Menguak Rahasia Bukit Lawang produksi Opique Pictures
ini merupakan film dokumenter traveling di produksi pada tahun 2012
lia dalam film ini mengisahkan perjalanannya kesebuah objek wisata di bukit lawang. tepatnya kebupatern Langkat Sumatera Utara. Objek wisata ini dikenal dengat tempat untuk Refting dan juga terkenal dengan orang hutannya. Namun pada kesempatan kali ini Lia menguak sebuah rahasia pengobatan alternatif yg berada pada di dalam hutan, dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki
kamera person oleh Rizkan Jania dan Rizki
reporter oleh Muliana
konseptor oleh Muliana
Editor oleh M Taufik Pradana
teaser Peringatan Hari Ibu - Smile Program Marelan produksi Opique Pictures pada tahun 2015
Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang
ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan
sosialnya.
Peringatan dan perayaan biasanya dilakukan
dengan membebastugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari
dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan
urusan rumah tangga lainnya.
Di Indonesia hari ini dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.
Sementara
di Amerika dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada,
Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hong
Kong, Hari Ibu atau Mother's Day (dalam bahasa Inggris) dirayakan pada
hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur
Tengah, Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day
diperingati setiap tanggal 8 Maret.
Hari Ibu di
Indonesia dirayakan secara nasional pada tanggal 22 Desember. Tanggal
ini diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Dekrit Presiden No. 316
thn. 1953, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928.
Tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan
untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kini, arti Hari
Ibu telah banyak berubah, dimana hari tersebut kini diperingati dengan
menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu. Orang-orang saling bertukar
hadiah dan menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi, seperti lomba
memasak dan memakai kebaya.
Hari Ibu di Indonesia
dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia
yang pertama, yang digelar dari 22 hingga 25 Desember 1928. Kongres ini
diselenggarakan di sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran, yang kini
merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl.
Brigjen Katamso, Yogyakarta. Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi
wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Di Indonesia, organisasi
wanita telah ada sejak 1912, terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan wanita
Indonesia pada abad ke-19 seperti Kartini, Martha Christina Tiahahu, Cut
Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan,
Rasuna Said, dan sebagainya. Kongres dimaksudkan untuk meningkatkan
hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan
teaser Peringatan Hari Ibu - Smile Program Marelan produksi Opique Pictures pada tahun 2015
Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya.
Peringatan dan perayaan biasanya dilakukan dengan membebastugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.
Di Indonesia hari ini dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.
Sementara di Amerika dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hong Kong, Hari Ibu atau Mother's Day (dalam bahasa Inggris) dirayakan pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day diperingati setiap tanggal 8 Maret.
Hari Ibu di Indonesia dirayakan secara nasional pada tanggal 22 Desember. Tanggal ini diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Dekrit Presiden No. 316 thn. 1953, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928. Tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kini, arti Hari Ibu telah banyak berubah, dimana hari tersebut kini diperingati dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu. Orang-orang saling bertukar hadiah dan menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi, seperti lomba memasak dan memakai kebaya.
Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar dari 22 hingga 25 Desember 1928. Kongres ini diselenggarakan di sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran, yang kini merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta. Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Di Indonesia, organisasi wanita telah ada sejak 1912, terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan wanita Indonesia pada abad ke-19 seperti Kartini, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dan sebagainya. Kongres dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan
Cegah Leukemia dari Sekarang Produksi O Pictures Foundation film dokumenter diproduksi pada tahun 2013
sebuah film dokumenter yang menampilkan bahaya dan cara pencegahan dari penyakit leukemia. aktivitas dari beberapa lembaga dan motivasi untuk bertahan hidup berperang melawan penyakit kangker darah.
konseptor oleh M Taufik Pradana dan Rahmi Hayatul Asmar kameramen oleh M Ali Akbar dan M Syawal interviewer oleh Bozhe Harahap dan Zuriani editor oleh M Taufik Pradana dan Rahmi Hayatul Asmar sutradara oleh Rahmi Hayatul Asmar
Pendapat untuk Umum
(bukan untuk yang berpendapatan saja)
Apa sih ini..??
