“Kenapa ayah terlihat muram?”, tanya seorang anak kepada ayahnya yang selalu muram belakangan ini.
“Ayah bingung nak, hari ini kamu ulang tahun dan ayah belum bisa berikan kamu hadiah menarik apalagi berharga untuk kamu, karena kondisi kita yang masih kekurangan”, sahut ayahnya menjelaskan penyebab muram yang dirasakannya.
“Ayah jangan bersedih, tanpa ayah sadari ayah telah berikan hadiah terbaik untuk bekal hidupku. Dengan iman dan tawakkal yang melekat dalam hati ayah, ayah berhasil mendidikku dengan kesabaran. Lalu ayah telah tunjukkan padaku arti keikhlasan, ayah telah bimbing aku dengan kesederhanaan, ayah telah tuntun aku arti tanggung jawab, dan ayah telah ajarkanku arti ketegaran. Bukankah itu adalah hadiah terbaik yang telah ayah berikan dalam hidupku melebihi hadiah berupa materi apapun?”, terang anaknya penuh kedewasaan.
Hilanglah seketika muram di wajah ayahnya berganti senyum yang menyungging manis dari keriput raut wajah tuanya, bahwa tak sia-sia ia mendidik anaknya selama ini dengan sabar dan ikhlas walau dalam kondisi yang serba kekurangan, lalu mendekap anaknya sambil berkata,
“Terima kasih nak, kamu memang anak ayah. Selamat ulang tahun ya nak, walau bukan materi, semoga hadiah dari ayah mampu menjadi bekal untuk hidupmu kelak.”
“Ya ayah, terima kasih ya yah... Aku sayang ayah”, sahut anaknya lirih dalam dekap ayahnya penuh haru.