Selasa, 22 November 2011

ARTI KATA NARSIS DAN ASAL USULNYA

oleh Sari Nakisha pada 5 Agustus 2010 jam 11:31
Tahukah anda arti kata narsis dan asal-usulnya?
Narsisme atau Narsis artinya adalah perilaku memperhatikan diri sendiri secara berlebihan

Konon dalam dongeng masyarakat Yunani kuno, hiduplah seorang pemuda yang bernama Narsis. Narsis adalah putra dari Dewa dan Bidadari. Orangnya tampan, namun kaku, cuek, dan angkuh.
Pada suatu ketika Narsis sedang duduk-duduk ditepi kolam yang airnya bening. Dari tepi kolam itu, dia melihat betapa tampannya dirinya. Karena bayangan wajahnya yang begitu mempesona, Narsis akhirnya jatuh cinta dengan bayangan dalam kolam itu. Narsis jatuh cinta dengan dirinya sendiri.

Sebenarnya teman-teman Narsis banyak yang jatuh cinta kepadanya, tetapi Narsis tidak pernah merespon mereka, ia hanya jatuh cinta pada dirinya sendiri. Ada seorang teman perempuan yang jatuh cinta kepada Narsis, namanya Gema. Gema adalah putri dari kayangan. Orangnya cantik, tetapi dia tidak normal dalam berbicara. Gema tidak bisa bicara dengan kalimatnya sendiri, tetapi hanya bicara dan mengucapkan kata-kata yang baru didengarnya dari orang lain.

Ketika Narsis bicara, bagaimana kabarmu?, Gema menjawab,kabarmuuuuuuuu? kamu dari mana? Gema menjawab, darimanaaaa?. Karena komunikasi antara Narsis dan Gema ini tidak lancar maka cinta Gema tidak kesampaian. Cintanya tidak didengar oleh Narsis, dan iapun frustasi. Gema bersedih dan menangis. Air matanya menetes begitu banyak sampai akhirnya melarutkan tubuh Gema. Oleh sebab itulah sampai saat ini kita hanya bisa mendengar suara Gema, tetapi wujudnya kita tidak bisa melihat.

Pada suatu kesempatan Narsis berjalan-jalan di tengah hutan. Ditempat itu dia merasakan rindu dengan pemuda yang selalu dilihatnya didalam kolam. Sampailah dia ditepi kolam yang airnya tenang. Disekelilingnya dikelilingi banyak pohon cemara. Begitu memandang ke kolam kembali dia tertegun. Ditatapnya wajah yang begitu tampan didalam kolam itu. Narsis berlutut dan ingin menyentuh wajah itu. Namun ketika wajah itu disentuh, berubahlah wajah itu menjadi riak-riak kecil air. Ditunggulah beberapa saat sampai air itu kembali tenang. Disentuhlah lagi wajah itu, dan kembali pula berubah menjadi riak air. Narsis terus menunggu ditepi kolam itu. Dia terus merindukan pemuda dalam kolam itu.
Perasaan itu begitu menyiksa. Bertanyalah ia kepada pohon cemara, “Pohon Cemara, apakah engkau pernah merasakan kerinduan seperti ini?” Narsis terus memandangi wajah itu.

Beberapa hari berlalu Narsis akhirnya sadar bahwa wajah itu adalah wajahnya. Apa yang dia inginkan sudah ia punyai. Apa yang dia rindukan sudah didapatkan. Dia menyadari dan mulai belajar mencintai orang lain, dan tiba-tiba Narsis merasakan seluruh tubuhnya terasa hangat. Kulitnya memancarkan cahaya yang lembut. Api cinta telah menyala dalam diri Narsis. Api itu telah membakar dan meluluhkan hati Narsis yang selama ini membeku. Hati itu telah mencair. Sekian lama Narsis tidak muncul, teman-teman Narsis mencari ditepi kolam itu. Tetapi mereka tidak menemukannya. Mereka hanya melihat sekuntum bunga. Bagian tengahnya berwarna kuning, bentuknya seperti terompet. Kelopak bunga dibagian pingirnya berwarna putih lembut. Teman-temannya yakin itu adalah Narsis, yang tubuhnya telah menjadi bunga. Bunga itu namanya adalah bunga Narsis.

