Ibu, maafkanlah aku anakmu yang durhaka ini. Dua puluh tahun lebih aku belum bisa membalas semua kebaikanmu, semua ketulusanmu. Tiga puluh tahun lebih pula aku masih belum mendapatkan apa yang sekiranya pantas untuk aku hadiahkan kepadamu ibu.
Keikhlasanmu, keridhoanmu begitu tulus kau korbankan hanya untuk membahagiakan anakmu yang tak tahu diri ini. Langkah dan dudukmu aku usik saat aku ada dalam rahimmu. Tidurmu selalu terganggu dengan tangisku saat aku masih bayi. Begitu juga saat aku menginjak remaja. Aku selalu merepotkanmu dengan tindakan-tindakanku yang seenaknya. Tawuran, ribut sama teman, Nonjok anak tetangga. Semua kelakuanku selalu membuatmu semakin tersiksa.
Rasanya aku ini mungkin adalah anak yang paling durhaka diantara orang-orang durhaka lainnya. Semoga Allah selalu membukakan jalanku. Semoga Allah mengeratkan ketabahanmu. Semoga engkau selalu sabar dan tawakal mempunyai anak seperti aku, wahai Ibu.
Sekali lagi aku mohon, Maafkanlah aku anakmu Ibu. Aku tahu tanganmu tak sekuat dulu lagi untuk menyambut tangan maafku. Tak sekuat saat engkau membelai kepalaku. Tak sekuat ketika kau gunakan untuk meninakbobokan aku dalam gendonganmu. Tak sekuat waktu kau mandikan aku, saat kau suapi aku, saat kau peluk aku dan dan disaat kau belai aku dalam peraduan kasih sayangmu.
Ya, tanganmu tak sekokoh dulu lagi, tetapi bukan berarti tanganmu tak harus menepis semua keinginanku untuk menciumnya, dan membasuhnya dengan air mata penyesalanku. Begitu juga dengan matamu ibu, tak setajam saat engkau masih muda dahulu. Namun bukan berarti matamu memalingkan pandangannya dari wajah anakmu yag durhaka ini.
Dengan penuh pengharapkan, aku rela bersimpuh dibawah kakimu. Dengan penuh keridhoan aku rela melakukan apa saja asal engkau mau memaafkan segala kesalahanku. Andai aku punya harta sebesar gunung, rasanya tak sanggup untuk membayar semua pengorbananmu. Andai lautan itu milikku dan aku berikan kepadamu, rasanya belumlah cukup untuk membalas semua jasamu terhadapku. Maafkan aku yang lalai ini. Aku selalu menghiraukan pahalamu. Aku selalu mengacuhkan berkatmu. Aku lupa bahwa dibawah telapak kakimu ada surga yang harus aku syukuri.
Maafkanlah aku anakmu, Ibu