Minggu, 14 November 2010

Kamarku, Basecamp Ghoqielt Community


Kamar biru muda, beralaskan papan dan beratapkan catur yang dapat menampung hingga 15 orang, tepatnya beralamat di Jalan Adam Malik Gg Slamat No 21 Medan adalah kepunyaan M Taufik Pradana mahasiswa semester 3 Departeman Ilmu komunikasi Fisip Universitas Sumatera Utara.


Opiq sapaan akrabnya, bukan hanya menjadikan kamar sebagai tempat paduan terakhirnya di saat lelah tetapi juga memfungsikan kamar menjadi tempat menggali ide atau inspirasi. Di bilik dengan ukuran 7x3 meter ini sering dijadikan tempat ngumpul atau yang akrab dikenal dengan basecamp Ghoqielt Community yaitu komunitas yang terbentuk pada 22 juni 2007.


“Anak-anak lain memiliki sebutan sendiri tentang basecamp kami yaitu bangkel kreatif, tetapi bukan bengkel yang terdapat oli melainkan ide brilian tuk melicinkan suasana,” terangnya kepada Global, Rabu (25/8).


Meskipun semua yang ada di kamar ini menjadi milik bersama, meletakkan barang secara sembarang tidak akan hilang, tetap panasnya ruangan kadang membasahi otak serta ada larangan bagi cewek untuk memasuki tempat ini karena etika selalu mereka junjung tinggi. Walaupun begitu, tawa canda bahkan jadi momen wajib jika berada di kamar saat ngumpul dengan kawan-kawan.


“Banyak hal yang kami lalui di kamar ini di antaranya: nonton bareng, lokasi produksi film, studio foto, latihan musik, tempat online, salat berjemaah, sampai-sampai tempat makan kadang,” papar anak sulung pasangan Chandra Kesuma dan Khairina Ulfa.


Cowok yang lahir di Kuala Simpang 13 Maret 1991 lalu, mendesain kamarnya sendiri. Pada awalnya warna dinding putih karena bosan kemudian di cat biru, asbes bercorak catur dipilihnya agar terlihat unik. Tempat tidur menggunakan springbed ukuran kaki, jika sesekali ingin tidur di lantai juga tidak masalah dan dijamin tidak masuk angin karena beralas papan.


Banyak hiasan dinding di kamar yang sering terlihat berserak dari pada rapinya itu, di antaranya ada bingkai 100 x 80 cm diisi dengan berbagai momen foto, poster film Indie asal Bandung, 2 kaligrafi, gantungan bad panitia berbagai event serta spanduk hasil desain senior dengan ukuran 1 meter x 1,2 meter.


”Di sini keributan sudah menjadi makanan sehari-hari orang tua Opiq bahkan ketawa kedengaran cukup keras, tapi untungnya orang tua lebih suka liat kami ngumpul di rumah dari pada keluyuran di luar gak jelas,” ujarnya.


SUMBER : www.harian-global.com