Medan (10/12), Perkembangan komunitas film pendek kota Medan semangkin pesat, terbukti dengan makin banyaknya kita jumpai di pusat kota anak-anak muda memproduksi film, mulai dari film pendek, iklan, videoclip bahkan sampai film yang bertandar layar lebar. Salah satunya yaitu komunitas movie maker indie yang tidak asing lagi kita sebut dengan “Opique Picture’s” yang terbantuk sejak 9 januari 2008.
“Baru-baru ini kami baru saja merilis film GAK BELOK LAGI dalam waktu dekat ini akan kami adakan pemutaran film tersebut” ujar seorang penanggung jawab produksi bernama M Ridho Pratama pada sebuah kede kopi kami yang terletak di jalan Dr. Mansur.
Pria muda kelahiran 1989 ini menyebutkan bahwa “film ini diproduksi karena menunjukan kehidupan kaum minoritas. Dalam film ini menceritakan seorang perempuan yang terjadi penyimpangan seks yaitu menyukai perempuan dengan perempuan yang kita kenal dengan sebutan lesbian. Makna dari judul tersebut mengartikan kehidupan yang tidak lurus dan kembali pada kodratnya. Walaupun sebenarnya film ini belum mewakili kehidupan kaum homoseksual ini namun kami menunjukan bahwa kehidupan mereka yang dipandang sebelah mata yang bagaimanapun tetap berkeinginan memiliki keluarga yang wajar dan memiliki keturunan” sebutnya.
Dalam kehidupan sosial saat ini memang sering kita jumpai pasangang yang tidak sesuai dengan ketentuan dari Tuhan yaitu pasagan sesama jenis dipusat-pusat kota bahkan ditengah-tengah keramaian seperti halnya plaza-plaza atau mall-mall. Hal ini yang memberikan ide kepada komunitas film ini tuk mengangkat isu terkait penyimpangan ini.
Dalam produksi film yang singkat ini membutuhkan biaya yang sangat murah, dan komunitas ini merasa yang mahal dalam film ini adalah ide, dengan biaya dibawah Rp100.000 dapat menghasilkan film yang belum dipikirkan orang lain.
“Visi dari film ini yaitu memberikan informasi kepada khalayak ramai bahwasannya kehidupan ini banyak terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari khususnya di kota-kota besar. Dan penyebarannya sangat cepat dan begitu luas segala penjuru dunia, bahkan kaum minoritas tersebut berkomunitas dan menyatukan suara agar diterima ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Bisa-bisa kedepannya kaum ini memuntut pemerintah tuk meresmikan undang-undang pernikahan sejenis dari wanita dengan wanita maupun pria dengan pria. Namun yang kami tunjukan dalam film tersebut jika ada niat maka mereka akan menjalankan kehidupan yang sesuai dengan hakikatnya”. Ujar pria yang berpenampilan dewasa ini sambil ditemani secangkir kopi tubruk.
nara sumber