Komunikasi di Jejaring sosial itu jangan dianggap serius? Itu adalah status dari salah satu teman saya di twitter. Saya heran, ternyata masih ada saja yang
menganggap nulis status di jejaring sosial itu main-main. Padahal, jika
dilihat tren tahun 2012, banyak pemasar yang sudah tidak main-main lagi
memanfaatkan media
sosial untuk berkempanye mengenai produk mereka. Secara sadar dan tidak
sadar, apa yang di omongin di Twitter sekarang ini, itu adalah cerminan
diri seseorang di dunia offline.
.
Salah satu artikel di sebuah majalah MIX yang terbit di Januari 2012,
memberikan beberapa tips agar komunikasi yang dilakukan di media sosial
bisa lebih efektif. Penting di simak, karena media sosial bukan untuk
main-main :
1. Giving
Dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan followers/friend gunakan prinsip “giving”,
memberi-memberi-memberi. Berilah mereka konten inspirasi, tips-tips yang
terkait dengan merek anda. ” The more you give, the more you get”.
Semakin banyak anda memberi maka followers/friends anda akan memberika
loyalitas dan trust mereka kepada merek anda.
2. Conversation
Komunikasi yang anda lakukan haruslah dua
arah, dimana setiap komentar, masukan dan curhat dari followers/friends
harus direspons secara interaktif. Itu sebabnya saya paling tidak
setuju dengan social media automation, dimana mereka diprogram ngomong
melilu kepada followers/friends tanpa pernah peduli omongan mereka.
Jadi, komunikasi yang harus dikembangkan di media sosial adalah
komunikasi interaktif, bukan komunikasi robot.
3. Listening
Fungsi penting komunikasi disamping
ngomong (conversation) adalah mendengarkan (listening). Di ranah media
sosial kita harus melakukan conversation dan listening secara
proporsional. Dengan kontinue mendengar updates atau posting dari
followes/friends maka kita akan menunjukkan bahwa kita peduli sama
mereka, tidak selfish (egois). Kepedulian ini merupakan modal luar biasa
untuk menjalin relationship antara merek dengan konsumen.
4. Passing
Harus mengerti gaya obrolan pada
masing-masing media. Misalnya, di kaskus itu gaya obrolannya begini,
beda dengan gaya obrolan di FB atau Twitter. Gaya bahasanya bagaimana,
kita harus tahu, dan bersedia meniru.
5. Enthusiasm
Harus benar-benar ingin ngobrol. Jangan bilang mau ngobrol, tapi jualan.
Boleh juga diselipkan jualan, tapi jangan terlalu kentara. Kalau mau
jualan di media lain (activation, promo dll). Harus bisa menerima
kritik. Kritik di social media hal biasa, terhadap suara sumbang, harus
bisa menjelaskan dengan baik agar permasalahan menjadi clear.
.
Semoga bermanfaat dan terimakasih.
sumber : http://asmarie.blogdetik.com/