medan (26/4), sekian lama opique picture's mencari tempat tuk pemutaran, akhirnya komunitas film indie ini tampil lagi di depan publik. kali ini pemutaran di lakukan di Ten Coffee tepatnya jalan imam bonjol no. 36b Medan.
langit yang tampak murung sejak sore hari membuat khawatir pihak opique pictures. pagelaran berlangsung dan malam itu di selimuti oleh rintik hujan. namun antusias penonton terlihat semangkit meningkat. semangkin malam hujan semangkin lebatnya. di tambah pula dengan pemadaman listrik, spontan area pemutaran gelap total.
semangat penonton tak pula surut. semakin deras hujan para penonton semakin merapat ketengah area. kebisingan genset pun turut mengacaukan konsentrasi penikmat film indie medan.
pemutaran kali ini bukan hanya sebagai ajang nonton film saja, melainkan ajang silaturahmi dari berbagai kalangan. seperti halnya insan kreatif kota medan atas nama veri boeloe sangat senang sekali bercanda gurai dengan teman seperjuanganya photografi shinko. dan juga opique pictures yang sudah lama tak duduk bareng dengan ghoqielt community.
seusai menonton film ini, seperti biasa opique pictures yang masih berhutang budi dengan para pendukung produksi, yang akan membantu sebagian orang yang telah membantu produksi film ini mengadakan kotak apresiasi atau semacam saweran atas karya mereka. alhamdulillah sumbangan yang di dapat sangat banyak sekali, dan ini bukti nyata masyarakat medan masih peduli dengan kemajuan seni sinematografi kota medan.
kemudian di lanjutkan pula dengan bedah film yang di buka oleh ketua opique pictures periode ini, yaitu oleh M Taufik Pradana. di mulai dengan memberikan informasi mengenai produksi film. seniman medan dari intermediaproject yang di wakili oleh Bang Willy Darmanwan menambahkan, "dari keseluruhan sudah bagus filmnya, disini kita juga bukan mencari kekurangan dari sebuah karya".
Pak Shaut Hutabarat pimpinan dari AFindi Production menambahkan, "kekurangan film indie di medan memang masih banyak kekurangan dari segi pencahayaan dan juga suara. tapi melihat dari semangat kalian ini sudah sangat baik, karena sudah berani menunjukan karya kalian di depan umum. akan tetapi jika saya melihat dari film ini, masih kelihatan cerita dalam film ini lemah, seharusnya sosok pemeren utama di buat sial-sesialnya, agar tidk terkesan datar ceritanya. tapi ini sudah baik kok, terus saja berkarya". ungkap Pak Shaut dengan tegasnya.
Wartawan dari RCTI menambahkan, "dari film ini saya melihat ini sudah bisa di acungi dengan 1 jempol, akan tetapi jika film ini memiliki alur cerita yang baik, ekplor kamera yang baik dan eksekusi produksi dengan baik pula makan film ini layak dapat 2 jempol. pencahayaan dan kameramen yang masi ragu sangat terasa sekali. seharusnya kameramen berani mengambil gambar dengan angle-angle yang labih lagi. dan sebaiknya pula tiap perpindahan waktu di sisipi dengan netralshoot agar jelas perpindahan waktunya. dan trakhir sebaiknya filmnya ini beralur maju saja, karena kalo main di flashback terkadang susah penonton tuk mengerti dengan maksud ceritanya". ungkap Fik Sagala dengan penuh antusias dan apresiasi.
CEO media identitas pun mengakhiri, "yang perlu diapresisi dari opique pictures ini adalah semangatnya, karena mereka telah menunjukan mereka mampu menggandeng beberapa produksi lain tuk memproduksi sebuah film. ini yang sangat luar biasa dari opique pictures. karena kalo melihat film yang jadi itu sudah biasa, yang terpentingkan prosesnya". ungkapan menggebu dari bang Andi Hutagalung.
Owner Ten Coffee sekaligus Kritikus film di medan atas nama Dr. Daniel Irawan melihat film ini masih banyak kekurangan dari segi pencahayaan dan juga suara, tapi teruslah berkarya. inikan proses tuk yang lebih baik lagi.
Bang Abdul Aziz dari Agung Film Maker menyatakan,"film marjinal ini piq film durasi terpanjang buatan orang medan setelah tahun 1983, apa lagi kita orang film merasakan produksi film seperti ini memang sulit. kalo aku sarani bagian pake narkoba itu dibaung aja la, diganti dengan gambar lain, karena ini seperti mengajari orang lain cara pake narkoba".
M Riedho Pratama selaku sutradara dalam film marjinal ini mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran kawan-kawan yang sudah meluangkan waktu tuk menghadiri pemutaran film ini.
seusai pemutaran film tersebut, Riedho selaku sutradara dan Taufik yang sebagai kameramen mengevaluasi beberapa pernyataan penonton yang ternyata pesan yang tersirat dalam film tersebut belum sampai pada penonton. "jujur aku memang pengen kali sesuai dengan apa yang ada dipikiran aku fik, tapi gimanalah ini tantangan indie, kalo keras takotnya pada merajok pula pemain ini". ungkap Riedho. dan Taufik menambahkan "kedepannya bg, kalo kita mau buat film panjang lagi, kita harus mateng dulu, bangun komitmen dan mungkin readingnya ne agak di banyaki lagi".