AVLI YARMAN
Kontributor WASPADA ONLINE
MEDAN - Hiruk-pikuk yang terjadi di kampus Sekolah Tinggi Ilmu
Komunikasi “Pembangunan” (STIK-P) Medan baru-baru ini bukan berarti
perkelahian melainkan bentuk apresiasi mahasiswa kampus orange itu atas
pemutaran film fiksi yang digelar dalam kegiatan Diskusi Balada Orange,
Jl SM Raja Medan.
Meski diguyur hujan dari sore bukan berarti melunturkan semangat
mahasiswa untuk memeriahkan acara setiap malam minggu tersebut. Ya,
Diskusi Balada Orange adalah kegiatan dengan visi misi membangkitkan
semangat dan menciptakan rasa kekeluargaan civitas akademika kampus yang
rutin melahirkan jurnalis dan praktisi humas andal.
Pada
kesempatan itu, panitia memilih tema tentang film dokumenter dan fiksi
dengan harapan merangsang mahasiswa mampu membuat sekaligus melahirkan
generasi baru pembuat film. Selain pemutaran film dan hiburan musik ala
akustik, Balada Orange juga mengundang komunitas film di Kota Medan,
Opique Pictures, menampilkan karyanya.
Acara diawali dengan menampilkan narasumber yang sudah malang melintang di dunia broadcast semasa
aktif sebagai reporter di salah satu televisi swasta nasional. Suprapti
Indah Putri atau lebih dikenal Putri Bakri tak lain adalah dosen
sekaligus Puket II STIK-P dan mantan reporter MetroTV. Kepada
mahasiswa, Putri berbagi cerita dan ilmu dalam pengambilan gambar yang
baik diselingi pengalamannya saat menjadi salah satu reporter.
Banyak
kisah lucu dan menarik yang sesekali mengundang tawa mahasiswa, namun
ada juga dukanya saat mengemban tugas tersebut. Setelah itu, narasumber
lain dari Opique Pictures diwakili M Taufik Pradana.
Sekretaris
merangkap humas komunitas yang terbentuk 9 Januari 2008 silam itu
mengatakan telah melahirkan puluhan film dokumenter maupun fiksi yang
dinahkodai M Ridho Pratama. Taufik juga memaparkan sedikit tentang
sejarah film dokumenter dan menampilkan film “Gak Belok Lagi”,
menceritakan pergaulan anak muda zaman sekarang yang melampaui kodratnya
sebagai perempuan dengan menyukai sesama jenis sebelum akhirnya
bertaubat dan kembali ke kehidupan normal.
“Menjadi seorang
sutradara film dokumenter atau fiksi tidaklah sulit, asalkan serius,
sabar, dan jeli dalam mengambil gambar, membuat naskah serta edit
gambar. Pokoknya, nggak sulit buat film dokumenter, asal benar-benar
ditekuni,” ucapnya menambahkan dalam waktu dekat akan memproduksi film
fiksi terbaru berjudul Marjinal.
Tak mau kalah, mahasiswa STIK-P
juga menampilkan film “Potret Kehidupan” menceritakan tentang seorang
pemuda yang ingin melanjutkan kuliahnya namun terbentur biaya. Sebagai
informasi, film buatan anak STIK-P ini menjuarai kompetisi Young
Magazine 2010 di Medan.
Congrats ya buat anak-anak STIK-P dan Balada Orange… Kami tunggu karya-karya selanjutnya.
Editor: AUSTIN ANTARIKSA
sumber : www.waspada.co.id/