Minggu, 06 November 2011

Editing Keren Dalam Proses Membuat Film

Puas rasanya usai take gambar terakhir dalam proses pembuatan film. Tentunya dengan catatan segalanya berjalan lancar, tanpa hambatan berarti. Namun, apakah lantas sebuah film bisa dinikmati begitu saja? Jawabnya, “Tidak”. Masih ada proses editing selama pascaproduksi. Dan, editor adalah orang yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terkait dengan editing film.

Sebenarnya, tak hanya editor yang harus tahu seluk-beluk editing. Setiap crew film pun sebaiknya memahami konsep dan proses editing. Sebab, pengetahuan itu akan sangat membantu untuk berpikir editorial tentang film yang dibuat. Proses menjalin setiap shot film secara runtut dan logis, hingga membentuk alur cerita yang indah, inilah inti dari editing.

Meski terkesan rumit dan butuh konsentrasi tinggi, mengedit film tetaplah sebuah pekerjaan seni. Jadi, sentuhan seni yang pas dan memikat juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan editor. Di sinilah sense of editing seorang editor benar-benar diuji. Semua itu akan memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan produksi sebuah film.
Karenanya, bisa dikatakan bahwa editor adalah penjaga gawang terakhir dari proses pembuatan film. Dalam hal ini, editor didampingi oleh asisten, yaitu sound engineer dan sound director. Sutradara pun biasanya akan menemaninya, sehingga tingkat ketepatan editing akan semakin terjamin.

Lantas, hal apa sajakah yang terangkum dalam proses editing untuk menghasilakan film keren? Simak beberapa poin berikut.

Perangkat Editing

Perangkat editing yang memadai sangat dibutuhkan ketika bikin film. Digital editing menjadi favorit kalangan perfilman, karena dipandang lebih praktis, simpel, mudah dioperasikan, dan harganya pun lebih terjangkau ketimbang piranti analog editing. Beberapa perangkat digital editing antara lain:
  • Satu unit komputer dengan prosesor dan motherboard generasi mutakhir, minimal Pentium 4.
  • Hard disc berkecepatan tinggi, juga dengan kapasitas memori yang besar untuk menyimpan file hasil capture dan olahan video.
  • Software editing, yaitu Adobe Premier, Ulead Video Studio, Pinneacle Studio, Final Cut.
  • CD room dan DVD RW atau CD RW
  • Fire wire dan camcorder untuk proses capturing.
Teknik Dasar Editing

Ada dua jenis teknik editing yang umum digunakan, yaitu:

1. Linear Editing/Analog Editing
Editing dilakukan dengan menata gambar satu per satu atau setiap shot secara urut dari awal sampai akhir, sehingga tercipta kesinambungan. Otomatis, jika editor melakukan kesalahan, maka ia harus mengulangi pekerjaannya mulai dari titik awal kesalahan. Karena itu, sangat dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian yang tinggi dalam linear editing.

2. Nonlinear Editing/ Digital Editing
Editing dapat dilakukan secara acak, tidak harus dikerjakan dari awal hingga akhir secara runtut. Oleh sebab itu, digital editing dianggap lebih mudah dan praktis. Jika terjadi kesalahan, editor pun tak perlu mengulangi hasil pekerjaannya dari awal.

Langkah-Langkah Editing
  • Logging
Proses memotong gambar, mencatat waktu pengambilan gambar, dan memilih shot sesuai camera report. Proses itulah yang disebut logging. Langkah ini diperlukan sebagai antisipasi jika kapasitas hard disc penuh. Dengan memilih gambar terbaik, maka hard disc tidak akan terlalu penuh.
  • Digitizing
Usai di-logging, editor akan merekam gambar dan suara. Inilah proses digitizing. Pada tahap ini, editor mengontrol kualitas gambar dan suara, agar sejalan dengan konsep film dan editing yang disetujui sutradara.
  • Offline Editing
Tahap ini adalah saatnya menata gambar dan suara digitized, sesuai skenario dan urutan shot yang telah ditentukan sutradara.
  • Online Editing
Online editing merupakan proses di mana editor memperhalus hasil offline editing. Selain itu, ia pun akan memperbaiki kualitas editing, dan berkreasi dengan menambahkan transisi dan special effect yang dibutuhkan.
  • Mixing
Proses mixing berkaitan dengan synchronizing audio, lalu menambahkan ilustrasi musik atau audio effect. Jadi, proses ini akan berlaku pada setiap dialog, musik, dan efek suara.

Sebagai gambaran jelas mengenai editing, perhatikan contoh ketika menyusun beberapa adegan berikut.

1. Establishing kamar pribadi
2. Tika membongkar tas sekolah sembari berdiri di depan cermin
3. Tika menggerutu kesal
4. Dari cermin, tampak Joe, pembunuh bayaran
5. Tika berteriak minta tolong
6. Tika membanting tas sekolah
7. Tika berlari ketakutan ke sudut kamar
8. Stock shot seekor tikus dimangsa ular

Beberapa adegan tersebut bisa diedit untuk menghasilkan dramatik adegan. Beberapa alternatifnya adalah:
  • Menyusun secara urut mulai dari shot 1 hingga shot 8
  • Menyusun adegan dengan urutan 8, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
  • Mengedit dengan susunan shot 1, 3, 2, 4, 5, 6, 7, 8
  • Urutan adegan itu adalah 1, 3, 2, 4, 6, 5, 7, 8
Mengontrol Hasil Editing

Mengontrol shot sesuai kebutuhan cerita kerap kali menjadi problem tersendiri saat pascaproduksi. Karena itu, sangat penting mengontrol shot dengan metode pemilahan sebagai berikut.

1. Fungsional
Shot diposisikan dalam fungsi informatik, dramatik, ritmik, atau sekadar sebagai transisi. Hal ini bermanfaat untuk menuntun perhatian penonton. Dengan beberapa shot di atas (shot 1-8), fungsi informatif terdapat pada shot 1, 2, dan 4. Fungsi dramatik ada pada shot 3, 4, 5, 6, dan 7. Fungsi ritmik pada shot 3, 4, dan 8. Sedangkan fungsi transisi dijumpai pada shot 1 dan 8.

2. Struktural
Cara ini berkaitan dengan ketepatan posisi suatu shot, saat menempati kedudukannya sesuai urutan ceritanya. Dalam hal ini, shot tidaklah berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan. Penempatan masing-masing shot disesuaikan dengan konsep editing film. Dengan begitu, jalan ceritanya tidak kabur.

3. Proporsional
Proporsional shot memiliki hubungan erat dengan panjang-pendeknya sebuah shot. Dengan demikian, kekuatan setiap shot sebagai bagian cerita akan hadir secara nyata.

Semua konsep editing yang terpapar memang sangatlah umum dalam dunia perfilman. Agar menghasilkan film yang berkualitas, tentu saja kreativitas dan kepekaan editor menjadi salah satu kunci utama. Bukankah pascaproduksi (editing) adalah pintu paling ujung yang harus dilewati sebuah film, sebelum bertemu dengan penikmatnya?

sumber : http://www.anneahira.com/