Ya, saat ini, aku ingin bercerita tentang bagaimana bahkan pendapat dan pendapatan itu ternyata tidak dimiliki oleh semua orang kawan..
Cerita ini berawal dari sebuah tugas kuliah ‘Pendapat Umum’, yang diberikan seorang dosen yang baik dan bijak (ini Pendapat sayaJ). Kami di tugaskan untuk mencari Pendapat Umum akan suatu masalah,atau isu. Dan kelompok kami memutuskan untuk mencari tentang “Pendapat masyarakat di desa Kuala Namu, atas pembangunan Bandara Internasional Medan Baru Kuala Namu.”
Kami terdiri dari enam orang dalam melakukan tugas Negara ini:), Kami memulai tugas ini dengan mencari tau keadaan tempat tujuan penelitian kami.
Tepatnya , senin 16 2011, pukul 08:00 kami sudah berangkat dari kampus. Dan Perjalan hari itu, aku tuliskan di dinding dunia mayaku,
"ke Kuala Namu itu..
Dari USU, ke Batang kuis 10 km + 5 km lg dr pjak + k dpn ad simpang,2 km lg + lalu belok kiri,2 km lg + oh, k posny 6 km lg dek + tp klen hrs msuk lwt pos dpn 6 km lg.. = oh, m'f dek, hr ni tdk blh msuk.:((
++ Hujan, jln rusak, n lapaar.." ,Sungguh pengalaman yang tak terlupakan..
Kemudian, Jumat , 20 mei 2011, kami kembali mendatangi daerah itu. Tapi kali ini kami lewat jalan besar, dari Lubuk Pakam. Diiringi Sang Surya yang tampak begitu cerah dan bersemangat hari itu.....
Sesampainya disana, kami bertemu dengan sekretaris desa Kuala Namu. Setelah berbicara menyampaikan maksud kedatangan kami dan meangngambil beberapa foto dan data lagi, kami mulai berpencar, mewawancarai warga tersebut.
Warga desa Kuala Namu itu terbagi menjadi dua, yaitu warga yang ada di dalam (Lingkungan proyek pembangunan Bandara) dan warga yang ada di luarnya.
Pada dasarnya, sebagian besar masyarakat,adalah setuju- setuju saja dengan proyek ini. Karena pada dasarnya mereka mendukung pembangunan ini. Akan tetapi ada beberapa hal yang kami dapatkan yang seharusnya Umum ketahui. Bagaimana pendapat-pendapat (khususnya orang yang berada di dalam lingkungan proyek) tentang,
Relokasi tempat tinggal mereka yang tidak ada kejelasan, bahkan ada yang sudah sampai tiga keturunan,
Ladang yang menjadi mata pencaharian mereka di keruk tanahnya, Hingga untuk mendapatkan rumput untuk makan ternak mereka saja mereka harus berdemo,
Lain lagi beberapa dari mereka yang merasa kurang nyaman, karena kadang adanya telor-telor (kami mendengar memang demikian bapak itu mengucapkannya:D,mungkin maksudnya teror atau apa, itulah pendapat mereka).
*
Menjelang maghrib, kami pun bergegas pamit dengan pak kepala desa itu. Kami mengucapkan terimakasih untuk kesempatan yang diberikan untuk melihat langsung Keadaan Pembangunan Bandara Kuala Namu itu (untuk yang ini sedikit agak narsis, boleh ya:), karena bapak itu sempat bilang, kalau kami mahasiswa pertama dari kampus kami yang kesana,/ini fakta bukan pendapat:D)......
Saat melewati pos penjagaan yang ketiga kalinya, aku coba mengeja ekspresi wajah-wajah berseragam itu..
saat menghormat iring-iringan mobil kilat (yang didalamnya, menurut pendapatku pasti orang2 yg berpendapatan) melintasi pintu gerbang ‘berduri’ itu......
Dari perjalanan ini, kami dapat melihat betapa pendapat masyarakat disana masih belum di dengar. Kami selalu teringat perkataan responden terakhir kami, “saya sudah 41 tahun tinggal disini dek, kami merasa belum pernah mendapatkan sila ke-5 pancasila itu dek!” .............