. Tidak ada orang yang bisa anda kejutkan dalam proses penulisan skenario.

1. Tokoh utama dan tokoh-toko penting.
Pertanyaan pertama yang dilontarkan adalah “Siapa karakter utama / tokoh utama / protagonisnya -     ;  seseorang / sesuatu (bisa benda, hewan atau tumbuhan) yang menjadi pusat atau jantung dari film? Tokoh utama harus jelas! Karena tokoh utama adalah obyek yang diceritakan, maka sejak awal sudah harus dinilai apakah obyek penting itu menarik atau tidak.
“Apa yang tokoh utama inginkan?”

2. Alur cerita utama/Plot utama dan problem utama.
Yakni uraian lebih jelas dari plot utama. Yang sudah bisa membayangkan apa yang menjadi problem utama, bagaimana kekuatan dramatik cerita, serta keindahannya sebagai cerita.
Dalam film Bedjo van Derlaak, Kisah seorang tentara Indonesia yang terpisah dari regunya kemudian bertemu seorang tentara belanda, yang pada saat bersamaan harus membantu seorang perempuan hamil untuk melahirkan. Terlihat bahwa problem utama memiliki resiko yang fatal. Disatu sisi tentara Indonesia ingin membunuh tentara belanda, di sisi lain dia harus membantu seorang perempuan yang akan melahirkan.

3. Klimaks dan penyelesaian
Dengan tercantumnya klimaks dan penyelesaian dalam Basic story, maka akan bisa dinilai apakah langkah Action yang tertera dalam basic story memang cukup kuat untuk sampai pada klimaks? Apakah informasi yang diberikan cukup memberi penyelesaian yang dimaksud?

Bahan dari:
H.Misbach Yusa Biran. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta, PT Dunia Pustaka Jaya, 2006

Kamus Film Abjad bagian 2

N

O

P

R

S

T

W

Z

sumber : http://filmpelajar.com/