Medan (suarakomunitas.net) Tak mesti berbiaya mahal, cukup
sekitar Rp 1-2 jutaan saja, beberapa anak Medan ternyata masih punya
kreatifitas dan keberanian membuat film, khususnya film indie. Selama
ini memang ada anggapan kalau membuat film harus punya dana besar,
biasanya sampai ratusan juta bahkan miliaran. Akan tetapi, kali ini anak
Medan ingin membuktikan biaya yang minim tetap bisa menghasilkan karya
film.
Demikian terungkap dalam konferensi pers dan diskusi Premiere Film Omnibus “Bohong” yang diadakan di Rimba Kafe, Senin (20/5) di Medan.
Konferensi pers disampaikan 4 orang sutradara film (Andi, Imanuel, Opiq, dan Hendry) memaparkan bagaimana perilaku berbohong menjadi hal tematik dalam film omnibus tersebut. Mereka membicarakan seputar proses anak Medan berkarya dalam keterbatasan, misalnya soal dana atau fasilitas saat memproduksi film mereka. Apalagi tentang minat masyarakat terhadap film karya anak Medan dan minusnya sponsor.
Menurut Andi dari Media Identitas (MiD), diluncurkannya Film Omnibus “Bohong” yang terdiri atas 4 film ini merupakan proyek idealis 4 komunitas film indie di Medan, yaitu film Kong Kali Kong (Media Identitas), Kontradiksi (Manuproject), Segi Empat (Matasapi Film), dan Ego (Opique Pictures). “Niat awalnya ingin menjelaskan kepada publik bahwa gairah dan potensi anak Medan untuk memproduksi film masih cukup baik,” jelasnya.
Mengenai tema sentralnya, Hendry menambahkan, ke 4 film yang rata-rata berdurasi 15 menit ini bercerita tentang masifnya perilaku kebohongan, manipulasi, atau kisah selingkuh yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, film Omnibus Bohong ini merupakan refleksi para penggiat film indie di Medan terhadap realitas yang terjadi tersebut, yaitu menyangkut perilaku berbohong yang terlanjur dianggap biasa.
“Semoga film ini dapat memberi pencerahan kepada masyarakat bahwa bohong itu salah,” tutur Hendry.
Berangkat dari kenyataan inilah, Andi, Hendry, Imanuel, dan Opiq yang tergabung dalam Komunitas Film (KOFI) Sumut meluncurkan film Omnibus Bohong. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, mereka pun berharap, peluncuran film Omnibus Bohong pada bulan Mei ini dapat menjadi motivasi bagi kebangkitan film Medan.
Tak cuma itu, Andi, Hendry, Opiq, dan Imanuel sangat optimis bahwa film anak Medan harus bangkit seiring dengan kekompakkan dan saling apresiasi antarinsan film di Medan.
“Bagaimanapun, kita butuh dukungan, baik dari para pembuat film maupun masyarakat pencinta film Medan. Sebab di omnibus ini paling tidak kami ingin mengangkat sosial budaya Medan dan Sumut melalui film. Meski dengan keterbatasan dana, tetapi kelahiran omnibus ini merupakan wujud kekompakkan insan muda film di Medan. Apalagi dengan keterbatasan dana tersebut, rasa solidaritas menjadi perekat bagi kemajuan dan kreatifitas film karya anak Medan di masa mendatang,” ujar Andi.
Adapun film-film yang berlatar belakang kota Medan dan wilayah Sumut ini diputar pada 21-22 Mei di Fakultas Bahasa dan Seni Unimed.
Rencananya, kata Andi, film-film ini juga akan di-roadshow-kan ke beberapa daerah di Sumut, seperti di Rantauprapat, Brastagi, Tebing, dan beberapa tempat lainnya.
“Tak tertutup kemungkinan juga akan diputar di luar Sumut,” jelasnya. (Juhendri)
sumber : http://suarakomunitas.net/
Demikian terungkap dalam konferensi pers dan diskusi Premiere Film Omnibus “Bohong” yang diadakan di Rimba Kafe, Senin (20/5) di Medan.
Konferensi pers disampaikan 4 orang sutradara film (Andi, Imanuel, Opiq, dan Hendry) memaparkan bagaimana perilaku berbohong menjadi hal tematik dalam film omnibus tersebut. Mereka membicarakan seputar proses anak Medan berkarya dalam keterbatasan, misalnya soal dana atau fasilitas saat memproduksi film mereka. Apalagi tentang minat masyarakat terhadap film karya anak Medan dan minusnya sponsor.
Menurut Andi dari Media Identitas (MiD), diluncurkannya Film Omnibus “Bohong” yang terdiri atas 4 film ini merupakan proyek idealis 4 komunitas film indie di Medan, yaitu film Kong Kali Kong (Media Identitas), Kontradiksi (Manuproject), Segi Empat (Matasapi Film), dan Ego (Opique Pictures). “Niat awalnya ingin menjelaskan kepada publik bahwa gairah dan potensi anak Medan untuk memproduksi film masih cukup baik,” jelasnya.
Mengenai tema sentralnya, Hendry menambahkan, ke 4 film yang rata-rata berdurasi 15 menit ini bercerita tentang masifnya perilaku kebohongan, manipulasi, atau kisah selingkuh yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, film Omnibus Bohong ini merupakan refleksi para penggiat film indie di Medan terhadap realitas yang terjadi tersebut, yaitu menyangkut perilaku berbohong yang terlanjur dianggap biasa.
“Semoga film ini dapat memberi pencerahan kepada masyarakat bahwa bohong itu salah,” tutur Hendry.
Berangkat dari kenyataan inilah, Andi, Hendry, Imanuel, dan Opiq yang tergabung dalam Komunitas Film (KOFI) Sumut meluncurkan film Omnibus Bohong. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, mereka pun berharap, peluncuran film Omnibus Bohong pada bulan Mei ini dapat menjadi motivasi bagi kebangkitan film Medan.
Tak cuma itu, Andi, Hendry, Opiq, dan Imanuel sangat optimis bahwa film anak Medan harus bangkit seiring dengan kekompakkan dan saling apresiasi antarinsan film di Medan.
“Bagaimanapun, kita butuh dukungan, baik dari para pembuat film maupun masyarakat pencinta film Medan. Sebab di omnibus ini paling tidak kami ingin mengangkat sosial budaya Medan dan Sumut melalui film. Meski dengan keterbatasan dana, tetapi kelahiran omnibus ini merupakan wujud kekompakkan insan muda film di Medan. Apalagi dengan keterbatasan dana tersebut, rasa solidaritas menjadi perekat bagi kemajuan dan kreatifitas film karya anak Medan di masa mendatang,” ujar Andi.
Adapun film-film yang berlatar belakang kota Medan dan wilayah Sumut ini diputar pada 21-22 Mei di Fakultas Bahasa dan Seni Unimed.
Rencananya, kata Andi, film-film ini juga akan di-roadshow-kan ke beberapa daerah di Sumut, seperti di Rantauprapat, Brastagi, Tebing, dan beberapa tempat lainnya.
“Tak tertutup kemungkinan juga akan diputar di luar Sumut,” jelasnya. (Juhendri)
sumber : http://suarakomunitas.net/