Senin, 22 Agustus 2011

Cerita dalam sebuah Skenario

Berdasarkan definisi bahwa film adalah CERITA yang dituturkan pada penonton melalui rangkaian gambar bergerak, setelah kita memahami media yang akan kita gunakan untuk menuturkan suatu cerita, maka tentu kita harus mempunyai CERITA yang akan kita tuturkan.

A. IDE POKOK DAN TEMA

Banyak istilah dan definisi yang diajukan dalam berbagai referensi mengenai Ide Pokok dan Tema. Daripada meributkan istilah dan definisi, di sini istilah dan pemahaman mengenai Ide Pokok dan Tema dipilih semata-mata karena pertimbangan praktis bagi kepentingan penulisan skenario film.

IDE POKOK adalah satu kalimat perenungan yang ingin disampaikan pembuat film pada penontonnya. Bobot ide pokok ini akan menentukan bobot suatu film. BOBOT FILM ditentukan oleh BOBOT IDE POKOK dan CARA PENYAJIAN. BOBOT IDE POKOK ditentukan oleh KEDALAMAN PEMIKIRAN dan KELUASAN JANGKAUANNYA, artinya semakin mendalam pemikiran dan semakin luas jangkauan pemikiran (semakin universal) maka semakin berbobot ide pokoknya. Ide Pokok dirumuskan dalam SATU KALIMAT PERNYATAAN.

Setelah kita menemukan ide pokok, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan TEMA. Tema menjawab pertanyaan, cerita ini bertutur tentang SIAPA yang BAGAIMANA? Tema dirumuskan dalam bentuk:

Tentang…………. (protagonis), yang……….. (action).

Berdasar rumusan di atas, sejak penetapan tema kita sudah harus menentukan siapa yang menjadi protagonisnya. Tentusaja kita tidak hanya menetapkan tokoh protagonis saja, tetapi tokoh protagonis ini harus melakukan aksi (action). Setiap cerita film adalah tentang karakter (atau beberapa karakter) yang melakukan suatu aksi (action).

Sebenarnya tidak menjadi masalah kita menemukan ide pokok lebih dahulu atau tema lebih dahulu. Tetapi hubungan antara ide pokok dan tema harus terlihat jernih. Tema harus mencerminkan Ide Pokok yang ingin disampaikan, misalnya:

Ide Pokok : Cinta tidak mengenal perbedaan status sosial.
Tema : Tentang seorang milyuner yang jatuh cinta pada pelacur.

Dari contoh tersebut, terlihat hubungan yang jelas antara ide pokok dan tema. Hubungan menjadi TIDAK JELAS jika misalnya dengan ide pokok yang sama dirumuskan tema “tentang seorang remaja yang jatuh cinta pada nenek-nenek”. Remaja jatuh cinta pada nenek-nenek tidak ada hubungannya dengan “perbedaan status sosial” tetapi mungkin rumusan ide pokoknya menjadi, “cinta tidak mengenal perbedaan usia”.

Sebagaimana yang telah diuraikan, tema dirumuskan dengan: “Tentang……… (protagonis) yang………. (action)”. Berdasarkan rumusan ini, kita mempunyai dua unsur penting dari tema, yaitu PROTAGONIS dan ACTION.

B. PROTAGONIS

Tokoh protagonis adalah tokoh yang sanggup menimbulkan PROSES IDENTIFIKASI pada penonton. Penonton menyamakan dirinya dengan tokoh protagonis sehingga penonton ikut merasakan suka dukanya. Proses identifikasi terjadi bila penonton SIMPATI pada tokoh protagonis. Penonton bersimpati pada protagonis bila tokoh protagonis melakukan suatu “KEBAIKAN”.

