Senin, 30 April 2012

Semangat Kebersamaan Opique Pictures


Kekreatifitasan memang tidak harus terpacu oleh materi yang ada, tapi bagaimana suatu pertemanan bisa saling memberi inspirasi dalam mengembangkan bakat dan kemampuan. Seperti halnya salah satu komunitas film indie Medan bernama Opique Pictures yang terbentuk sejak 9 Januari 2008.
Diawali dari kebersamaan yang hanya mengandalkan kamera telepon genggam untuk membuat film ternyata tidak membuat Opique Pictures patah semangat untuk menggali kemampuan itu. Ajang perlombaan nasional sudah menjadi makanan utama mereka apalagi mereka juga sudah terbiasa mendapatkan penghargaan-penghargaan yang sudah diraih selama ini.

Dijumpai di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution, jalan Cik Ditiro (22/4), mereka terlihat asyik berkumpul dengan membawa segala properti untuk keperluan shooting. Mereka akan melanjutkan shooting film berbau sosial berdurasi 90 menit di lokasi tersebut yang dijadikan sebagai Panti rehabilitasi dalam film berjudul “Marjinal”. Film “Marjinal” ini menceritakan bagaimana seorang pengamen  berjuang membiayai adiknya karena orang tuanya sudah tidak ada. Karena keterbatasan biaya, pemeran pengamen yang bernama Kulog ini memutuskan untuk menjual narkoba. Cerita disini juga ditambahi oleh bumbu-bumbu cinta agar tidak monoton. Intinya cinta itu bisa menyembuhkan segalanya.

Persiapan menuju produksi film “Marjinal” ini membutuhkan waktu selama 8 bulan. Tidak bisa dipungkiri membuat film memang membutuhkan banyak biaya. Film ini sendiri harus menanggung 102 juta rupiah. Namun berkat kekompakan yang kuat dari Opique Pictures biaya tersebut bisa dikikis sedikit demi sedikit sehingga lebih ringan. Misalnya saja ketika memakai panti asuhan, berbagai macam usaha akhirnya bisa digratiskan untuk memakai lokasi tersebut. Begitu pula dengan mencari pemain, komunitas yang diketuai oleh Ridho Pratama ini, mengandalkan pemain yang memang mau bergabung secara sukarela. Walaupun begitu Opique Pictures tidak asal memilih pemain juga, mereka tetap mengadakan casting untuk menyeleksi pemain mana yang memang pantas untuk tampil di film ini. “Ya kami tetap melihat apakah pemainnya cocok dari segi face, akting, dan karakternya”, jelas sang sutradara Ridho Pratama. Setelah melewati proses seleksi, pemain diharuskan mengikuti karantina selama dua minggu agar mereka menemukan karakter dan menghayati peran yang mereka ambil. Yang paling penting dalam bergabung di film ini adalah kenyamanan terlebih dahulu terhadap sesama kru dan pemain lainnya. “Saya juga gak nyangka bisa gabung dengan tim Opique Pictures, berhubung saya suka akting, ya saya memang menikmati karakter yang saya perankan, apalagi saya sudah tidak canggung lagi dengan orang-orang walaupun baru kenal”, jawab Fany berperan sebagai Sofy yang terlihat baru saja menghafal dialog.


Keterbatasan waktu memang sedikit menjadi kendala yang membuat proses produksi film “Marjinal” ini menjadi lama karena harus menyesuaikan juga dengan kondisi para pemain dan kru yang diantaranya masih harus sekolah dan kuliah. Tepat pada tanggal 16 Februari 2012 dimulailah shooting perdana film ini. Setiap hari sabtu dan minggu sudah menjadi rutinitas mereka untuk menunjukkan kebolehannya dibelakang dan didepan kamera. Tiga hari sebelum shooting para kru inti membicarakan lokasi yang tepat untuk pengambilan gambar. Mereka menargetkan lokasi yang pas itu seperti Taman Beringin, Panti Asuhan Cik Ditiro, dan Jalan S. Parman. Terkadang ada saja kejadian yang tidak terduga saat dilokasi, tiba-tiba saja ada sekelompok orang yang meminta uang keamanan dan izin-izin yang harus dipenuhi, terpaksa waktu dan biaya juga yang harus dikorbankan.

Keunikan dari komunitas adalah mereka ini tidak terpaku pada siapa yang menjadi penulis naskah. Tetapi mereka semua berperan dalam membagikan ide ceritanya, sehingga tidak terbeban pada satu orang saja yang harus memikirkan ceritanya seperti apa. Harapan Opique Pictures bisa menyelesaikan film ini di akhir bulan Mei atau awal bulan Juni. Rencana berikutnya mereka akan mengadakan nonton film bersama keluarga kru Opique Pictures agar mereka tahu hasil yang dikerjakan selama ini. Selain itu akan ada pemutaran film di 10 sekolah dan 10 universitas di Medan. Agar orang-orang melihat hasil dari indie spirit Opique Pictures. Komunitas ini membuktikan bahwa dalam meraih suatu penghargaan itu tidak harus sudah modal yang kuat dulu tapi bagaimana kita memanfaatkan modal yang sederhana dari kebersamaan. (inri/awi)

sumber : http://www.mediapijar.com/index.php/2012/04/semangat-kebersamaan-opique-pictures-melalui-film-marjinal/