Dari cerita itu bisa diketahui orang yang termasuk kategori narsis/narsisme, yaitu:
1. Mencintai diri sendiri secara berlebihan dan sulit mencintai dan menerima cinta orang lain.
2. Hanya mendengar pendapatnnya sendiri, sulit mendengar pendapat orang lain.
3. Tidak bisa merasakan perasaan orang lain.
4. Melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, bukan sudut pandang orang lain.
5. Sulit mempercayai orang lain.

Tetapi orang Narsis, bisa berubah. Ketika dia bisa menyadari bahwa dirinya adalah obyek dan juga subyek, dan menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari orang lain, maka sifat narsis itu bisa hilang. Jika sifat narsis itu hilang, maka orang itupun seperti Narsis, berubah menjadi indah dan harum laksana bunga Narsis.


Catatan kaki :

Beberapa orang yang mempunyai sifat narsis sejati memang menyatakan bahwa mereka tetap bisa mencintai hal lain selain yang di hasilkan oleh dirinya, namun ungkapan itu sebenarnya adalah bentuk dari sifat narsisnya yaitu sebuah kepribadian yang sangat tunggal yaitu dirinya sendiri. Kata – kata yang di cetuskan biasanya lebih karena rasa kecintaan atas kepunyaan/kepemilikannya atas dirinya yang sangat tinggi (Self Centris). Sekilas bisa terlihat sebagai idealisme atau prinsip invidu, namun sebenarnya hal itu adalah sifat narsisme sejati yang telah mengakar pada sebuah kepribadian dasar seseorang.
Seorang narsis memiliki kecintaan atas apa yang di punyai dan di hasilkannya.

Kecintaan dan kebanggaan akan dirinya sendiri ( kepemilikan, kemampuan, kecantikan, ketampanan, kepintaran dsb) yang berlebihan menjadikan seorang narsis begitu sulit untuk mendengar pendapat orang lain, merasakan perasaan orang lain, dan sulit melihat segala sesuatunya dari sudut pandang orang lain. Buah pikiran, sikap dan tindakan – tindakan mereka sulit untuk di terima oleh orang kebanyakan. Orang - orang narsis sering tidak menyadari bahwa masih ada orang lain yang hidup bersama dengan mereka di dunia ini, namun demikian mereka juga bisa membutuhkan seseorang atau keadaan yang berbeda dengan keinginan mereka di saat mereka merasa tidak mempunyai pilihan lain (Keadaan yang telah terciptakan dengan apa adanya), Namun hal itupun lebih kepada kebutuhan - kebutuhan pribadinya yang di anggapnya bermanfaat untuk dirinya sendiri.

Kebanyakan orang - orang narsis adalah produk dari mereka yang sempat merasa termaginalkan, kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua, sering menemui banyak kegagalan dan kesulitan dalam kehidupannya.
Hal - hal yang membuatnya pernah tertekan atau tersudut dalam masa - masa sebelumnya akan membuatnya cenderung untuk melakukan pembuktian dirinya. Baik dalam buah pikiran maupun karya nyata. Walau bisa saja apa yang sudah di buktikannya tersebut tidak mendapatkan tempat atau response yang bagus jika di tinjau dari sudut orang kebanyakan.
Ketika mereka pernah bisa melakukan sebuah pembuktian, namun tidak di barengi dengan input - input yang di dapat dari lingkungan sekitarnya, secara piskis hal tersebut bisa membentuk seseorang tersebut menjadi narsis dan bisa terus berkembang menjadi narsis sejati.

Contoh orang – orang yang bersifat narsis sejati ini sangat banyak di temukan pada kalangan seniman (jumlah tertinggi), politikus dan scientist.