“Kebaikan” dalam hal ini dituliskan dalam tanda kutip, karena yang dimaksud kebaikan ini relatif sifatnya. Tidak harus tokoh protagonis itu seorang alim ulama atau seorang pendeta, tapi bisa saja sosok penjahat kita jadikan sebagai protagonis. Caranya adalah dengan menutup-nutupi kejahatannya dan menonjolkan kebaikannya. Robin Hood adalah perampok, tetapi sebagai protagonis yang ditonjolkan dia merampok orang kaya untuk menolong orang-orang miskin. Atau sering kita melihat film tentang kehidupan narapidana. Yang namanya napi tentunya tokoh penjahat, tapi yang ditonjolkan misalnya rasa setia kawan atau kesediaan melindungi napi-napi yang lemah.

C. ACTION

Setelah kita mempunyai tokoh protagonis, maka tokoh protagonis ini harus melakukan suatu aksi (action). Action terjadi bukannya tanpa sebab. Tak ada action tanpa sebab, baik action dari benda mati atau manusia. Proses terjadinya action mengikuti hukum alamiah tertentu.

Secara gramatikal setiap kata kerja dituliskan dalam kalimat fundamental: masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Kata kerja memperlihatkan action. Dengan demikian action dapat dinyatakan dalam tiga dimensi waktu: masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Selain berhubungan dengan bentuk; masa lalu, masa sekarang dan masa depan juga merupakan bagian penting dalam cerita.

Waktu yang berbeda memiliki efek yang berbeda dan membangkitkan emosi yang berbeda: mengantisipasi suatu kejadian mengerikan yang akan berlangsung membuat kita takut, ketika kejadian itu berlangsung kita merasa terteror, dan ketika peristiwa sudah berlangsung kita merasa sedih. Atau sebaliknya, jika suatu peristiwa baik akan terjadi kita berharap, saat terjadi kita gembira, setelah terjadi kita merasa nyaman.

Waktu berkembang dari masa lalu ke masa sekarang dan kemudian ke masa depan. Demikian pula action bergerak dari masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Aku mau membunuh, aku membunuh, aku telah membunuh. Tiga hal dihubungkan: sebelum melakukan sesuatu, kita mempun- yai tujuan untuk melakukannya, tujuan menghasilkan pelaksa-naan —– inilah action —– dan setelah dilaksanakan, tercapailah hasilnya.

Terdapat dua hal yang membuat tidak menentunya masa yang akan datang: Pertama, perkembangan masa depan tak terbatas, kita tidak mengetahui peristiwa di masa mendatang, dan kedua, pada kenyataannya tujuan tidak selalu berhasil dicapai, boleh jadi kita ingin membunuh tetapi ternyata orang yang mau kita bunuh terlalu kuat untuk dibunuh.

Masa sekarang membaur ke dalam ketidakpastian ini pula. Jika kita melihat suatu peristiwa —– pelaksanaan tujuan —– kita secara otomatis akan mengetahui sesuatu peristiwa pada masa depan tengah bergerak ke masa sekarang. Pada dasarnya, masa sekarang bergerak pergi dengan cepat sehingga kita tak punya waktu untuk memahami atau mengerti action dalam pelaksanaan aktual. Kita harus mengeta-hui informasi sebelumnya dari apa yang diinginkan untuk mengetahui apa yang dilakukannya.

Seperti juga masa depan, masa lalu adalah tak terbatas. Peritiwa bergerak terus dan terus ke dalam masa lalu, dan konsekuensinya terus menerus menjauh dari kita yang berada pada masa sekarang. Kemudian menjadi semakin dan semakin tidak menarik. Perbedaan funda-mental antara masa lalu dan masa depan terletak pada kenyataan bahwa peristiwa, yang berubah menjadi masa lalu, tak pernah kembali ke masa sekarang sedangkan kejadian pada masa depan yang bebas dapat bergerak ke masa sekarang.

Oleh alasan ini masa lalu dalam cerita film tidak menarik, ini bernilai hanya sebagai motivasi terhadap tujuan masa depan. Masa sekarang terlalu singkat yang tidak memberikan peluang untuk mengetahui atau memahami suatu peristiwa. Konsekuensinya, masa depan dalam cerita film muncul sebagai waktu yang penting secara fundamental.

sumber :http://watsonku.wordpress.com/2008/12/07/cerita-dalam-sebuah-skenario/