Fenomena anak jalanan merupakan salah satu persoalan
klasik yang banyak dihadapi oleh berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan
data Kementerian Sosial, saat ini terdapat 230 ribu anak jalanan yang tersebar
di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di kota-kota besar, seperti Medan.
Kemiskinan
merupakan faktor utama penyebab dari masalah ini. Dikarenakan banyaknya orang
tua yang tidak mampu membiayai hidup keluarganya secara material, sehingga
anak-anak yang harusnya duduk di bangku sekolah ataupun bermain dituntut untuk
turun kejalanan dan membantu orang tua mencari nafkah.
Selain
itu, terdapat juga faktor psikologis
dalam diri anak seperti pengaruh pergaulan lingkungan atau kurangnya perhatian dan kasih sayang dari keluarga yang memang tidak
harmonis lagi, yang semakin memperbesar jumlah anak jalanan. Untuk mempertahankan hidupnya, mereka mengerjakan
berbagai pekerjaan informal, seperti menjual koran, menyemir sepatu, mengamen,
memulung.
Dan tidak hanya itu, kondisi kehidupan dunia jalanan yang
keras dan kejam tak jarang menggiring mereka terjebak ke dalam tindak kriminalitas.
Dengan menempatkan mereka sebagai subjek seperti mencopet dan merampok, atau
sebagai objek seperti korban eksploitasi.
Konvensi Hak-Hak Anak (On The Rights Of The Child) sebagai hasil sidang Majelis Umum PBB
yang telah ditandatani Pemerintah Republik Indonesia pada 26 Januari 1990,
seharusnya menjadi acuan dan tujuan untuk memperjuangkan hak-hak hidup anak jalanan.
Terutama hak mereka untuk memperoleh pendidikan yang
layak sebagai bagian tak terpisahkan dari generasi muda penerus bangsa.
Karena hanya dengan
pendidikan mereka dapat menjadi manusia yang bermoral, berwawasan,
berketerampilan, percaya diri, dan memiliki harapan hidup yang lebih baik ke
depan. Program
solusi ini bernama Mobile School.
Yakni sebuah program pendidikan alternatif gratis dengan konsep sekolah
informal yang bergerak.
Dimana sekolah ini langsung mendatangi dan mengadakan
proses belajar-mengajar di daerah-daerah hunian atau tempat yang merupakan
basis kegiatan sehari-hari anak jalanan yang menjadi muridnya.
Untuk itu, dalam pelaksanaannya sekolah ini menggunakan
mobil sebagai sarana utamanya. Mobil yang akan dipakai tersebut dilengkapi
dengan buku-buku, peralatan belajar-mengajar, serta alat-alat
pendukung lainnya, termasuk gurunya.
Dalam hal sistem pendidikan, Mobile School mengutamakan pendidikan
yang berbasis pada skill, keterampilan, pembangunan karakter, dan pengembangan
jiwa wirausaha muridnya. Sistem
ini membuat anak jalanan tidak sekedar memiliki pengetahuan teoritis saja, tapi
juga kemampuan dan keahlian secara praktek dalam bidang-bidang wirausaha
tertentu, seperti membuat prakarya atau kerajinan tangan yang menarik dan
bernilai ekonomis.
Melalui
kemampuan dan skill yang dimiliki tersebut diharapkan mereka akan dapat mencari
nafkah dengan cara yang lebih baik dan memperoleh penghasilan yang lebih besar
untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dan mudah-mudahan untuk masa
depan yang
lebih cerah
Kita
tidak bisa mengajari orang apapun
Kita hanya bisa membantu mereka menemukannya di dalam diri mereka
(Galileo Galilei)
Kita hanya bisa membantu mereka menemukannya di dalam diri mereka
(Galileo Galilei)
We can not teach people
anything
We can only help them discover it within themselves
We can only help them discover it within themselves
opique pictures
mengudara dalam sebuah kamar penuh inspirasi
tepat pukul 02.59wib